Selasa, 30 September 2014

Aku Bahagia Menjadi Isterimu


       
          Empat tahun sudah keduanya menikah. Namun pasangan suami istri itu belum juga dikaruniai buah hati. Mulanya mereka tidak merasa ada masalah. Namun saat terdengar bisik-bisik tetangga, sang istri mulai resah. Kok belum punya anak ya mereka. Yang punya masalah suami atau istri? kalimat-kalimat itu sampai juga di telinga mereka.

Akhirnya suami istri itu pergi ke dokter. Mohon bersabar pak, kata dokter kepada pria itu sambil menyerahkan hasil lab. Istri anda mandul dan agaknya tidak ada harapan untuk bisa hamil.
Kalau begitu, jangan sampaikan ini kepadanya Dok
Maksud Anda? "Dokter pun kaget sambil bertanya"
Saya khawatir itu akan melukai perasaannya. Dokter katakan saja kalau saya yang mandul.
Dokter pun menjawab : "Tidak bisa begitu. Anda kan tidak ada masalah"
Cukup lama mereka berbincang, hingga pria tersebut berhasil meyakinkan dokter untuk mengatakan sesuai keinginannya.

Entah bagaimana ceritanya, tetangga-tetangga yang dulu bertanya siapa diantara suami istri itu yang bermasalah akhirnya mendengar bahwa pria itu mandul. Kabar itu juga sampai kepada kerabat mereka. Kasak kusuk pun semakin kencang. Meski demikian, rumah tangga keduanya masih bertahan. Hingga suatu hari, lima tahun setelah hasil lab itu, wanita itu tak dapat lagi bersabar.

Sembilan tahun sudah kita berkeluarga, dan selama itu aku dapat bersabar. Sampai-sampai para tetangga kasihan melihatku dan mengatakan kasihan yang wanita shalihah itu. Ia telah bersabar hidup bertahun-tahun dengan suaminya yang mandul. Terus terang, aku ingin menggendong anak, mengasuh dan membesarkannya. Kini aku tak dapat lagi memperpanjang kesabaranku. Tolong ceraikan aku agar aku bisa menikah dengan laki-laki lain dan mendapat anak darinya, kata wanita itu kepada suaminya.

Sang suami dengan sabar mendengar tuntutan itu sambil menasehatinya. Ini ujian dari Tuhan sayang Kita perlu bersabar

Mendengar nasehat tersebut, emosi istri sedikit mereda. Baiklah, aku akan bersabar. Tapi hanya satu tahun. Jika berlalu masa itu dan kau tidak juga memberiku keturunan, ceraikan saja aku.
Selang beberapa hari, tiba-tiba wanita itu jatuh sakit. Hasil lab menunjukkan, ia mengalami gagal ginjal. Ini semua gara-gara kamu, kata wanita itu kepada suaminya yang saat itu menungguinya di rumah sakit, Aku terus menahan sabar karenamu. Inilah akibatnya. Sudah tidak punya anak, kini aku kehilangan ginjalku.

Apa? Kau akan pergi ke luar negeri? kata wanita itu dengan nada tinggi, esok harinya ketika sang suami berpamitan kepadanya. Entah bagaimana perasaannya, ia yang kini bad rest di rumah sakit harus berjuang sendiri tanpa suami.

Ini tugas dinas, Sayang. Dan sekaligus aku akan mencari pendonor ginjal buatmu.  Beberapa hari kemudian, wanita itu mendapatkan kabar gembira bahwa telah ada seseorang yang mau mendonorkan ginjalnya. Tetapi dokter merahasiakan namanya.

Orang itu sungguh baik, Dokter. Ia mendonorkan ginjalnya untukku tanpa mau diketahui namanya. Sementara suamiku sendiri, ia justru pergi ke luar negeri, meninggalkanku sendiri, mata dokter yang mendengar komentar itu berkaca-kaca. Ia tahu persis siapa yang mendonorkan ginjal untuk wanita itu.

Dengan izin Tuhan, operasi berhasil dengan baik. Wanita itu sembuh. Dan yang lebih menakjubkan, tak lama kemudian ia hamil, lalu melahirkan seorang bayi yang lucu. Ucapan selamat datang dari kerabat dan tetangga. Kini bisik-bisik itu telah selesai. Dan kehidupan rumah tangga keduanya pun normal kembali.

Suatu hari saat sang suami dinas luar, tak sengaja wanita itu menemukan buku harian suaminya di atas meja. Mungkin karena terburu-buru, sang suami itu lupa menyimpannya seperti biasa.
Betapa terkejutnya wanita itu membaca halaman demi halaman episode rumah tangga yang selama ini tak diketahuinya. Bahwa ternyata yang mandul adalah dirinya. Bahwa pendonor ginjal itu adalah suaminya sendiri. Ia pun menangis sejadi-jadinya. Hampir pingsan ia menyadari kekeliruannya selama ini. Ia yang tak tahan dan ingin minta cerai, padahal suaminya lah manusia paling sabar yang ia temui. Ia kesal dengan suaminya yang pergi saat ia operasi, padahal suaminya terbaring lemah saat itu demi menghibahkan satu ginjal untuknya.

Ketika sang suami pulang, wanita itu tak mampu memandang wajahnya. Ia tertunduk malu. Hampir seratus hari lamanya, ia terus begitu. Malu di depan pria yang paling dicintainya dan paling berjasa dalam hidupnya.




          Semoga Cerpen tentang Aku Bahagia Menjadi Isterimu ini bisa bermanfaat, menginspirasi dan bisa menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita. Aamiin

* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid

Kemuliaan Wanita Muslimah yang Sedang Hamil


Bismillahirrohmanirrohim ...  

1.Apabila seorang wanita mengandung dalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuknya.Allah  SWT mencatatkan baginya setiap hari dengan 1,000 kebaikan dan menghapuskan darinya 1,000 kejahatan.

2. Apabila seorang wanita mulai sakit hendak bersalin atau melahirkan, maka Allah SWT mencatatkan baginya pahala orang berjihad di jalan Allah SWT.

3. Apabila seorang wanita melahirkan anak, hilanglah dosa-dosanya seperti keadaan ia baru dilahirkan.

4. Apabila telah lahir anaknya lalu disusuinya, maka bagi ibu itu setiap setegukan dari pada susunya diberi 1 kebajikan.

5. Apabila semalaman si ibu tidak tidur dan memelihara anaknya yang sakit, maka Allah SWT memberinya pahala seperti memerdekakan 70 orang hamba dengan ikhlas untuk membela agama Allah SWT.

6. Rakaat soalat wanita yang sedang hamil adalah lebih baik dari pada 80 rakaat sholat wanita yang tidak hamil.

7. Wanita yang memberi minum air susu (ASI) kepada anaknya dari dirinya sendiri akan mendapat 1 pahala pada tiap-tiap tetes susu yang diberikannya.

8. Wanita yang tidak cukup tidur pada malam hari karena menjaga anaknya yang sakit akan diampunkan oleh Allah SWT seluruh dosanya dan bila ia menghibur hati anaknya Allah memberi 12 tahun pahala ibadah.

9. Wanita yang hamil akan dapat pahala terus berpuasa pada siang hari.

10. Wanita yang hamil akan dapat pahala terus beribadah pada malam hari.

11. Wanita yang bersalin akan mendapat pahala 70 tahun sholat dan puasa, serta setiap kesakitan pada 1 uratnya Allah SWT mengkurniakan 1 pahala haji.

12. Sekiranya wanita mati di masa 40 hari selepas bersalin, dia akan di anggap sebagai mati syahid.

13. Jika wanita menyusui anaknya sampai cukup tempo (2,5 tahun), maka malaikat-malaikat dilangit akan kabarkan berita bahwa surga wajib baginya.

14. Jika wanita memberi susu dirinya pada anaknya yang menangis, Allah SWT akan memberi pahala 1 tahun sholat dan berpuasa.



Subhanallah ...
Betapa mulianya "status" wanita hamil, tentunya dengan jalan kehamilan yang diridhai oleh Allah SWT, bukan dengan cara/jalan kehamilan yang tidak di sukai-Nya.



          Semoga artikel tentang Kemuliaan Wanita Muslimah yang Sedang Hamil ini bisa bermanfaat, menginspirasi dan bisa menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita. Aamiin

* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid

Minggu, 28 September 2014

Biografi Syeikh Abdul Malik Bin Ilyas - Kedungparuk Purwokerto


         Purwokerto adalah ibukota kabupaten Banyumas, Jawa Tengah yang terletak di selatan Gunung Slamet, salah satu gunung berapi yang masih aktif di pulau Jawa. Purwokerto merupakan salah satu pusat perdagangan dan pendidikan di kawasan selatan Jawa Tengah. Sementara kabupaten Banyumas sendiri merupakan sebuah kawasan kebudayaan yang memiliki ciri khas tertentu di antara keanekaragaman budaya Jawa yang disebut sebagai budaya Banyumasan.

        Ciri khas ini ditandai dengan kehasan dialek bahasa, citra seni dan tipologi masyarakatnya. Bentang alam wilayah banyumasan berupa dataran tinggi dan pegunungan serta lembah-lembah dengan bentangan sungai-sungai yang menjamin kelangsungan pertanian dengan irigasi tradisional. kondisi yang demikian membenarkan kenyataan kesuburan wilayah ini (gemah ripah loh jinawi).
Dulunya, kawasan ini adalah tempat penyingkiran para pengikut Pangeran Diponegoro setelah perlawanan mereka dipatahkan oleh Kompeni Belanda. Maka tidak aneh, bila hingga masa kini masih terdapat banyak sekali keluarga-keluarga yang memiliki silsilah hingga Pangeran Diponegoro dan para tokoh pengikutnya. Keluarga-keluarga keturunan Pangeran Diponegoro dan tokoh-tokohnya yang telah menyingkir dari pusat kerajaan Matararam waktu itu, kemudian menurunkan para pemimpin bangsa dan tokoh-tokoh ulama hingga saat ini. Salah satu dari sekian banyak tokoh ulama keturunan Pangeran Diponegoro di kawasan Banyumas ini adalah Syekh Abdul Malik bin Muhammad Ilyas, Mursyid Thariqoh Naqsyabandiyah Kholidiyah dan Thariqoh Syadzaliyah di Jawa Tengah.



  • Silsilah dan Pendidikan
        Sudah menjadi tradisi di kawasan Banyumasan kala itu, apabila ada seorang ibu hendak melahirkan, maka dihamparkanlah tikar di atas lantai sebagai tempat bersalin. Suatu saat ada seorang ibu yang telah mempersiapkan persalinannya sesuai tradisi tersebut, namun rupanya sang bayi tidak juga kunjung terlahir. Melihat hal ini, maka sang suami segera memerintahkan istrinya untuk pindah ke tempat tidur dan menjalani persalinan di atas ranjang saja. Tak berapa lama terlahirlah seorang bayi mungil yang kemudian dinamakan Muhammad Ash’ad, artinya Muhammad yang naik (dari tikar ke tempat tidur).

Peristiwa ini terjadi di Kedung Paruk Purwokerto, pada hari Jum’at, tanggal 3 Rajab tahun 1294 H. (1881 M.) Nama lengkapnya adalah Muhammad Ash’ad bin Muhammad Ilyas. Kelak bayi mungil ini lebih dikenal sebagai Syeikh Muhammad Abdul Malik Kedung Paruk Purwokerto. Beliau merupakan keturunan Pangeran Diponegoro berdasarkan “Surat Kekancingan” (semacam surat pernyataan kelahiran) dari pustaka Kraton Yogyakarta dengan rincian Muhammad Ash’ad, Abdul Malik bin Muhammad Ilyas bin Raden Mas Haji Ali Dipowongso bin HPA. Diponegoro II bin HPA. Diponegoro I (Abdul Hamid) bin Kanjeng Sultan Hamengku Buwono III Yogyakarta. Nama Abdul Malik diperoleh dari sang ayah ketika mengajaknya menunaikan ibadah haji bersama.

Selain itu, ia juga memperoleh pendidikan dan pengasuhan dari saudara-saudaranya yang berada di Sokaraja, sebuah kecamatan di sebelah timur Purwokerto. Di Sokaraja ini terdapat saudara Syeikh Abdul Malik yang bernama Kyai Muhammad Affandi, seorang ulama sekaligus saudagar kaya raya. Memiliki beberapa kapal haji yang dipergunakan untuk perjalanan menuju Tanah Suci. Ketika menginjak usia 18 tahun, Syeikh Abdul Malik dikirim ke Tanah Suci untuk menimba ilmu agama. Di sana ia mempelajari berbagai didiplin ilmu agama, seperti Tafsir, Ulumul Qur’an, Hadits, Fiqih, Tasawuf dan lain-lain. Pada tahun 1327 H. Syeikh Abdul Malik pulang ke kampung halaman setelah kurang lebih 15 tahun belajar di Tanah Haram.

Selanjutnya ia berkhidmat kepada kedua orang tuanya yang sudah sepuh (lanjut usia). Lima tahun kemudian (1333 H.) ayahandanya (Muhammad Ilyas) meninggal dalam usia 170 tahun dan dimakamkan di Sokaraja. Sepeninggal ayahnya, Syeikh Abdul Malik muda berkeinginan melakukan perjalanan ke daerah-daerah sekitar Banyumas, seperti Semarang, Pekalongan, Yogyakarta dengan berjalan kaki. Perjalanan ini diakhiri tepat pada seratus hari wafatnya sang ayah. Abdul Malik kemudian tinggal dan menetap di Kedung Paruk bersama ibundanya, Nyai Zainab. Sejak saat ini, ia kemudian lebih dikenal sebagai Syeikh Abdul Malik Kedung Paruk.

Dalam hidupnya, Syeikh Abdul Malik memiliki dua amalan wirid utama dan sangat besar, yaitu membaca Al-Qur’an dan Sholawat. Beliau tak kurang membaca shalawat sebanyak 16.000 kali dalam setiap harinya dan sekali menghatamkan Al-Qur’an. Adapun sholawat yang diamalkan adalah sholawat Nabi Khidir As atau lebih sering disebut sholawat rahmat, yakni “Shallallah ‘ala Muhammad.” Dan itu adalah sholawat yang sering beliau ijazahkan kepada para tamu dan murid beliau. Adapun sholawat-sholawat yang lain, seperti sholawat al-Fatih, al-Anwar dan lain-lain.

Beliau juga dikenal sebagai ulama yang mempunyai kepribadian yang sabar, zuhud, tawadhu dan sifat-sifat kemuliaan yang menunjukan ketinggian dari akhlaq yang melekat pada diri beliau. Sehingga amat wajarlah bila masyarakat Banyumas dan sekitarnya sangat mencintai dan menghormatinya.Beliau disamping dikenal memiliki hubungan yang baik dengan para ulama besar umumnya, Syeikh Abdul Malik mempunyai hubungan yang sangat erat dengan ulama dan habaib yang dianggap oleh banyak orang telah mencapai derajat waliyullah, seperti Habib Sholeh bin Muhsin al-Hamid (Tanggul, Jember), Habib Ahmad Bilfaqih (Yogyakarta), Habib Husein bin Hadi al-Hamid (Brani, Probolinggo), KH Hasan Mangli (Magelang), Habib Hamid bin Yahya (Sokaraja, Banyumas) dan lain-lain. Diceritakan, saat Habib Soleh Tanggul pergi ke Pekalongan untuk menghadiri sebuah haul. Selesai acara haul, Habib Sholeh berkata kepada para jamaah, ”Apakah kalian tahu, siapakah gerangan orang yang akan datang kemari? Dia adalah salah seorang pembesar kaum ‘arifin di tanah Jawa.”

Tidak lama kemudian datanglah Syeikh Abdul Malik dan jamaah pun terkejut melihatnya. Hal yang sama juga dikatakan oleh Habib Husein bin Hadi al-Hamid (Brani, Kraksaan, Probolinggo) bahwa ketika Syeikh Abdul Malik berkunjung ke rumahnya bersama rombongan, Habib Husein berkata, ”Aku harus di pintu karena aku mau menyambut salah satu pembesar Wali Allah.”


  • Pengembaraan Mempelajari ilmu Agama dan Guru-Guru
       Setelah belajar Al-Qur’an dengan ayahnya, Asy-Syaikh kemudian mendalami kembali Al-Qur’an kepada KH Abu Bakar bin H Yahya Ngasinan (Kebasen, Banyumas). Pada tahun 1312 H, ketika Syeikh Abdul Malik sudah menginjak usia dewasa, oleh sang ayah, ia dikirim ke Mekkah untuk menimba ilmu agama. Syeikh Abdul Malik mempunyai banyak guru, baik selama belajar di Tanah Air maupun di Tanah Suci. Diantara guru-gurunya adalah Syeikh Muhammad Mahfudz bin Abdullah at-Tirmisi al-Jawi, Sayyid Umar as-Syatha’ dan Sayyid Muhammad Syatha’, keduanya merupakan ulama besar Makkah dan Imam Masjidil Haram dan Sayyid Alwi Syihab bin Shalih bin Aqil bin Yahya. Sebelum berangkat ke tanah Suci, Syeikh Abdul Malik sempat berguru kepada Kyai Muhammad Sholeh bin Umar Darat Semarang, Sayyid Habib Ahmad Fad’aq (seorang ulama besar yang berusia cukup panjang, wafat dalam usia 141 tahun), Habib ‘Aththas Abu Bakar al-Atthas; Habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi, Surabaya,  Sayyid Habib Abdullah bin Muhsin al-Atthas Bogor.
Sanad Thoriqah Naqsabandiyah Kholidiyah diperolehnya secara langsung dari sang ayah, Syeikh Muhammad Ilyas, sedangkan sanad Thoriqah Sadzaliyah didapatkannya dari Sayyid Ahmad Nahrawi al-Makki (Mekkah). Selama bermukim di Makkah, Syeikh Abdul Malik diangkat oleh pemerintah Arab Saudi sebagai Wakil Mufti Madzhab Syafi’i, diberi kesempatan untuk mengajar berbagai ilmu agama termasuk, tafsir dan qira’ah sab’ah. Sempat menerima kehormatan berupa rumah tinggal yang terletak di sekitar Masjidil Haram atau tepatnya di dekat Jabal Qubes. Menurut beberapa santrinya, Syeikh Abdul Malik sebenarnya tinggal di Makkah selama kurang lebih 35 tahun, tetapi tidak dalam satu waktu.
Disamping belajar di tanah Suci selama 15 tahun, beliau juga seringkali membimbing jamaah haji Indonesia asal Banyumas, bekerjasama dengan Syeikh Mathar Makkah. Aktivitas ini dilakukan dalam waktu yang relatif lama, jadi sebenarnya, masa 35 tahun itu tidaklah mutlak. Dalam ilmu Al-Qur’an, khususnya ilmu Tafsir dan Ulumul Qur’an, ia berguru kepada Sayyid Umar Syatha’ dan Sayyid Muhammad Syatha’ (putra penulis kitab I’anatuth Thalibin hasyiyah Fathul Mu’in).
Dalam ilmu hadits, beliau berguru kepada Sayyid Thoha bin Yahya al-Magribi (ulama Hadhramaut yang tinggal di Mekkah), Sayyid Alwi bin Shalih bin Aqil bin Yahya, Sayyid Muhsin al-Musawwa, Asy-Syeikh Muhammad Mahfudz bin Abdullah at-Tirmisi. Dalam bidang ilmu syariah dan thariqah alawiyah ia berguru pada Habib Ahmad Fad’aq, Habib Aththas Abu Bakar al-Attas, Habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi (Surabaya), Habib Abdullah bin Muhsin al-Attas (Bogor), Kyai Soleh Darat (Semarang). Sementara itu, guru-gurunya di Madinah adalah Sayyid Ahmad bin Muhammad Amin Ridhwan, Sayyid Abbas bin Muhammad Amin Raidwan, Sayyid Abbas al-Maliki al-Hasani (kakek Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki al-Hasani), Sayyid Ahmad an-Nahrawi al-Makki, Sayyid Ali Ridha. Setelah sekian tahun menimba ilmu di Tanah Suci, sekitar tahun 1327 H, Asy-Syaikh Abdul Malik pulang ke kampung halaman untuk berkhidmat kepada kedua orang tuanya yang saat itu sudah sepuh (berusia lanjut). Kemudian pada tahun 1333 H, sang ayah, Asy-Syaikh Muhammad Ilyas berpulang ke Rahmatullah.
Sesudah sang ayah wafat, Asy-Syeikh Abdul Malik kemudian mengembara ke berbagai daerah di Pulau Jawa guna menambah wawasan dan pengetahuan dengan berjalan kaki. Ia pulang ke rumah tepat pada hari ke-100 dari hari wafat sang ayah, dan saat itu umur asy-Syaikh berusia tiga puluh tahun.

  • Sepulang dari Pengembaraan Mempelajari ilmu Agama
        Sepulang dari pengembaraan, asy-Syaikh tidak tinggal lagi di Sokaraja, tetapi menetap di Kedung Paruk bersama ibundanya, Nyai Zainab. Perlu diketahui, asy-Syaikh Abdul Malik sering sekali membawa jemaah haji Indonesia asal Banyumas dengan menjadi pembimbing dan syaikh. Mereka bekerjasama dengan asy-Syaikh Mathar Mekkah, dan aktivitas itu dilakukan dalam rentang waktu yang cukup lama. Sehingga wajarlah kalau selama menetap di Mekkah, ia memperdalam lagi ilmu-ilmu agama dengan para ulama dan syaikh yang ada di sana. Berkat keluasan dan kedalaman ilmunya, Syeikh Abdul Malik pernah memperoleh dua anugrah yakni pernah diangkat menjadi Wakil Mufti Madzab Syafi’i di Mekkah dan juga diberi kesempatan untuk mengajar.
Pemerintah Saudi sendiri sempat memberikan hadiah berupa sebuah rumah tinggal yang terletak di sekitar Masjidil Haram atau tepatnya di dekat Jabal Qubes. Anugrah yang sangat agung ini diberikan oleh Pemerintah Saudi hanya kepada para ulama yang telah memperoleh gelar al-‘Allamah. Syeikh Ma’shum (Lasem, Rembang) setiap berkunjung ke Purwokerto, seringkali menyempatkan diri singgah di rumah Asy-Syaikh Abdul Malik dan mengaji kitab Ibnu Aqil Syarah Alfiyah Ibnu Malik secara tabarrukan (meminta barakah) kepada Asy-Syaikh Abdul Malik. Demikian pula dengan Mbah Dimyathi (Comal, Pemalang), KH Khalil (Sirampog, Brebes), KH Anshori (Linggapura, Brebes), KH Nuh (Pageraji, Banyumas) yang merupakan kyai-kyai yang hafal Al-Qur’an, mereka kerap sekali belajar ilmu Al-Qur’an kepada Syeikh Abdul Malik.
  • Perjuangan Fisik
       Adalah tidak benar, jika para ulama ahli tasawuf disebut sebagai para pemalas, bodoh, kumal dan mengabaikan urusan-urusan duniawi. Meski tidak berpakaian Necis, namun mereka senantiasa tanggap terhadap berbagai kejadian yang ada di sekitarnya. Ketika zaman bergolak dalam revolusi fisik untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan bangsa asing, para ulama ahli Thoriqoh senyatanya juga turut berjuang dalam satu tarikan nafas demi memerdekakan bangsanya. Pada masa-masa sulit zaman penjajahan Belanda dan Jepang, Syeikh Abdul Malik senantiasa gigih berdakwah. Karena aktivitasnya ini, maka ia pun menjadi salah satu target penangkapan tentara-tentara kolonial.
Mereka sangat khawatir pada pengaruh dakwahnya yang mempengaruhi rakyat Indonesia untuk memberontak terhadap penjajah. Menghadapi situasi seperti ini, ia justru meleburkan diri dalam laskar-laskar rakyat. Sebagaimana Pangeran Diponegoro, leluhurnya yang berbaur bersama rakyat untuk menentang penjajahan Belanda, maka beliau pun senantiasa menyuntikkan semangat perjuangan terhadap para gerilyawan di perbukitan Gunung Slamet.
Pada masa Gestapu, Syeikh Abdul Malik juga sempat ditahan oleh PKI. Bersamanya, ditangkap pula Habib Hasyim Al-Quthban Yogyakarta, ketika sedang bepergian menuju daerah Bumiayu Brebes untuk memberikan ilmu kekebalan atau kesaktian kepada para laskar pemuda Islam. Dalam tahanan ini, Habib Hasyim al-Quthban mengalami shock dan akhirnya meninggal, sedangkan Syekh Abdul Malik masih hidup dan akhirnya dibebaskan.

  • Kepribadian Syaikh Abdul Malik
       Dalam hidupnya, Syeikh Abdul Malik memiliki dua amalan wirid utama dan sangat besar, yaitu membaca Al-Qur’an dan Shalawat. Dikenal sebagai ulama yang mempunyai berkepribadian sabar, zuhud, tawadhu dan sifat-sifat kemuliaan yang menunjukan ketinggian akhlakul karimah. Maka amat wajarlah bila masyarakat Banyumas dan sekitarnya sangat mencintai dan menghormatinya.
Syeikh Abdul Malik adalah pribadi yang sangat sederhana, santun dan ramah kepada siapa saja. Beliau juga gemar sekali melakukan silaturrahim kepada murid-muridnya, terutama kepada mereka yang miskin atau sedang mengalami kesulitan hidup. Santri-santri yang biasa dikunjunginya ini, selain mereka yang tinggal di Kedung Paruk maupun di desa-desa sekitarnya seperti Ledug, Pliken, Sokaraja, dukuh waluh, Bojong, juga sanri-santri lain yang tinggal di tempat jauh.
Hampir setiap hari Selasa pagi, dengan kendaraan sepeda, naik becak atau dokar, Syeikh Abdul Malik mengunjungi murid-muridnya untuk membagi-bagikan beras, uang dan terkadang pakaian sambil mengingatkan kepada mereka untuk datang pada acara pengajian Selasanan (Forum silaturrahim para pengikut Thariqah an-Naqsyabandiyah al-Khalidiyah Kedung paruk yang diadakan setiap hari Selasa dan diisi dengan pengajian dan tawajjuhan).
  • Keluarga Syaikh Abdul Malik
       Syeikh Muhammad Abdul Malik bin Muhammad Ilyas menikahi tiga orang istri, dua di antaranya dikaruniai keturunan. Istri pertamanya adalah Nyai Hajjah Warsiti binti Abu Bakar yang lebih dikenal dengan nama Mbah Johar. Seorang wanita terpandang, puteri gurunya, K Abu Bakar bin H Yahya Kelewedi Ngasinan, Kebasen. Istri pertama ini kemudian dicerai setelah dikaruniai seorang anak lelaki bernama Ahmad Busyairi (wafat tahun 1953, pada usia sekitar 30 tahun).
Ada sebuah cerita unik tentang putera pertamanya ini. Ahmad Busyairi adalah seorang pemuda yang meninggal dunia sebelum sempat menikah. Suatu hari Syeikh Abdul Malik berkata padanya, “Nak, besok kamu menikah di surga saja ya?” Mendengar ayahnya bertutur demikian, muka Busyairi terlihat ceria dan hatinya merasa sangat gembira. Beberapa waktu kemudian, ia meninggal sebelum berkesempatan menikah.
Istri kedua Syeikh Abdul Malik adalah Mbah Mrenek, seorang janda kaya raya dari desa Mrenek, Maos Cilacap. Pernikahan ini tidak dikaruniai anak. Istimewanya, suatu hari Syeikh Abdul Malik hendak menceraikannya, namun Mbah Mrenek berkata, “Pak Kyai, meskipun Panjenengan (Anda) tidak lagi menyukai saya, tapi tolong jangan ceraikan saya. Yang penting saya diakui menjadi istri Anda, dunia dan akhirat.” Mendengar permintaan ini, Syeikh Abdul Malik pun tidak jadi menceraikannya. Sedangkan istri ketiganya adalah Nyai Hj. Siti Khasanah, seorang wanita cantik dan sholihah, tetangganya sendiri. Pernikahan ini, dikaruniai seorang anak perempuan bernama Hj. Siti Khairiyyah yang wafat empat tahun sepeninggal Syekh Abdul Malik. Dari puterinya inilah nasab Syeikh Abdul Malik diteruskan.
  • Murid-murid Syaikh Abdul Malik
        Murid-murid dari Syeikh Abdul Malik diantaranya KH Abdul Qadir, Kyai Sa’id, KH Muhammad Ilyas Noor (mursyid Thariqah an-Naqsabandiyah al-Khalidiyah), KH Sahlan (Pekalongan), Drs Ali Abu Bakar Bashalah (Yogyakarta), KH Hisyam Zaini (Jakarta), Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya (Pekalongan), KH Ma’shum (Purwokerto) dan lain-lain. Sebagaimana diungkapkan oleh murid beliau, yakni Habib Luthfi bin Yahya, Syeikh Abdul Malik tidak pernah menulis satu karya pun. “Karya-karya al-Alamah Syeikh Abdul Malik adalah karya-karya yang dapat berjalan, yakni murid-murid beliau, baik dari kalangan kyai, ulama maupun shalihin.

Diantara warisan beliau yang sampai sekarang masih menjadi amalan yang dibaca bagi para pengikut thariqah adalah buku kumpulan sholawat yang beliau himpun sendiri, yaitu al-Miftah al-Maqashid li-ahli at-Tauhid fi ash-Shalah ‘ala babillah al-Hamid al-majid Sayyidina Muhammad al-Fatih li-jami’i asy-Syada’id.” Sholawat ini diperolehnya di Madinah dari Sayyid Ahmad bin Muhammad Ridhwani al-Madani. Konon, shalawat ini memiliki manfaat yang sangat banyak, diantaranya bila dibaca, maka pahalanya sama seperti membaca kitab Dala’ilu al-Khairat sebanyak seratus sepuluh kali, dapat digunakan untuk menolak bencana dan dijauhkan dari siksa neraka. Selain, menularkan ilmunya kepada santri-santi yang kemudian menjadi ulama dan pemimpin umat, Syeikh Abdul Malik juga memiliki santri-santri dari berbagai kalangan, seperti Haji Hambali Kudus, seorang pedagang yang dermawan dan tidak pernah rugi dalam aktivitas dagangnya dan Kyai Abdul Hadi Klaten, seorang penjudi yang kemudian bertaubat dan menjadi hamba Allah yang shaleh dan gemar beribadah.
Pesan Syaikh Abdul Malik
Salah seorang cucu Syeikh Abdul Malik mengatakan, ada tiga pesan dan wasiat yang disampaikan Beliau kepada cucu-cucunya. Pertama, jangan meninggalkan shalat. Tegakkan shalat sebagaimana telah dicontohkan Rasululah Saw. Lakukan shalat fardhu pada waktunya secara berjama’ah. Perbanyak shalat sunnah serta ajarkan kepada para generasi penerus sedini mungkin. Kedua, jangan tinggalkan membaca al-Qur’an. Baca dan pelajari setiap hari serta ajarkan sendiri sedini mungkin kepada anak-anak. Sebarkan al-Qur’an di manapun berada. Jadikan sebagai pedoman hidup dan lantunkan dengan suara merdu. Hormati orang-orang yang hafal Al-Qur’an dan qari’-qari’ah serta muliakan tempat-tempat pelestariannya. Ketiga, jangan tinggalkan membaca shalawat, baca dan amalkan setiap hari. Contoh dan teladani kehidupan Rasulullah Saw serta tegakkanlah sunnah-sunnahnya. Sebarkan bacaan shalawat Rasulullah, selamatkan dan sebarluaskan ajarannya.
  • Syekh Abdul Malik wafat
       Pada hari Kamis, 21 Jumadil Akhir 1400 H. yang bertepatan dengan 17 April 1980 M. sekitar pukul 18.30 WIB (malam Jum’at), Syeikh Abdul Malik meminta izin kepada istrinya untuk melakukan sholat Isya’ dan masuk ke dalam kamar khalwatnya. Tiga puluh menit kemudian, salah seorang cucunya mengetuk kamar tersebut, namun tidak ada jawaban. Setelah pintu dibuka, rupanya sang mursyid telah berbaring dengan posisi kepala di utara dan kaki di selatan, tanpa sehela nafas pun berhembus. Syeikh Abdul Malik kemudian dimakamkan pada hari Jum’at, selepas shalat Ashar di belakang Masjid Bahaul Haq wa Dhiyauddin Kedung Paruk, Purwokerto.Semoga amal ibadah beliau di terima oleh Allah SWT dan semoga kesalahan-kesalahan beliau juga di ampuni oleh Allah SWT. Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin…. 


          Semoga artikel tentang Biografi Syeikh Abdul Malik Bin Ilyas - Kedungparuk Purwokerto ini bisa bermanfaat, menginspirasi dan bisa menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita. Aamiin

* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid

Sabtu, 27 September 2014

7 Cara Untuk Membuka dan Memperlancar Pintu Rezeki


    Rezeki dalam Islam merupakan hal yang ghaib, seperti Jodoh, Kelahiran dan Kematian, maka ada cara-cara untuk menjemput dan menggapainya. Di bawah ini adalah tujuh cara di antaranya membuka pintu rezeki secara islami, dan tidak melanggar aturan-aturan Allah.



      

Tujuh hal tersebut adalah sebagai berikut :

  1. Bersyukur adalah kunci pertama dan utama membuka rezeki, karena Allah berjanji dalam Al-qur’an akan menambahkan nikmat kepada hambanya yang pandai bersyukur. Bersyukur disini adalah bersyukur dari apa saja yang Allah berikan kepada kita, baik itu terlihat baik oleh kita maupun tidak. Karena bisa jadi, baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah SWT. Oleh sebab itu maka kita harus selalu mensyukuri apapun yang Allah karuniakan kepada kita, begitu banyaknya nikmat Allah yang kita tak pandai dalam mensyukurinya. Mulailah bersyukur untuk membuka pintu rezeki.

  2. Sholat Dhuha. Sholat ini adalah shalat pembuka rizki, dilakukan pada siang hari, pada saat matahari sepenggalan naik. Jumlah raka’atnya dari dua saapai dua belas raka’at. Dalam do’a shalat ini terkandung permintaan tentang rezeki yang sangat luas, baik rezeki yang dari langit, dari bumi, dari laut, dari sedikit meminta agar dibanyakkan, dari sulit meminta untuk dimudahkan. Jika dilakukan sesering mungkin, insyaAllah sholat ini akan membuka pintu rezeki, bahkan dari arah yang tidak kita sangka-sangka

  3. Birrul Waliddain (patuh kepada kedua orang tua). Hal yang satu ini tidak harus diragukan lagi, karena ridha Allah tergantung ridha dari orang tua. Patuh kepada keduanya merupakan jalan yang tidak bisa disangsikan lagi untuk membuka pintu rezeki.

  4. Menikah juga salah satu cara untuk membuka pintu rezeki, karena dalam menikah ada keberkahan, ada setengah kesempurnaan agama setiap manusia. Jika setengahnya lagi dilakukan dengan taqwa kepada Allah, tidak mustahil dan sudah barang tentu hal ini akan membuka pintu rezeki yang seluas-luasnya. Ketika dalam pernikahan diberikan keturunan, seorang perempuan akan menjadi seorang ibu, yang do’anya terkabulkan tidak terbantahkan. Do’anya ajaib, dan do’anya akan menembus langit tanpa ada yang menghalangi. Dan jika seorang suami dan istrinya berdo’a, apalagi di pertengahan malam, maka Allah pun berfirman, “Dia malu tidak mengabulkan do’a pasangan suami istri tersebut, atas dasar inilah menikah mampu membuka pintu rezeki, maka yang belum menikah, menikahlah.

  5. Membaca Istigfar. Melazimkan istigfar dalam jumlah yang banyak dan terus menerus, selain akan menghapuskan dosa-dosa kecil, juga akan membuka pintu rezeki. Karena dosa jugalah yang menghambat dan mempersempit rezeki. Dengan berdosa seseorang akan jauh dari keberkahan Allah, sehingga rezeki akan sulit datang. Namun dengan istigfar, perlahan-lahan dosa akan terhapuskan dan insyaAllah dapat membuka dan memperlancar rezeki. maka perbanyaklah membaca istigfar.

  6. Membaca Sholawat. Keistimewaan membaca sholawat salah satunya adalah dapat membuka pintu rezeki, karena kemuliaan baginda nabi Muhammad SAW. Maka dengan membacanya, akan membawa keberkahan dalam hidup. Perintah membaca sholawat ini tertuang dalam Al-Quran dan Hadist, sehingga tidak disangsikan lagi khasiat dari membaca sholawat ini.

  7. Sedekah. Sedekah merupakan kunci yang paling ampuh untuk membuka pintu rezeki. Ada istilah yang mengatakan, jika ingin dapat rezeki dadakan, maka sedekahnya harus dadakan. Jika ingin dapat senyuman, harus sedekah senyuman, jika ingin dapat uang banyak sedekahnya harus memakai uang dan juga banyak. Allah akan melipatgandakan pahala sedekah ini, dari sepuluh menjadi beratus-ratus kali lipat, dan ini sudah banyak terbukti.


           Semoga artikel tentang
7
Cara Untuk Membuka dan Memperlancar Pintu Rezeki ini bisa bermanfaat, menginspirasi dan bisa menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita. 

Selamat memperaktikkan, semua tergantung dan kembali kepada diri kita masing-masing. Jika kita bisa memperaktikkannya dalam kehidupan kita sehari-hari, insyaAllah dengan izin Allah SWT, rezeki kita akan dibukakan, dilancarkan dan dimudahkan.Aamiin  #Allahu  A’lam.

* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid

Jumat, 26 September 2014

Cinta Terlambat



       Sebut saja namaku Andi, aku berusia 25 tahun saat kisah ini terjadi. Kisahku mungkin klise, aku jatuh cinta pada seorang gadis bernama Rahma. Dia adalah adik kelasku saat kami masih sekolah di SMA yang sama. Saat kelas dua, dia pindah ke kota lain. Tetapi takdir mempertemukan kami kembali di kampus yang sama, saat kami menempuh kuliah S2.


Ada satu hal yang selalu aku simpan dalam hatiku, aku jatuh cinta padanya. Sejak masih duduk di bangku SMA, aku selalu curi-curi pandang ketika jam istirahat. Kadang aku sengaja pamit ke toilet hanya untuk melihatnya bermain volly saat kelasnya ada pelajaran olahraga. Walaupun hanya menatapnya selama 5 menit, rasanya kebahagiaanku penuh sepanjang hari.

Remaja selalu malu-malu mengungkapkan isi hatinya, apalagi aku yang memang memiliki sifat sedikit penakut. Hampir tidak ada sinyal cinta yang aku kirim padanya. Aku tidak seberani teman-temanku yang bisa titip salam atau terang-terangan mengatakan suka pada wanita yang mereka suka. Jadilah aku memendam perasaanku. Mungkin ini masih cinta monyet, yang akan memudar seiring berjalannya waktu. Dan suatu saat kelak, aku akan benar-benar jatuh cinta di tingkat yang lebih serius dengan wanita lain.

Nyatanya perkiraanku salah. Walaupun saat kuliah S1 aku sempat berpacaran dengan wanita lain (namanya Annisa), aku tetap meletakkan kenangan akan Rahma dalam hatiku. Singkat cerita, saat aku mengambil S2, aku bertemu lagi dengan Rahma. Takdir tersebut membawaku pada rahasia yang terpendam. Hatiku kembali berdetak, kembali merasakan indahnya jatuh cinta hanya dengan menatap kedua matanya. Perasaan yang tidak pernah aku rasakan dengan Annisa.

Beberapa kali kami berada di kelas yang sama. Dia masih Rahma yang ramah dan suka bercanda. Hubungan kami tetap dekat, tapi tetap saja, tidak ada keberanian untuk mengungkapkan rasa cintaku padanya. Bagaimana aku bisa menyatakan perasaanku, ada Annisa yang masih menjadi pacarku. Egois memang, aku bahkan sering merasa bersalah pada Annisa, tapi aku tidak bisa membohongi hatiku. Jika saja Annisa mengajakku untuk jadi kekasihnya, atau bahkan suaminya, aku tidak akan menolak.

Sayangnya, takdir yang mempertemukan kami harus berakhir. Suatu hari, di sebuah musim penghujan di akhir bulan Desember, Rahma mengalami kecelakaan. Dua hari dia dirawat di UGD, tetapi nyawanya tidak tertolong. Dia pergi untuk selama-lamanya.

Duniaku hancur ...
Setiap inci tubuhku menjerit akan kepergiannya ...
Aku bahkan tidak bisa lagi merasakan sakitnya hatiku ...
Seolah ada bagian tubuhku yang hilang ...
Jika diibaratkan, aku bagai guci yang pecah berkeping-keping ...

Aku hadir dalam pemakamannya ...
Aku hadir dalam setiap acara do'a yang dilakukan keluarganya setiap malam.
Di duka yang teramat sangat, Ibunda Rahma memintaku untuk menemaninya, setelah para tamu pulang.

"Mas, mas ini temannya Rahma yang namanya Andi kan?" ujar wanita tua itu. Aku bisa melihat ada duka mendalam di balik senyumnya.
Aku mengangguk, lalu wanita itu mengajakku ke sebuah ruangan, yang menurutnya adalah kamar Rahma.

Wanita itu menceritakan sebuah rahasia yang tidak aku ketahui. "Anak ibu... Rahma, dia pernah bilang bahwa dia suka dengan Andi, cinta," lanjutnya.

Detik demi detik berlalu, aku mendengarkan pengakuan ibunda Rahma bahwa putrinya ternyata memendam rahasia. Ternyata selama ini Rahma melakukan hal yang sama denganku, diam-diam merahasiakan perasaannya. Bahkan sejak masih di bangku SMA.

"Waktu itu Rahma pernah bilang, sekarang Andi sudah punya pacar, mungkin harus menunggu nak Andi putus dulu, baru dia berani jujur," lanjut ibunda Rahma dengan air mata yang jatuh dari pelupuk matanya.

Aku tidak bisa menahan air mataku, aku menangis di dalam pangkuan ibunda Rahma. Aku menangis hingga dadaku terasa ingin meledak.

Aku menyesal, sangat menyesal ...

Aku tidak sempat mengatakan bagaimana perasaanku padanya.
Hingga detik ini, penyesalan itu masih ada. Masih mengganjal di dalam lubuk hatiku yang terdalam. Rasanya bahkan jauh lebih berat dibandingkan saat Rahma masih hidup.
Kau bisa mendengar do'a-do'aku tiap malam, Rahma?
Aku merindukanmu ... sangat merindukanmu :'(

--------------------
Jodoh,  rezeki,  maut, adalah rahasia-Nya, namun apabila kita tidak mengupayakannya maka Jodoh dan rezeki itu tidak akan pernah datang kepada kita. maka jemputlah jodohmu. Sebab jodohmu adalah rezekimu, namun rezekimu bukan merupakan jodoh.
 Jika  jodoh datang menghampirimu dan merasakan dia selalu bersemayam di hati kita, maka dekatkanlah dan eratkanlah jodohmu itu, panggil dan sapalah dia. Sebab Allah telah memilihkan jodohmu untuk dia. Wanita yang baik pastilah mendapatkan pria yang baik!
Jangan kedepankan rasa egomu sebab Allah murka dengan egomu, sehingga setan dan iblis pun dengan senang hati menyelimuti hatimu sehingga membuat egomu menjauhkan jodohmu sendiri.
Tidak ada kamus dalam kehidupan jika seorang wanita harus terlebih dahulu menghubungi si dia, maka harkat dan martabatnya akan jatuh, begitu pula sebaliknya tidak ada nilai kelebihan jika seorang pria menghubungi wanita terlebih dahulu. Namun semuanya tergantung pada individu masing-masing...! Mau dilihat dari sudut pandang yang bagaimana sehingga harkat dan martabat kita jatuh, malu, dan merendahkan diri dihadapan orang lain... !!

Penyesalan selalu datang terlambat, jika penyesalan datangnya di depan maka manusia tidak akan pernah tahu bagaimana pengorbanan, bagaimana bentuk perjuangan, bagaimana bentuk derita, dan bagaimana rasanya sakit hati, dan bagaimana bentuk ujian dan cobaan ditimpakan kepadanya.

Hidup itu indah apabila kita saling mencintai, namun keindahan tak akan sempurna jika keduanya atau salah satu di antaranya hanya memendam perasaan saja.

" Kunci kebahagiaan yang khakiki adalah munculnya naluri kejujuran setiap insan. "

" Putus cinta emang sudah biasa, namun cinta terpendam tersiksa sampai mati. "


         Semoga Cerpen tentang Cinta Terlambat ini bisa bermanfaat, menginspirasi dan bisa menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita. Aamiin


* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid

Sabtu, 20 September 2014

Adil Belum Tentu Banyak



         Suatu pagi, saya memberi uang saku kepada adik saya. Kebetulan saya memiliki dua orang adik. Seorang adik perempuan kelas 6 SD dan seorang adik laki-laki kelas 3 SD. Saya memberikan uang saku dengan jumlah yang berbeda kepada mereka. Tentu saja adik perempuan saya mendapat jumlah uang saku yang lebih banyak. Mengetahui hal ini, saat sepulang sekolah adik laki-laki saya protes.

“Mbak, kalau bagi uang yang adil dong! Masa uang sakuku lebih sedikit dari punya kakak?”

Kemudian saya melemparkan sebuah pertanyaan kepadanya, “Menurutmu adil itu yang seperti apa?”

Dengan polosnya adik saya yang baru berusia 9 tahun itu menjawab, “Ya harus sama jumlahnya dong, Mbak. Kalau kakak dapet sekian aku juga harus dapat jumlah yang sama juga.”

Dengan tersenyum saya meninggalkan dia. Sesaat kemudian saya menemui dia lagi dengan membawa dua buah gelas, literan, dan sebotol air. Kedua gelas itu memiliki ukuran berbeda. Yang pertama gelas besar dan yang kedua gelas kecil.

“Ok dik, sekarang aku minta, tolong masing-masing gelas kamu isi dengan air sebanyak 240 ml!”

Dengan sedikit pengarahan dari saya, dia mulai mengisikan air ke dalam literan hingga mencapai angka 240 ml dan menuangkannya ke dalam gelas besar. Pada gelas yang besar, air hampir memenuhi isi gelas. Namun, pada saat dia mengisi gelas yang kecil airnya tumpah.

Kemudian saya meminta dia untuk mengosongkan gelas-gelas tersebut. Dan sekarang saya memberi instruksi yang berbeda. “Sekarang isikan air ke dalam masing-masing gelas hingga penuh!”

Dia mulai menuangkan air ke dalam masing-masing gelas hingga penuh. Dan sekarang tidak ada air yang tumpah.




Sahabatku sekalian!

Satu pelajaran yang bisa kita ambil dari cerita di atas : Keadilan itu bukan tergantung dari jumlahnya tetapi dari ukurannya.

Sering diantara kita mengeluh kepada Allah. “Ya Allah mengapa dia memiliki harta yang lebih banyak dari aku? Padahal dia memiliki pekerjaan yang sama, ibadah kita juga sama. Bahkan terkadang aku lebih baik dari dia.”

Sadarkah kita bahwa Allah itu Maha Mengetahui? Dia tahu akan ukuran setiap hamba-Nya. Dia tidak akan memberikan sesuatu kepada hamba-Nya kecuali sesuai ukuran sang hamba.

So, jangan pernah berburuk sangka kepada Allah! Tetaplah berusaha dan mensyukuri apa yang diberikan Allah kepada kita! Janganlah mengeluh dan berputus asa! Tapi yakinlah Allah selalu memberi yang terbaik sesuai dengan ukuran hamba-Nya!


          Semoga Cerpen tentang Adil Belum Tentu Banyak ini bisa bermanfaat, menginspirasi dan bisa menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita. Aamiin

* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid

Mbah Shonhaji - Kebumen ( Guru Spiritual Gus Dur )


         Mbah Shonhaji adalah salah satu diantara guru mursyid KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Jika disebut “5 Kyai Khas” yang selalu dipatuhi komandonya oleh Gus Dur, maka beliaulah salah satu diantaranya.


  • Latar Belakang KH. Shonhaji

         KH. Shonhaji Chasbullah lahir sekitar tahun 1916 M. Masa kecilnya dilalui dengan belajar agama di beberapa pesantren. Diantaranya Pesantren Lerap (milik kerabat beliau), Pesantren Jetis (asuhan ayah beliau) dan Pesantren Sumolangu, yang semuanya masih dalam wilayah Kebumen.
Lalu semasa remaja beliau mulai melanglang buana dari satu pesantren ke pesantren lainnya. Diantaranya ia mengaji kepada Mbah Nahrowi Dalhar Watu Congol, Syaikh Hayat Bendo Pare Ringinagung, dan masih banyak lagi pesantren lainnya.

        KH. Shonhaji lebih dikenal dengan Mbah Jimbun Kebumen. Beliau merupakan besan dari KH. Utsman al-Ishaqi Jatipurwo dan KH. Mahrus Aly Lirboyo. Secara nasab beliau masih keturunan ulama-ulama besar, berdarah biru, yang bersambung ke para sunan (Wali Songo) penyebar Islam di Nusantara ini.

         Kyai Shonhaji mulai diketahui khalayak umum sebagai gurunya Gus Dur adalah setelah pengakuan Gus Dur sendiri saat berlangsung Istighatsah Akbar di Gelora Bung Karno. Mungkin banyak yang bertanya, guru dalam hal apa?
Di dalam Ahlussunnah wal Jama’ah, terlebih Nahdlatul Ulama, thariqah atau tasawwuf merupakan hal yang tidak bisa terpisahkan. Dalam ‘Hadits Jibril’ dikenal dengan 3 komponen agama Islam; yakni Iman (tauhid), Islam (fiqih) dan Ihsan (tasawwuf). Ketiganya tidak bisa terpisahkan antara satu dengan yang lainnya, harus berjalan secara seimbang dan beriringan. Maka Kyai Shonhaji bisa dikatakan sebagai guru thariqah atau tasawwufnya Gus Dur.

Salah satu ajaran Kyai Shonhaji yang melekat pada diri Gus Dur adalah kesederhanaan. Seorang tetangga Kyai Shonhaji menyaksikan hal itu. Diceritakannya ia sering melihat Kyai Shonhaji pergi ke pasar Tengok berbelanja sayuran sendiri. Di mata tetangganya itu tentu merupakan pemandangan yang aneh, mengesankan istrinya “kebangetan” membiarkan kyai yang sudah sepuh itu “kedangkrakan” ke pasar sendiri. Tapi itulah secuil gambaran kesederhanaan Kyai Shonhaji.
Meski memiliki nasab yang mulia, tatkala ada seorang kyai penghafal Al-Quran sowan ke Kyai Shonhaji menanyakan silsilah, maka jawab Kyai Shonhaji: “Inna akramakum ‘indallahi atqakum”. (Sesungguhnya paling mulianya kalian di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa).
Kita tahu ayat di atas diawali dengan penegasan Allah bagaimana manusia diciptakan berjenis laki-laki dan perempuan, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk saling mengenal. Amal sholeh lebih utama ketimbang membanggakan nasab mulia. Jawaban di atas mencerminkan kesederhanaan Kyai Shonhaji yang tidak mau terlena dengan membanggakan nasabnya sendiri, sedang amal sholehnya terabaikan.

  • KH. Shonhaji dan Gus Dur
          Saat dukungan semakin santer pada Gus Dur sebagai Rois Aam PBNU, Kyai Shonhaji adalah satu diantaranya yang secara terang-terangan meminta mantan presiden itu bersedia menjadi Rois Aam. Bahkan Mbah Shonhaji telah berkirim surat langsung kepada Gus Dur yang dititipkan melalui Umarudin Masdar, salah satu direktur dan peneliti pada Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKIS).
Mbah Shonhaji selama ini dikenal sebagai salah satu guru spiritual yang dihormati Gus Dur. Tiap Gus Dur datang ke Kebumen, beliau juga hadir mendampinginya. Menurut Wakil Ketua PCNU Kebumen, Drs. Dawamudin Masdar MAg, dirinya ikut menemani Umarudin bersilaturahim dengan Mbah Shonhaji. Bahkan kyai itu menulis selembar surat berhuruf Arab berbahasa Jawa. “Surat itu sudah dibawa ke Jakarta dan sampai langsung ke Gus Dur. Intinya, meminta Gus Dur bersedia dan menyempatkan diri menjadi Rois Aam demi kepentingan umat,” imbuh Dawam.
Dawam menyatakan, dari pertemuan itu Kyai Shonhaji merasa prihatin atas kondisi NU saat ini. Terpanggil untuk ikut urun rembuk selaku kyai sepuh demi kemaslahatan umat, dia yang dekat dengan Gus Dur lalu berinisiatif menulis surat.

         Dawam yang juga cendekiawan NU di Kebumen itu mengakui, selama era KH. Hasyim Muzadi, PBNU telah terkena limbah politik. Dampaknya sangat terasa ketika Pemilu 2004 massa NU di bawah terombang-ambing. Guna mengembalikan organisasi NU makin independen dan kredibel serta berpihak pada nahdliyyin, menurut Dawam, harus ada tokoh yang dihormati untuk menjadi yang dituakan di NU. Tokoh tersebut adalah Gus Dur.
Ungkapan Kyai Shonhaji mengenai Gus Dur: “Gus Dur wonge gunake adab, arep melebu thoriqoh liyo wae sek sempat kirim surat” (Gus Dur itu orangnya beretika, akan masuk ke thariqah yang lain saja dia masih sempat (minta izin dengan) berkirim surat.

  • Kewafatan Kyai Shonhaji
         10 tahun sebelum kewafatannya, saat usia beliau sudah udzur yakni 82 tahun, masih sempat menikah lagi dengan wanita yang umurnya kebalikan dari umur beliau, 28 tahun. Beliau menikahi Ibu Nyai Ruqayyah janda dari Mbah Mangli atau KH. Hasan Asy’ari.
Ulama sepuh dan ahli tawasuf asal Kebumen itu wafat dalam usia 92 tahun. Tepatnya wafat pada hari Senin 17 Maret 2008 M. sekitar pukul 17.00 WIB. Kemudian jenazahnya dimakamkan pukul 13.00 WIB esok harinya, di Jimbun, Sruweng, Kebumen, Jawa Tengah.

   

        Semoga artikel tentang Mbah Shonhaji - Kebumen (Guru Spiritual Gus Dur ) ini bisa bermanfaat, menginspirasi dan bisa menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita. Aamiin

* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid





# Mohon maaf bila didalam tulisan maupun penjelesan artikel ini ada kesalahan dan masukan dari sahabat sangatlah berarti.

5 (lima) Aktivitas Yang Tidak Boleh Dilakukan Setelah Makan



       Jenis makanan serta pola makan yang Anda lakukan menyumbang peranan besar dalam kesehatan tubuh. Terutama kesehatan pencernaan. Makanan yang tidak tercerna dengan sempurna mampu merusak kesehatan pencernaan Anda dan bisa menimbulkan gangguan kesehatan.




1. Berenang
          Berpikiran untuk langsung berenang setelah makan? Sebaiknya Anda urungkan dahulu niat Anda. Anda harus menunggu setidaknya 30 menit setelah makan untuk berenang. Alasannya bahwa terjadi penarikan lebih banyak darah ke saluran cerna untuk membantu mencerna makanan. Sehingga tindakan berenang justru dapat menyebabkan kram ringan pada perut.

2. Mandi
          Mandi adalah salah satu kegiatan yang sebaiknya tidak Anda lakukan setelah makan. Konsepnya adalah aliran darah banyak terkumpul di saluran pencernaan setelah Anda makan. Sedangkan ketika Anda mandi, tubuh menjadi dingin dan hal ini tidak membantu makanan tercerna dengan baik yang berakhir dengan munculnya masalah kesehatan.

3. Tidur
         Punya kebiasaan untuk langsung tidur setelah makan? Sebaiknya hilangkan kebiasaan ini. Sebab ketika Anda langsung berbaring setelah makan, bisa meningkatkan tekanan pada diagrafma dan menyebabkan radang usus.

4. Jalan kaki
         Jalan kaki setelah makan mampu menyebabkan refluks asam dalam sistem pencernaan. Selain itu jalan kaki mampu mencegah penyerapan nutrisi dari makanan.

5. Minum teh
         Minum teh setelah makan memiliki efek buruk tersendiri pada sistem pencernaan Anda. Teh membuat tubuh Anda tidak bisa menyerap zat besi dari makanan. Asam dalam teh juga akan mengganggu penyerapan protein dalam makanan. Oleh karena itulah, minum teh adalah hal yang sebaiknya tidak Anda lakukan setelah makan..

Beberapa aktivitas yang Anda lakukan setelah makan mampu menghambat penyerapan makanan dan mengganggu kerja sistem pencernaan seperti contoh di atas. Oleh karena itu sebisa mungkin hindari hal tersebut demi kesehatan tubuh Anda.

"Didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat"

          Semoga artikel tentang 5 (lima) Aktivitas Yang Tidak Boleh Dilakukan Setelah Makan ini bisa bermanfaat, menginspirasi dan bisa menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita. Aamiin

* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid

Sujud Terakhirku Di Malam Pengantin


         Kisah nyata yang diceritakan oleh Syeikh Abdul Muhsin Al Ahmad ini terjadi di Abha, ibu kota Provinsi Asir Arab Saudi.


“Setelah melaksanakan sholat Maghrib dia berhias, menggunakan gaun pengantin putih yang indah, mempersiapkan diri untuk pesta pernikahannya. Lalu dia mendengar adzan Isya, dan dia sadar kalau wudhunya telah batal.

Dia berkata pada ibunya : “Bu, saya mau berwudhu dan shalat Isya.”

Ibunya terkejut : “Apa kamu sudah gila? Tamu telah menunggumu untuk melihatmu, bagaimana dengan make-up mu? Semuanya akan terbasuh oleh air.”

Lalu ibunya menambahkan : “Aku ibumu, dan ibu katakan jangan sholat sekarang! Demi Allah, jika kamu berwudhu sekarang, ibu akan marah kepadamu”

Anaknya menjawab : “Demi Allah, saya tidak akan pergi dari ruangan ini, hingga saya shalat. Ibu, ibu harus tahu “bahwa tidak ada kepatuhan kepada makhluk dalam kemaksiatan kepada Pencipta”!!

Ibunya berkata : “Apa yang akan dikatakan tamu-tamu kita tentang mu, ketika kamu tampil dalam pesta pernikahanmu tanpa make-up?? Kamu tidak akan terlihat cantik dimata mereka! dan mereka akan mengolok-olok dirimu !

Anaknya berkata dengan tersenyum : “Apakah ibu takut karena saya tidak akan terrlihat cantik di mata makhluk? Bagaimana dengan Penciptaku? Yang saya takuti adalah jika dengan sebab kehilangan sholat, saya tidak akan tampak cantik dimata-Nya”.

Lalu dia berwudhu, dan seluruh make-up nya terbasuh. Tapi dia tidak merasa bermasalah dengan itu.

Kemudian dia memulai sholatnya. Dan pada saat itu dia bersujud, dia tidak menyadari itu, bahwa itu akan menjadi sujud terakhirnya.

Pengantin wanita itu wafat dengan cara yang indah, bersujud di hadapan Pencipta-Nya.

Ya, ia wafat dalam keadaan bersujud. Betapa akhir yang luar biasa bagi seorang muslimah yang teguh untuk mematuhi Tuhannya!

Ia telah menjadikan Allah dan ketaatan kepada-Nya sebagai prioritas pertama.

Wahai Sahabat ...
Bayangkan jika kita berada di tempat itu! Apa yang kita akan lakukan? Apa yang kita akan pilih: pujian manusia atau Maha Pencipta?

Wahai Sahabat ...
Adakah jaminan bahwa kita akan hidup untuk menit seterusnya? Jam? atau Bulan, bahkan Tahun?!!

Tidak ada seorangpun yang tahu kapan ajal akan datang? Atau bila kita akan bertemu malaikat Maut? Jadi, apakah kita siap untuk saat itu?

Wahai Muslimah ...
Apa yang anda pilih: bersantai tanpa jilbab atau dirahmati Allah dengan memakai jilbab?
Apakah kita siap untuk menemui Allah tanpa jilbab?




Subhanallah…



         Semoga Cerpen tentang Sujud Terakhirku Di Malam Pengantin ini bisa bermanfaat, menginspirasi dan bisa menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita. Aamiin

* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid

Kamis, 18 September 2014

KH. Moh. Said - Ketapang (Kyai yang Mahir Berbahasa Asing)


       

    KH. Moh. Said adalah salah satu ulama pendiri NU. Pernah diberi tugas oleh Hadhratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari untuk mengibarkan bendera NU ke penjuru dunia karena beliau termasuk orang yang mahir berbahasa Inggris, Russia, Jerman dan Belanda. Bersama Syaikh Ghanaim dan KH. A. Wahab Hasbullah, beliau berkelana ke luar negeri mengabarkan NU ke dunia internasional. Beliau mengantarkan surat berdirinya NU ke penjuru dunia Eropa.

Beliau adalah pendiri Pondok Pesantren Ketapang Malang, yang telah mendapatkan ijazah kemursyidan Thariqah Naqsyabandiyah-Khalwatiyah sewaktu di Mekkah. Di Mekkah itulah pertama kali beliau berjumpa dengan KH. A.Wahab Hasbullah dkk.

1. Kelahiran dan Pendidikan KH. Moh. Said

          KH. Moh. Said lahir di Jl. Tongan Kodya Malang pada tahun 1901 dari pasangan H. Moh. Anwar dan Ny. Lis.
Pada masa penjajahan Belanda, Kyai Said termasuk beruntung. Karena pada usia 10 tahun, beliau dapat mengenyam pendidikan dan berhasil menamatkan pendidikan NIS tahun 1911. 5 tahun kemudian, tahun 1916, menamatkan ELS. Setamat dari ELS beliau bekerja menjadi Komis Pos di Jember selama 9 tahun, 1916-1925.

Secara khusus, awalnya Kyai Said hanya nyantri di beberapa kyai di Malang, seperti ngaji pada Kyai Mukti Kasin, dan beberapa kyai lainnya. Selain itu, juga pernah nyantri ke Canga’an Bangil. Kemudian nyantri ke Pondok Pesantren Salafiyah Siwalan Panji Sidoarjo pada tahun 1926-1931, setahun setelah menikah.

2. Mendirikan PPAI Ketapang Kepanjen Malang

           KH. Moh. Said pindah di Kabupaten Malang sejak tahun 1927. Sedangkan Pondok Pesantren PPAI Desa Sukoraharjo Dusun Ketapang Kepanjen Malang berdiri pada tanggal 28 Oktober 1948 oleh KH. Moh. Said. Pondok ini merupakan pemindahan pondok pesantren dari daerah Karangsari Bantur, Kabupaten Malang, yang juga didirikan oleh beliau pada tahun 1931.

Selanjutnya beliau mendirikan dan mengasuh Pondok Pesantren di Sonotengah, Pakisaji, Kabupaten Malang selama 16 tahun, 1931-1947. Tahun 1948 beliau mendirikan pesantren pindahan dari Sonotengah, di daerah Karangsari Bantur guna menyelamatkan santrinya dari penjajahan Belanda. Beliau berjuang mengusir penjajah Belanda serta menjadi penggerak tentara Hizbullah dari tahun 1945-1948.

Sebagaimana umumnya pesantren NU, pondok beliau juga bersistem pengajaran klasikal (Salafiyah). Unit pendidikan yang tersedia meliputi Sekolah Diniyah Putra-Putri Ibtida’iyah, Tsanawiyah dan Aliyah.

3. Anak Didik KH. Moh. Said

          “Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.” (QS. al-Jatsiyah ayat 18).

Ayat itulah yang selalu ditanamkan KH. Moh. Said kepada santrinya. Harapannya, agar santri yang menuntut ilmu di Pondok Pesantren Agama Islam (PPAI) Ketapang, Kepanjen, yang diasuhnya tidak model-model. “Kalau memang hanya bisa membaca al-Fatihah, ya ajarkan al-Fatihah itu,” ujarnya kala itu.

Prinsip Kyai Said: “Sebagai seorang pemimpin harus bisa mencetak atau mengkader santrinya menjadi pemimpin.” Karenanya, tak heran jika kemudian Kyai Said berhasil mengkader santrinya menjadi kyai, ustadz dan tokoh masyarakat, seperti:

  1. KH. Abdul Hanan
  2. KH. Alwi Murtadho (Pengasuh PPAI Al-Ihsan Blambangan Bululawang)
  3. KH. Abdul Basyir
  4. KH. Drs. Mahmud Zubaidi (Ketua MUI Kabupaten Malang dan Pengurus NU Cabang Kabupaten Malang)
  5. Ustadz H. Ismail Qodly (guru agama di SLTP Shalahuddin)
  6. Gus Mad Suyuti Dahlan (Pengasuh Ponpes Nurul Ulum Kacuk Sukun)
  7. KH. Ahmad Su’aidi (Pengasuh PPAI Ketapang, menggantikan Kyai Moh. Said)
  8. Dan puluhan kiai lainnya yang tersebar di Malang dan sekitarnya.

4. Perjuangan dan Pengabdian KH. Moh. Said

         Sejak masa muda, beliau memang dikenal sebagai orang yang suka bekerja keras dan tekun belajar. Selain membantu orangtuanya, juga berdagang serta terkadang bertani.

Beliau menikah pada tahun 1925 dengan Siti Fatimah, seorang wanita dari Kidul Pasar Malang. Waktu itu, beliau masih berstatus sebagai pegawai di Kantor Gubernur di Surabaya tahun 1925-1927. Dalam pernikahan tersebut, Kyai Said tidak sampai dikarunia anak.

Bekerja menjadi pegawai pemerintah Belanda, ternyata tidak memuaskan hati beliau, hingga dia mengundurkan diri. Karenanya, setelah menyelesaikan pendidikan di pesantren beliau mendirikan dan mengasuh Pondok Pesanntren Sono Tengah Pakisaji Malang, pada tahun 1931-1947. Pada tahun 1948, beliau mendirikan Pesantren Karangsari di Bantur. Setelah itu, sekitar tahun 1949 mendirikan Ponpes PPAI Ketapang, Kepanjen.

Di masa pendudukan penjajah Belanda, Kyai Said turut berjuang bersama masyarakat untuk mengusir penjajah. Bahkan beliau termasuk tokoh yang menggerakkan tentara Hizbullah pada tahun 1945-1948.

Di kalangan santri dan masyarakat, beliau dikenal sebagai ulama yang bijaksana. Beliau juga dekat dengan umara’ dan organisasi, tetap menampakkan pribadi yang alim, wara’ dan sufi. Selain itu, juga aktif di organisasi NU dan sempat menjadi Rois Syuriah NU Cabang Malang pada tahun 1950-1965. Bahkan, pernah ditunjuk menjadi Ketua Misi Ulama se Jatim ke Moskow (Rusia) dan Karachi (Pakistan) mewakili Partai NU wilayah Jawa Timur.

Menurut Gus Mad Suyuti Dahlan, Kyai Said itu sosok sufi yang berpendirian teguh, suka menyendiri dan menjauhi keramaian. Meski beliau lebih menekankan pada syariat (fiqih), tapi juga mengamalkan Thariqah Khalwatiyah dengan kitab susunannya Khulashah Dzikr al-‘Ammah wa al-Khasshah, yang didirikan Syaikh Khalwati. “Beliau itu hampir 27 tahun tidak pernah telat melaksanakan shalat berjamaah. Dan pelajaran itu, selalu ditekankan pada santri-santrinya,” ujar Almaghfurlah KH. Suyuti Dahlan (Pengasuh PP Nurul Ulum Kebon Sari Malang).

Demikian juga dalam bidang pendidikan, beliau sangat memperhatikan para generasi muda. Para santrinya diarahkan untuk menjadi penganjur agama Islam atau da’i, menjadi kader-kader dakwah yang memperjuangkan agama Islam ala Ahlussunnah wal Jama’ah serta menyebarluaskan ajaran pesantren yang sehaluan dengan PPAI Ketapang.


5. Pertemuan Dua Wali, KH. Abdul Hamid dan KH. Moh. Said

          Pagi itu hampir beranjak siang, KH. Abdul Hamid (Mbah Hamid) Pasuruan sudah berada di depan Ndalem KH. Mohammad Said, Pengasuh PPAI Ketapang Kepanjen Malang, seraya mengucapkan: “Assalamu’alaikum...” sampai 3 kali, tapi tak ada jawaban.

Tak lama kemudian, muncul seorang santri datang dari bilik yang tak jauh dari Ndalem mendatangi Kyai Abdul Hamid yang berada di serambi Ndalem. “Romo Kyai Said wonten?” Kyai Said ada? Tanya Kyai Hamid.

“Romo Kyai Said kadose tindakan kolowau kaleh Bu Nyai. Ngapunten, saking pundi?” Kyai Said sepertinya tadi pergi bersama Bu Nyai. Maaf, Anda dari mana? Tanya santri tadi.

“Kulo Abdul Hamid saking Pasuruan”, saya Abdul Hamid dari Pasuruan.

Mendengar jawaban itu santri tadi langsung bingung tak tahu harus berbuat apa karena sekarang ia tahu bahwa yang di hadapannya bukan orang biasa, tetapi kyai panutan banyak orang. Melihat hal itu Kyai Hamid pun langsung berkata kepada santri tadi: “Menawi ngaten kulo tak ngrantosi Romo Kyai Said ten masjid mawon mpun nak geh”, kalau begitu sembari menunggu Kyai Said, saya di masjid dulu ya.

Akhirnya Kyai Hamid pun berjalan menuju masjid yang tak jauh dari Ndalem, kemudian shalat dua rakaat lalu rebahan tidur di depan mihrab masjid. Sedangkan santri tadi sambil bingung kembali ke bilik memberi tahu teman-temannya bahwa tamu tadi adalah Kyai Hamid dari Pasuruan yang alim dan wara’.

Selang hampir satu jam, melihat kondisi Kyai Hamid yang sedang tidur-tiduran di depan mihrab menunggu kedatangan Kyai Said, akhirnya santri tadi berinisiatif untuk mencari keluarga atau abdi ndalem agar bisa membukakan pintu Ndalem Kyai Said. Tujuannya supaya Kyai Hamid bisa menunggu di Ndalem saja.

Tak lama kemudian keluarlah Gus Kholidul Azhar, putra angkat Kyai Said, dari dalam Ndalem sambil kelihatan layu nampak habis bangun tidur. Maka tanpa basa-basi santri tadi langsung berkata kepada Gus Kholid: “Gus, wonten Kyai Hamid Pasuruan bade sowan dateng Romo Yai,” Gus ada Kyai Hamid Pasuruan ingin menghadap KH. Said.

“Iyo wis mari ketemu kok,” iya sudah ketemu kok, jawab Gus Kholid.

“Lho, kepanggih pripun tho Gus. Lha wong Kyai Hamid sak meniko tasik nenggo Romo Kyai Said kundur saking tindakan ten masjid ngantos sare wonten ngajenge mihrob”, Sudah ketemu bagaimana Gus, lha tadi Kyai Hamid masih menunggu Kyai Said yang sedang keluar di masjid depan mihrab kok.

“Lho, sopo sing ngomong Abah (Kyai Said) tindak? Wong iki maeng lho aku metu teko kamar (habis tidur) Abah karo Kyai Hamid isik temon-temonan ndek mbale (ruang tamu) omah”, kata siapa Abah sedang keluar? Baru saja aku keluar kamar, Abah bersama Kyai Hamid bertemu di ruang tamu.

“Lho, saestu Gus Romo Kyai Said tasik tindakan, kulo ningali piambak wau mios ipun. Pramilo Kyai Hamid nenggo Romo Kyai kundur sakniki ten masjid” beneran lho Gus, tadi Kyai Said sedang keluar. Saya lihat. Sedangkan Kyai Hamid menunggunya di masjid.

“Koen iki yokpo se, dikandani lek Abah karo Kyai Hamid isik temon-temonan ndek mbale kok gak percoyo?” Kamu ini bagaimana sih, diberi tahu Abah bersama Kyai Hamid masih bertatap muka di ruang tamu kok tidak percaya.

“Mosok nggeh Gus, saestu tah? Wong nembe mawon kulo tasik ningali Kyai Hamid wonten masjid, sare ten ngajenge mihrob. Lan kulo ningali Kyai tindakan lan dereng kondur.” Masak sih Gus, sungguh? Baru saja saya lihat Kyai Hamid masih di masjid, tiduran di depan mihrab. Dan saya lihat Kyai Said sedang keluar, belum pulang.

“Koen iki, dikandani kok gak percoyo.” Kamu itu diberi tahu kok tidak percaya. Timpal Gus Kholid.

Di tengah perdebatan antara santri tadi dengan Gus Kholid, tiba-tiba datang mobil Holden Kyai Said datang dan berhenti di depan Ndalem. Keluarlah dari dalam mobil tadi Kyai Said dan Ibu Nyai. Melihat pemandangan itu, Gus Kholid dan santri tadi menjadi bingung. “Lho Gus, niku lho Romo Kyai nembe kondur saking tindakan,” Lho Gus, itu Kyai Said baru saja pulang, tukas santri tadi.

“Lha terus, sing tak delok temon-temonan ndek mbale omah iki maeng sopo?” Lha terus yang barusan saya lihat sedang bercengkerama di ruang tamu itu siapa? Sela Gus Kholid.

“Lha geh duko Gus,” Ya tidak tahu, Gus, jawab santri tadi.

Di tengah kebingungan keduanya, maka Gus Kholid langsung menghampiri Kyai Said yang baru keluar dari mobil, seraya berkata: “Abah, wonten...”

Belum selesai berkata, Kyai Said langsung menjawab: “Kyai Hamid? Wis.. wis... Abah wis ketemu kok.” Kyai Hamid? Sudah, sudah saya temui kok. Sambil berjalan menuju Ndalem.

Maka makin bingunglah Gus Kholid dan santri tadi mendengar jawaban Kyai Said tersebut. Demi untuk menghilangkan kebingungannya, santri tadi langsung berlari ke masjid memastikan Kyai Hamid masih di depan mihrab. “Tapi kali ini ia tidak berhasil menemukan Kyai Hamid di sana, dicari ke mana-mana pun tidak ketemu.” Tutur KH. Achmad Muchtar Gz, santri KH. Moh. Said, mengakhiri kisahnya.


6. Kewafatan KH. Moh. Said

           Pernah sewaktu sakitnya, beliau dikunjungi Al-Quthb Al-Habib Abdul Qadir Bilfaqih, Pengasuh Pesantren Darul Hadits Al-Faqihiyah, yang waktu itu diantarkan oleh Gus Suyuti Dahlan. Dalam pertemuan itu, Habib Abdul Qadir sempat menawarkan obat dari Jerman yang sangat istimewa dan mujarab kepada Kyai Said.

Namun, dengan segala kerendahan hati tawaran sang habib tersebut ditolaknya. Lantas Kyai Said menceritakan, jika dirinya pernah bermimpi. Hatinya pecah menjadi dua. Pecahan itu kemudian menjadi tulisan dalam bahasa Arab, yang artinya: “Tidak ada obat untuk penyakit ini, kecuali dengan dzikrullah.”

“Kalau begitu, tidak usah saya beri obat Pak Kyai. Dzikir itu saja diteruskan,” tutur Gus Mad Suyuti menirukan perkataan Habib Abdul Qadir Bilfaqih kepada Kyai Said waktu itu.

KH. Moh. Said wafat pada tanggal 1 Desember tahun 1964 dalam usia 63 tahun. Jenazahnya dimakamkan di lingkungan Pesantren PPAI Ketapang Kepanjen Malang.



            Semoga artikel tentang KH. Moh. Said - Ketapang ( Kyai yang Mahir Berbahasa Asing ) ini bisa bermanfaat, menginspirasi dan bisa menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita. Aamiin

* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid



# Mohon maaf bila didalam tulisan maupun penjelesan artikel ini ada kesalahan dan masukan dari sahabat sangatlah berarti.

Sederhana Namun Istimewa



Tak perlu mencari pasangan yang begitu sempurna untuk menjadi calon pendamping hidupmu ...



Cukuplah sosok yang sederhana saja ...
Seseorang yang akan merasa bahagia telah mendapatkanmu ...
Seseorang yang akan merasa bangga telah memilikimu ...
Seseorang yang selalu rela berkorban demi bahagiamu ...
Kerana dia punya satu alasan, Yaitu ingin selalu hidup setia bersamamu ...

Sahabatku setia,
Mungkin kita pernah dihinggapi cinta membara ...
Seperti api bertemu kayu ...
Hingga sadar semuanya telah menjadi abu ...

Atau kita pernah merasa cinta bercahaya ...
Seperti dua lilin yang saling menerangi ...
Padahal hakikatnya saling melelehkan diri ...

Padahal, cinta sejati itu ibarat tanah yang subur ...
Menumbuhkan pohon yang berakar kuat juga batang yang menjulang tinggi ...
atau seperti mentari yang setia berbagi tanpa harap diberi ...
Juga ibarat oksigen yang tak dapat dilihat, namun terasa manfaatnya ...



Semoga kita bisa memberikan cinta sejati yang diikat oleh pernikahan suci dan didasari niat untuk ibadah pada ilahi.

Wanita yang sholehah dan hebat mampu menjadikan lelaki biasa menjadi istimewa ...
Dengan ketekunannnya ia mendorong suami dan anak-anak untuk giat belajar dan berusaha ...
Dengan kelembutannya ia merawat suami dan anak-anaknya sehingga terurus dengan baik ...

Sedangkan lelaki hebat, ia mampu menghargai seluruh jerih payah istri dengan berusaha untuk selalu membahagiakannya ...



         Semoga Cerpen tentang Sederhana Namun Istimewa ini bisa bermanfaat, menginspirasi dan bisa menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita. Aamiin

* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid


Rabu, 17 September 2014

Administrasi


  • A. Pengertian Administrasi
        Secara etimologis, administrasi berasal dari bahasa latin yang terdiri dari kata ad yang berarti intensif dan ministraire yang berarti to serve (melayani). Literatur lain menjelaskan bahwa administrasi merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu administration yang bentuk infinitifnya adalah to administer. Dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English (1974), kata administer diartikan sebagai to manage (mengelola) atau to direct (menggerakkan) (Ulbert Silalahi 1992: 2-3). Kata administrasi juga berasal dari bahasa Belanda, yaitu administratie yang meliputi kegiatan catat mencatat, surat menyurat, pembukaan ringan, ketik mengetik, agenda dan sebagainya yang bersifat teknis ketatausahaan (clrecical work) (Suwarno Handayaningrat,1988: 2) Secara ilmu, menurut Leonard D. White (dalam Introduction to Study of Public Administration), administrasi adalah suatu proses yang pada umumnya terdapat pada
semua usaha kelompok Negara atau swasta, sipil atau militer, usaha yang besar atau yang kecil dan sebagainya. Sementara itu The Liang Gie (1980) menyatakan bahwa administrasi adalah segenap rangkaian kegiatan penataan terhadap pekerjaan pokok yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam kerja sama mencapai tujuan tertentu. William H. Newman (dalam Administrative Action The Techniques of Organization and Management) mendefinisikan administrasi sebagai pembimbingan, kepemimpinan dan pengawasan usaha-usaha suatu kelompok orang-orang ke arah pencapaian tujuan bersama. Sondang P. Siagian (dalam Filsafat Administrasi) berpendapat bahwa administrasi merupakan keseluruhan proses kerjasama antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Sementara itu Dwight Waldo (1971) mendefinisikan administrasi sebagai suatu daya upaya manusia yang kooperatif yang mempunyai tingkat rasionalitas yang tinggi. Dengan demikian pengertian administrasi dapat dikelompokkan dalam dua kategori 1 yaitu :


1. Pengertian Administrasi dalam arti sempit
          Administrasi dalam arti sempit adalah kegiatan penyusunan dan pencatatan data dan informasi secara sistematis dengan maksud untuk menyediakan keterangan serta memudahkan memperolehnya kembali secara keseluruhan dan dalam hubungannya satu sama lain. Administrasi dalam arti sempit inilah yang sebenarnya lebih tepat disebut tata usaha (clerical work / office work). Seluruh kegiatan ketatausahaan dapat dirangkum dalam tiga kelompok, yaitu korespondensi, ekspedisi, dan pengarsipan.

2. Pengertian Administrasi dalam arti luas
          Administrasi dalam arti luas adalah kegiatan kerjasama yang dilakukan sekelompok orang berdasarkan pembagian kerja sebagaimana ditentukan dalam struktur dengan mendayagunakan sumber daya-sumber daya untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Jadi administrasi dalam arti luas memiliki unsur-unsur : sekelompok orang, kerjasama, pembagian tugas secara terstruktur, kegiatan yang runtut dalam proses, tujuan yang akan dicapai, dan memanfaatkan berbagai sumber.


  • B. Administrasi Perkantoran
          Administrasi perkantoran ditinjau dari sudut ilmu berinduk pada administrasi.Definisi administrasi perkantoran dalam makalah ini ialah usaha penyelenggaraan perkantoran guna membantu pucuk pimpinan organisasi dalam pengambilan keputusan dan pencapaian tujuan organisasi, atau dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah office management.

II Administrasi perkantoran meliputi kegiatan pelayanan
Keamanan, Kebersihan dan Keindahan, Pelayanan tamu, Pelayanan telepon, Pelayanan
kepegawaian, Pelayanan kesiswaan, Pelayanan keuangan, Pelayanan umum, Pelayanan
surat menyurat dan Ekspedisi.

--------------------


A. Pelayanan Keamanan, Kebersihan, dan Keindahan
1. Pelayanan Keamanan
         Dalam rangka pelayanan keamanan diberdayakan 2 petugas satpam yang tugasnya meliputi menata dan mengamankan parkir kendaraan pegawai dan tamu, mencatat dan melaporkan tamu yang datang dan pulang, serta mengamankan lingkungan sekolah.
2. Pelayanan Kebersihan dan Keindahan
        Pelayanan kebersihan dan keindahan dilakukan oleh 1 orang petugas kebersihan dan keindahan, dengan melibatkan pula beberapa orang guru pembina 7K dan siswa, serta guru piket.

B. Pelayanan Tamu dan Telepon
        Pelayanan tamu dilakukan oleh satu orang petugas penerima tamu, yang bertugas memandu tamu sesuai dengan maksud dan tujuan si tamu. Sedangkan pelayanan telepon terbatas pada melayani telepon yang masuk, lalu meneruskan atau menindak-lanjuti sesuai dengan maksud dan tujuan si penelepon.

C. Pelayanan kepegawaian
        Pelayanan kepegawaian meliputi: melengkapi arsip data kepegawaian setiap individu pegawai pada file yang tersedia, mengisi daftar induk kepegawaian, membuat laporan bulanan keadaan pegawai, mengurus secara administrasi mengenai usul-usul kepegawaian seperti usul PAK, usul kenaikan pangkat, usul kenaikan gaji berkala, usul mutasi tugas atau mutasi jabatan, permintaan cuti/izin, membuat data dan analisis kepegawaian, dan lain-lain. Pelayanan kepegawaian dilakukan secara manual dan digital sesuai dengan kebutuhan.

D. Pelayanan kesiswaan
        Pelayanan kesiswaan meliputi tugas-tugas: membuat klapper, mengisi daftar induk siswa, data keadaan siswa setiap bulan, surat menyurat kesiswaan dan administrasi pembinaan kesiswaan. Semuanya dilakukan secara manual dan digital sesuai dengan kebutuhan.

E. Pelayanan keuangan
        Pelayanan keuangan berupa daftar pembayaran gaji/honor/dana transportasi/dsb, membuat RAPBS bersama dengan tim khusus, pengadaan ATK/operasional sekolah, proposal pendanaan/subsidi bekerja sama dengan komite sekolah/instansi terkait, dan lain-lain. Semua kegiatan dilakukan secara manual dan digital sesuai dengan kebutuhan.

F. Pelayanan umum
       Pelayanan umum meliputi: persuratan dan kegiatan administrasi umum, yang tidak memerlukan penanganan khusus seperti legalisir, penggandan dengan mesin stensil, dokumentasi kegiatan, konsumsi/akomodasi, penyajian data dan sejenisnya.

G. Pelayanan surat menyurat dan ekspedisi
Surat menyurat dan ekspedisi dilakukan oleh petugas khusus agar terjamin keakuratan, penyampaian dan efektivitasnya. Selain dari itu untuk memudahkan pengecekan jika dibutuhkan dan jira terjadi hal-hal yang tak diinginkan sehubungan dengan surat-menyurat yang ada. Demikian secara garis besar mengenai pelayanan administrasi perkantoran yang ada . Rincian tugas dan kegiatan secara detail dan lebih jelas dituangkan dalam buku panduan pelaksanaan tugas-tugas administrasi perkantoran.


III. Penutup
          Administrasi perkantoran merupakan bagian dari administrasi secara umum, karena itu dalam administrasi perkantoran, khususnya diterapkan sesuai dengan makna dan tujuan administrasi itu sendiri, sebagaimana teori administrasi yang telah diuraikan dalam bagian pendahuluan dari makalah singkat ini. Administrasi yang baik membutuhkan office management yang baik pula, dan office management yang baik membutuhkan seorang office manager yang baik. Office manager yang baik harus pula memiliki seorang administrator yang baik, yang mampu memberdayakan semua potensi yang ada dalam organisasi yang dipimpinnya secara harmonis dan berkesinambungan.


Diharapkan kepada semua lembaga pendidikan, agar mampu dan jeli dalam menggali dan memberdayakan setiap potensi yang ada di sekolah supaya tercapai tujuan bersama berupa pelayanan adminsitrasi yang prima.



               Semoga artikel tentang Administrasi ini bisa bermanfaat, menginspirasi dan bisa menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita. Aamiin

* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid