Sabtu, 31 Mei 2014

Delima ( Punica granatum L.)


Sinonim : Malum granatum Rumph.
Familia :Punicaceae.


        Delima berasal dari Timur Tengah, tersebar di daerah subtropik sampai tropik, dari dataran rendah sampai di bawah 1.000 m dpl. Tumbuhan ini menyukai tanah gembur yang tidak terendam air, dengan air tanah yang tidak dalam. Delima sering ditanam di kebun-kebun sebagai tanaman hias, tanaman obat, atau karena buahnya yang dapat dimakan. Berupa perdu atau pohon kecil dengan tinggi 2-5 m. Batang berkayu, ranting bersegi, percabangan banyak, lemah, berduri pada ketiak daunnya, cokelat ketika masih muda, dan hijau kotor setelah tua. Daun tunggal, bertangkai pendek, letaknya berkelompok. Helaian daun bentuknya lonjong sampai lanset, pangkal lancip, ujung tumpul, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan mengkilap, panjang 1-9 cm, lebar 0,5-2,5 cm, warnanya hijau. Bunga tunggal bertangkai pendek, keluar di ujung ranting atau di ketiak daun yang paling atas. Biasanya, terdapat satu sampai lima bunga, warnanya merah, putih, atau ungu. Berbunga sepanjang tahun. Buahnya buah buni, bentuknya bulat dengan diameter 5-12 cm, warna kulitnya beragam, seperti hijau keunguan, putih, cokelat kemerahan, atau ungu kehitaman. Kadang, terdapat bercak-bercak yang agak menonjol berwarna tebih tua. Bijinya banyak, kecil-kecil, bentuknya bulat panjang yang bersegi-segi agak pipih, keras, tersusun tidak beraturan, warnanya merah, merah jambu, atau putih. Dikenal tiga macam delima, yaitu delima putih, delima merah, dan delima ungu. Perbanyakan dengan setek, tunas akar atau cangkok.


Nama 
  • Daerah
Aceh: Sumatera: glima
Gayo: Glimeu mekah
Batak: Dalimo .
Jawa: Jawa: gangsalan
Sunda: Dalima
Madura: Dhalima
Nusa Tenggara ( Sasak ): Jeliman
Bima: Talima
Roti: Dila dae lok
Timor: Lelo kase, rumau
Kisar: Maluku: dilimene


  • Asing
Shi liu (C)
Granaatappel (B)
Grenadier (P)
Granatbaum (J)
Luru (V)
Thap thim (T)
Granada (Tag.)
Pomegranate (I)

  • Simplisia
Granati Cortex (Wit kayu delima),
Granati Pericarpium (Wit buah delima).


Bagian yang di Gunakan   
Bagian tanaman yang digunakan sebagai obat adalah kulit kayu, kulit akar, kulit buah, daun, biji, dan bunganya. Kulit akar dikeringkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Kulit buah dapat digunakan segar atau setelah dikeringkan.

Manfaat dan Khasiat
Kulit buah (shi flu pi) mengobati: 
  1.  Sakit perut karena cacing,
  2. Buang air besar mengandung darah dan lendir (disentri amuba),
  3. Diare kronis,
  4. Perdarahan seperti wasir berdarah, muntah darah, batuk darah, perdarahan rahim, perdarahan rektum,
  5. Prolaps rektum,
  6. Radang tenggorok,
  7. Radang telinga,
  8. Keputihan (leukorea)
  9. Nyeri lambung.

Kulit akar dan kulit kayu mengobati:
  1. Cacingan terutama cacing pita (taeniasis)
  2. Batuk
  3. Diare

Bunga mengobati:
  1. Radang gusi
  2. Pendarahan
  3. Bronkhitis

Daging buah mengobati:
  1. Menurunkan berat badan
  2. Cacingan
  3. Sariawan, tenggorokan sakit, suara parau
  4. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
  5. Sering kencing
  6. Rematik (artritis)
  7. Perut kembung

Biji mengobati:
  1. Menurunkan demam, batuk,
  2. Keracunan
  3. Cacingan.

Cara Pemakaian
        Untuk obat yang diminum, rebus kulit akar atau kulit kayu yang telah dikeringkan (7 gr). Rebus kulit buah (10-15 gr). Makan buahnya (1 buah) atau dibuat jus. Bisa dicampur dengan jus wortel.
Untuk pemakaian luar, rebus kulit buah atau kulit akar, lalu gunakan airnya setelah dingin untuk kumur-kumur (gargle) pada radang gusi, sakit tenggorokan, luka tersiram air panas, infeksi jamur di kaki, atau disemprotkan ke liang kemaluan (vagina) pada keputihan. Gunakan jus buah delima untuk berkumur pada sariawan, radang gusi, gigi berlubang, atau sebagai obat kompres pada wasir yang sedang meradang.



  • Cacingan 
a). Bahan: Akar delima 7gr
Cara pembuatan: Cuci akar delima yang telah dikeringkan (7 gr.), lalu potong-potong seperlunya. Rebus dengan satu gelas air selama 15 menit. Setelah dingin dan saring.
Cara pemakaian: Minum airnya sekaligus.

b). Bahan: Kulit delima kering 15 gr dan serbuk biji pinang
Cara pembuatan: Rebus kulit delima kering dan serbuk biji pinang dengan tiga gelas air bersih. Didihkan perlahan-lahan selama satu jam. Setelah dingin dan saring.
Cara pemakaian: Kemudian minum sekaligus sebelum makan pagi.

c). Bahan: Buah delima dan Wortel
Cara pembuatan: Campur jus buah delima dengan jus wortel, masing-masing setengah gelas. Aduk sampai merata
Cara pemakaian: kemudian minum sekaligus

d). Bahan:  Bubuk biji delima kering dan Jus nanas
Cara pembuatan: Masukkan bubuk biji delima kering (satu sendok makan) dalam segelas jus nanas yang belum terlalu masak.
Cara pemakaian: Aduk merata, minum sewaktu perut kosong.

  • Radang gusi
Bahan: Bunga delima
Cara pembuatan: Cuci bunga delima (tujuh kuntum) dengan air bersih, lalu rebus dengan segelas air bersih sampai mendidih. Setelah dingin dan saring
Cara pemakaian: Di gunakan untuk kumur-kumur.

  • Perdarahan
Bahan: Bunga delima 20 gr
Cara pembuatan: Rebus bunga delima (20 gr) dengan tiga gelas air bersih sampai tersisa separuhnya.
Cara pemakaian: Minum air rebusan dua kali sehari, masing-masing tiga perempat gelas.

  • Luka
Bahan: Serbuk kulit, bunga delima dan minyak wijen
Cara pembuatan: Campurkan serbuk kulit buah atau bunga delima secukupnya dengan minyak wijen. Aduk merata
Cara pemakaian: Lalu oleskan pada bagian yang luka.

  • Sariawan
Bahan: Buah delima
Cara pembuatan: Ambil dua buah delima segar yang sudah masak. Ambil isi berikut bijinya, lalu tumbuk sampai halus. Tambahkan satu gelas air sambil diaduk merata, lalu saring.
Cara pemakaian: Gunakan airnya untuk berkumur, lalu telan. Lakukan 2-3 kali sehari, sampai sembuh.

  • Sering kencing
Bahan: Buah delima dan segenggam kucai
Cara pembuatan: Ambil isi buah delima (yang segar dan masak, satu buah) dan segenggam kucai, lalu potong-potong seperlunya. Rebus dengan tiga gelas air bersih sampai tersisa separuhnya, angkat dan dinginkan.
Cara pemakaian: Minum air rebusan dua kali sehari, masing-masing tiga perempat gelas.

  • Keputihan
Bahan: Kulit delima 30 gr, herba sambiloto kering 15gr dan 1 liter air
Cara pembuatan: Rebus kulit delima kering dan herba sambiloto kering dengan satu liter air bersih. Biarkan sampai air rebusannya tersisa separuhnya. Setelah dingin dan saring.
Cara pemakaian: Bagi untuk tiga kali minum, pagi, siang, dan malam hari. Air rebusan ini juga bisa digunakan untuk cuci vagina. Khusus wanita yang sudah menikah, gunakan dengan alat semprot yang masuk ke liang vagina.

  • Batuk sudah berlangsung lama
Bahan: Buah delima
Cara pembuatan: Ambil sebuah delima yang belum terlalu masak.
Cara pemakaian: Kunyah biji delima tersebut, buang bijinya lakukan setiap malam sebelum tidur hingga batuknya sembuh.

  • Suara serak, tenggorokan kering
Bahan: Buah delima
Cara pembuatan: Ambil sebuah delima segar, belah, dan ambil isinya.
Cara pemakaian: Kunyah, lalu buang bijinya. Lakukan 2-3 kali sehari.

  • Gangguan pencernaan
Bahan: 50 gr daun delima segar
Cara pembuatan: Dimasak dengan air.
Cara pemakaian: Minum sewaktu suam.


  • Menurunkan berat badan  
Bahan: Dua genggam daun delima muda dan garam
Cara pembuatan: Diremas-remas dengan air matang, campurkan sedikit garam.
Cara pemakaian: Minum dua kali sehari.



Komposisi/Kandungan
Kulit buah (shi liu pi) mengandung :
  1. Alkaloid pelletierene
  2. Granatin
  3. Betulic acid
  4. Ursolic acid
  5. Isoquercitrin
  6. Elligatanin
  7. Resin
  8. Triterpenoid
  9. Kalsium oksalat
  10. Pati. 

Kulit akar dan kulit kayu mengandung sekitar 20% elligatanin dan 0,5-1% senyawa alkaloid :
  1. Akaloid pelletierine (C8H14N0)
  2. Pseudopelletierine (C9H15N0)
  3. Metilpelletierine (C8H14NO.CH3)
  4.  Isopelletierine (C8H15N0)
  5. Metilisopellettierine (C9H1,N0) 
  6.  
Daun mengandung :
  1. Alkaloid
  2. Tanin
  3. Kalsium oksalat
  4. Lemak
  5. Sulfur
  6. Peroksidase

Jus buah mengandung :
  1. Asam sitrat
  2. Asam malat
  3. Glukosa
  4. Fruktosa
  5. Maltosa
  6. Vitamin (A, C)
  7. Mineral (kalsium, fosfor, zat besi, magnesium, natrium, dan kalium)
  8. Tanin. 

      Alkaloid pelletierine sangat toksik dan menyebabkan kelumpuhan cacing pita, cacing gelang, dan cacing keremi. Kulit buah dan kulit kayu juga astringen kuat sehingga digunakan untuk pengobatan diare.



       Semoga artikel tentang Delima Punica granatum L ini bisa bermanfaat, menginspirasi dan bisa menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita. Amin


* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid

Senin, 26 Mei 2014

Cabe Jawa ( Piper retrofractum Vahl )



Sinonim :
= P.longum, Bl. = P.officinarum, (Miq.), DC. = Chavica offi- cinarum, Miq. = C. maritime, Miq.

Familia :Piperaceae


           Cabe jawa merupakan tumbuhan asli Indonesia, ditanam di pekarangan, ladang, atau tumbuh liar di tempat-tempat yang tanahnya dak lembap dan berpasir seperti di dekat pantai atau di hutan sampai ketinggian 600 m dpl. Tumbuhan menahun, batang percabangan liar, tumbuh memanjat; rnelilit, atau melata dengan akar lekatnya, panjangnya dapat mencapai 10 m. Percabangan dimulai dari pangkalnya yang keras dan menyerupai kayu. Daun tunggal, bertangkai, bentuknya bulat telur sampai lonjong, pangkal membulat, ujung runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan atas licin, permukaan bawah berbintik-bintik, panjang 8,5 - 30 cm, lebar 3 - 13 cm, hijau. Bunga berkelamin tunggal, tersusun dalam bulir yang tumbuh tegak atau sedikit merunduk, bulir jantan lebih panjang dari bulir betina. Buah majemuk berupa bulir, bentuk bulat panjang sampai silindris, bagian ujung agak mengecil, permukaan tidak rata, bertonjolan teratur, panjang 2 - 7 cm, garis tengah 4 - 8 mm, bertangkai panjang, masih muda berwarna hijau, keras dan pedas, kemudian warna berturut-turut menjadi kuning gading dan akhirnya menjadi merah, lunak dan manis. Biji bulat pipih, keras, cokelat kehitaman. Perbanyakan dengan biji atau setek batang.


Nama 
  • Daerah:
Jawa: Cabean, cabe alas, cabe areuy, cabe jawa, c. sula (Jawa),;
Madura: Cabhi jhamo, cabe ongghu, cabe solah (Madura).;
Sumatera: Lada panjang, cabai jawa, cabai panjang (Sumatera).;
Makasar: Cabia (Makasar).

  • Asing:
Inggris: Long pepper



Manfaat dan Khasiat
Buah cabe jawa :
  1. Kejang perut, muntah-muntah, perut kembung, mulas,
  2. Disentri, diare,
  3. Sukar buang air besar pada penderita penyakit hati,
  4. Sakit kepala, sakit gigi,
  5. Batuk, demam,
  6. Hidung berlendir,
  7. Lemah syahwat,
  8. Sukar melahirkan,
  9. Neurastenia, dan
  10. Tekanan darah rendah.

Akar cabe jawa:
  1. Kembung, pencernaan terganggu,
  2. Tidak dapat hamil karena rahim dingin,
  3. Membersihkan rahim setelah melahirkan,
  4. Badan terasa lemah,
  5. Stroke,
  6. Rematik, gout, dan nyeri pinggang.

Daun cabe jawa:
  1. Kejang perut dan
  2. Sakit gigi.


Cara Pemakaian:
          Buah sebanyak 2,5 - 5 g dijadikan pil atau direbus, lalu diminum. Untuk pemakaian luar, buah dijemur kering lalu digiling menjadi bubuk. Bubuk ini dihirupkan melalui hidung atau dimasukkan ke gigi yang berlubang (karies dentis). Juga digunakan untuk rematik dan parem setelah melahirkan.
Akar sebanyak 2,5 g direbus, atau dijadikan pil, bubuk. Pemakaian luar untuk obat luka dan sakit gigi. Daun untuk obat kumur pada radang mulut.


  • Neurastenia
Bahan: Cabe jawa 6 butir, rimpang alang-alang 3 batang, rimpang lempuyang 3/4 jari, daun sambiloto segar 1 genggam dan gula enau 3 jari.
Cara Pembuatan: Dicuci dan dipotong-potong seperlunya. Rebus dengan 4 gelas air bersih sampai tersisa 2 1/4 gelas.
Cara Pemakaian: Setelah dingin disaring lalu diminum. Sehari 3 kali, masing-masing 3/4 gelas.

  • Masuk angin
Bahan: Cabe jawa 3 butir, daun poko (Mentha arvensis L.) dan daun kesumba keling (Bixa orellana L.), masing-masing 3/4 genggam, gula enau 3 jari.
Cara Pembuatan: Bahan-bahan tersebut dicuci lalu dipotong-potong seperlunya. Rebus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 2 1/4 gelas.
Cara Pemakaian: Setelah dingin saring, lalu minum 3 kali sehari @ 3/4 gelas.

  • Membersihkan rahim setelah melahirkan, obat kuat
Bahan: Akar kering cabe jawa sebanyak 3 g
Cara Pembuatan: Digiling halus. Seduh dengan air panas,
Cara Pemakaian: Selagi masih keadaan hangat minumlah hingga habis.

  • Pencernaan terganggu, batuk, ayan, demam sehabis melahirkan, menguatkan larnbung, paru dan jantung
Bahan: Buah cabe jawa kering sebanyak 5 gr dan madu
Cara pembuatan: Ditumbuk halus. Tambahkan madu secukupnya sambil diaduk merata,
Cara pemakaian: Kemudian minum sekaligus.

  • Sakit gigi
a) Bahan: Daun cabe jawa yang segar sebanyak 3 lembar
Cara pembuatan: Dicuci lalu ditumbuk. Seduh dengan 1/2 gelas air panas
Cara pemakaian: Selagi hangat disaring, airnya dipakai untuk kumur-kumur.

b) Akar lekat dikunyah beberapa saat, lalu dibuang.

  • Kejang perut
Bahan: Daun cabe jawa segar sebanyak 3 lembar
Cara pemakaian: Dicuci lalu ditumbuk. Seduh dengan 1 gelas air panas.
Cara pemakaian: Selagi hangat disaring, Ialu diminum sekaligus.

  • Urus-urus untuk penderita penyakit hati
Bahan: Cabe Jawa 3 butir dan rimpang lempuyang seukuran ibu jari
Cara pembuatan: Ditumbuk. Tambahkan 1 sendok makan air matang sambil diaduk rata,
Cara pemakaian: Lalu peras dan saring. Airnya diminum sekaligus.

  • Demam
Bahan: Buah yang kering sebanyak 3 gr
Cara pembuatan: Digiling halus, lalu diseduh dengan 1/2 gelas air panas.
Cara pemakaian: Kemudian minumlah bersama ampasnya selagi hangat.

Catatan :
 Penderita panas dalam dan perempuan hamil dilarang minum ramuan tumbuhan ini.



Sifat Kimiawi dan Efek Farmakologis
          Buah rasanya pedas dan panas, masuk meridian limpa dan lambung. Akar cabe jawa pedas dan hangat rasanya. KANDUNGAN KIMIA : Buah cabe jawa mengandung zat pedas piperine, chavicine, palmitic acids, tetrahydropiperic acids, 1-undecylenyl-3,4-methylenedioxy benzene, piperidin, rninyak asiri, isobutyideka-trans-2-trans-4-dienamide, dan sesamin. Piperine mempunyai daya antipiretik, analgesik, antiinflamasi, dan menekan susunan saraf pusat. Bagian akar mengandung piperine, piplartine, dan piperlonguniinine.


 
        Semoga artikel tentang Cabe Jawa ( Piper retrofractum Vahl )  ini bisa bermanfaat, menginspirasi dan menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita khususnya dibidang Herbal & Medicinal Plants . Amin

* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid

Ciplukan ( Physalis peruviana, Linn )


Sinonim :
Physalis angulata. Linn. Physalis minina, Linn.

Familia :
Solanaceae



          Ciplukan (Physalis minina) merupakan tumbuhan liar, berupa semak/perdu yang rendah (biasanya tingginya sampai 1 meter) dan mempunyai umur kurang lebih 1 tahun. Tumbuhan ini tumbuh dengan subur di dataran rendah sampai ketinggian 1550 meter diatas permukaan laut, tersebar di tanah tegalan, sawah-sawah kering, serta dapat ditemukan di hutan-hutan jati. Bunganya berwarna kuning, buahnya berbentuk bulat dan berwarna hijau kekuningan bila masih muda, tetapi bila sudah tua berwarna coklat dengan rasa asam-asam manis. Buah Ciplukan yang muda dilindungi cangkap (kerudung penutup buah).


Klasifikasi Ciplukan dalam sistematika tumbuhan adalah:


Kingdom: Plantae
Divisi: Spermatophyta
Sub divisi: Angiospermae
Kelas: Dicotyledonnae
Ordo: Solanales
Famili: Solanaceae
Marga: Physalis
Spesies: Physalis angulata L


Nama
  •  Daerah
Indonesia: Ciplukan
Jawa: Ceplukan
Sunda: Cecendet
Madura: Yor-yoran
Seram: Lapinonat
Bali: Angket, Kepok-kepokan, Keceplokan
Sasak: Dedes
Minahasa: Leletokan

  •  Asing
Inggris: Morel berry



Manfaat dan Khasiat
Mengobati:
  1. Diabetes Mellitus
  2. Sakit paru-paru
  3. Ayan
  4. Borok


  • Diabetes Mellitus
Bahan: Tumbuhan ciplukan yang sudah berbuah dicabut beserta akar-akarnya yang sudah dibersihkan.
Cara pembuatan: Dilayukan dan direbus dengan 3 gelas air sampai mendidih hingga tingga 1 gelas, kemudian disaring
Cara pemakaian: Diminum 1 kali sehari.

  • Sakit paru-paru
Bahan: Tumbuhan ciplukan lengkap (akar, batang, daun, bunga dan buahnya).
Cara pembuatan: Direbus dengan 3-5 gelas air sampai mendidih dan disaring.
Cara pemakaia: Diminum 3 kali sehari 1 gelas.

  • Ayan
Bahan: 8-10 butir buah ciplukan yang sudah dimasak.
Cara pemakaian: Dimakan setiap hari secara rutin.

  • Borok
Bahan: 1 genggam daun ciplukan ditambah 2 sendok air kapur sirih.
Cara pembuatan: Ditumbuk sampai halus
Cara pemakaian: Ditempelkan pada bagian yang sakit.


  1. Mengobati Influenza dan Sakit tenggorokan
    Cara mengobati: Ambil semua bagian lalu potong-potong sebesar 3-4 cm dan dijemur. Bungkus agar tidak lembab. Gunakan sebanyak 9 – 15 gram yang direbus menggunakan air secukupnya dan diminum airnya.
  2. Mengobati Batuk Rejan (pertusis), Bronchitis, Gondongan
    Cara mengobati: Ambil semua bagian lalu potong-potong sebesar 3-4 cm dan dijemur. Bungkus agar tidak lembab. Gunakan sebanyak 9 – 15 gram yang direbus menggunakan air secukupnya dan diminum airnya.
  3. Mengobati Kencing manis (diabetes).
    Cara mengobati: Ambil semua bagian lalu potong-potong sebesar 3-4 cm dan dijemur. Bungkus agar tidak lembab. Gunakan sebanyak 9 – 15 gram yang direbus menggunakan air 2 gelas sampai tersisa airnya 1 gelas.Setelah dingin disaring, minum sekaligus pada pagi hari. Ampasnya bisa direbus sekali lagi, guna diminum pada sore harinya.
  4. Mengobati Bisul
    Cara mengobati: Ambil daun ciplukan 1/2 genggam kemudian cuci bersih dan giling sampai halus, kemudian taruh pada bagian yang terkena bisul dan sekelilingnya dan balut. Sebaiknya diganti 2 kali sehari.
  5. Mengobati Borok
    Cara mengobatinya sama dengan pengobatan bisul, hanya ditambah air kapur sirih secukupnya.
  6. Mengobati sakit paru-paru
    Cara mengobati: Ambil ciplukan lengkap dengan daun dan akarnya kemudian rebus menggunakan 3 – 5 gelas air mendidih, kemudian saring airnya. Sebaiknya diminum 3 x sehari sebanyak 1 cangkir.
  7. Mengobati Ayan
    Cara mengobati: Ambil buah ciplukan sebanyak 8 – 10 buah kemudian dimakan setiap hari.
  8. Mengobati Hipertensi
    Cara mengobati: Aediakan 5 gram brankas (herba kering) ciplukan dan masukan kedalam air 110 ml. Rebus campuran tersebut selama 10-15 menit sambil sesekali diaduk selanjutnya saring dan biarkan sampai dingin. Air rebusan tersebut diminum 2 kali sehari, pagi dan sore, masing-masing 100 ml. Sebaiknya air rebusan yang sudah disimpan lebih dari 24 jam tidak boleh diminum karena sudah rusak.
  9. Mengobati Gusi Berdarah
    Cara mengobati: Ciplukan ini kaya akan vitamin C, jadi buah ciplukan bisa digunakan untuk menyembuhkan gusi berdarah, caranya sangatlah mudah, cukup makanl 30 buah ciplukan segar setiap hari.
Kandungan
Buah Ciplukan mengandung senyawa kimia:
- Asam sitrun
- Fisalin.
- Asam Malat,
- Alkaloid,
- Tanin,
- Kriptoxantin,
- Vitamin C
- Gula.

Tunas, buah dan batang:

- Saponin
- Flavonoid (daun dan tunas)
- Polifenol, dan fisalin (buah)
- Withangulatin A (buah)
- Asam palmitat dan stearat (biji)
- Chlorogenik acid (batang dan daun)

             Semoga artikel tentang Ciplukan ( Physalis peruviana, Linn ) ini bisa bermanfaat, menginspirasi dan menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita khususnya dibidang Herbal & Medicinal Plants . Amin

* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid

Terong Belanda




        Terong belanda berupa perdu yang rapuh, tingginya 2-3(-8) m, pangkal batangnya pendek, percabangannya lebat. Daunnya tunggal, berselang-seling, bentuknya bundar telur sampai bentuk jantung, berukuran (10-35) cm x (4-20) cm, berpinggiran rata, berbulu halus, peruratannya menonjol, berujung lancip dan pendek, biasanya daun-daun itu berada hampir di ujung pucuk, memiliki bau seperti lembu kutub; tangkai daun 7-10 cm panjangnya. Bunga berada dalam rangkaian kecil di ketiak daun, dekat ujung cabang, berwarna merah jambu sampai biru muda, harum, berdiameter kira-kira 1 cm, bagian-bagian bunga berbilangan lima; daun mahkota berbentuk genta, bercuping lima; benang sari 5 utas, berada di depan daun mahkota, kepala sari tersembunyi dalam runjung yang bertentangan dengan putik; bakal buah beruang dua, dengan banyak bakal biji, kepala putiknya kecil. Buahnya berupa buah buni yang berbentuk bulat telur sungsang atau bulat telur, berukuran (3-10) cm x (3-5) cm, meruncing ke dua ujungnya, bergelantungan, bertangkai panjang, daun kelopaknya tidak rontok, kulit buah tipis, licin, berwarna lembayung kemerah-merahan, merah jingga sampai kekuning-kuningan; daging buahnya mengandung 'banyak sari buah, agak asam sampai manis, berwarna kehitam-hitaman sampai kekuningkuningan. Bijinya bulat pipih, tipis, dan keras.

Kandungan : 
         Kulit buah terong belanda mengandung suatu zat yang rasanya pahit, tetapi zat ini dapat dibuang dengan cara mengupas kulitnya atau menyeduhnya dengan air panas selama 4 menit. Mengganti air setelah merebusnya 3-4 menit dan memanaskannya kembali dapat mengurangi rasa pahit dan sepat buah yang masih muda. Setiap 100 g bagian buah yang dapat dimakan mengandung: air 85 g, protein 1,5 g, lemak 0,06-1,28 g, karbohidrat 10 g, serat 1,4-4,2 g, abu 0,7 g, vitamin A 150-500 SI, dan vitamin C 25 mg. Sebagian besar vitamin akan hilang dalam perebusan.

  • Manfaat
         Buah terong belanda dimanfaatkan menurut berbagai cara, seperti masakan yang lezat dan makanan yang manis-manis. Buah mentah dapat digunakan untuk masakan 'chutney', kari dan sambal, sedangkan buah matang untuk sirop, sup, adonan pengisi (perut ayam, dan sebagainya) dan untuk rujak. Buah yang dibelah dapat digunakan sebagai bumbu, serta dibakar atau dipanggang untuk digunakan sebagai sayuran. Buah yang matang di pohon yang dipelihara pada lingkungan yang cocok saja yang rasa dan aromanya enak. Buah yang dimatangkan sebaik-baiknya juga penting agar dihasilkan sirup, jell, selai, pencuci mulut dan sebagai hiasan es krim yang berkualitas baik. Bijinya yang keras itu dapat dibuang setelah digodok. Air kapur dan gula dapat ditambahkan agar rasanya lebih enak.

  • Syarat Tumbuh 
        Di daerah tropik terong belanda dapat tahan hidup di ketinggian 1000 m dpl. atau lebih; terong ini masih dapat hidup di atas 2000 m dpl, jika suhu bulanan rata-ratanya tetap di atas 10° C dan embun bekunya, yang dapat membunuh tanaman muda dan daun serta ujung pucuk tanaman dewasa, tidak terlalu lebat. Di dataran rendah, pohon terong belanda tidak mampu berbunga, sedangkan udara sejuk (barangkali khususnya malam yang 'sejuk) dapat mendorong pembungaan. Oleh karena itu, tanaman ini berbuah matang pada musim dingin 'di daerah subtropik, dan jika ditanam di daerah tropik buah matang sesudah terjadi udara dingin. Rasa buah akan menjadi lebih baik pada hari-hari cerah yang panas dan malam-malam yang dingin pada musim kemarau di daerah tropik daripada selama musim dingin dl dataran tinggi. Terong belanda tumbuh baik di tanah yang balk drainasenya, karena bahan organik dan kelembapannya sedang. Tanaman ini tidak tahan terhadap genangan, walaupun hanya untuk 1-2 hari. Pohonnya yang berbuah lebat dan berumur panjang dijumpai sebagai naungan dl kandang ayam; hal ini membuktikan bahwa terong belanda resposif terhadap pupuk kandang dan tempat-tempat yang kering. Tanaman ini berakar dangkal, karenanya mudah roboh, juga cabang-cabangnya yang rapuh itu mudah sekali patah jika sedang berbuah lebat. Jadi, lokasi yang ternaung hendaknya dipilih atau diadakan pohon penahan angin.

  • Pedoman Budidaya 
         Perbanyakan dan penanaman: Benih terong belanda hendaknya dipilih dari tanaman yang sifatnya sama dengan induknya. Di Brazil, benih itu dicuci, dikeringkan dan dianginkan lalu disimpan di lemari pendingin selama 24 jam. Pendinginan dinyatakan mengakibatkan perkecambahan benar-benar 100% dalam 4-6 hari. Hendaknya telah disiapkan persemaian yang dipupuk atau diberi kompos dan dinaungi ringan. Perbanyakan dengan setek merupakan alternatif, tetapi sulit untuk memastikan akan terbebas dari serangan virus. Penumbuhan dalam wadah dapat mengurangi kerugian daripada penanaman di lapangan. Setek dari batang yang berumur 1-2 tahun, yang diameternya 10-30 mm, panjangnya 45-100 cm dapat ditanam langsung di lapangan setelah daun-daunnya dibuang. Tanaman dari setek tumbuh menjadi pohon yang rimbun bercabang-cabang rendah, yang harus dibuang bunga-bunganya agar pada tahun pertama pertumbuhan dapat terangsang. Di Selandia Baru, terong belanda kadang-kadang disambung dengan jenis-jenis yang berkerabat, khususnya dengan Solanum mauritianum Scop., yaitu satu gulma yang meliar kembali. Pohon yang tumbuh di atas batang bawah ini agak kerdil tetapi berbuah banyak sekali dan perlu ditunjang. Di Selandia Baru, pohon terong belanda ditanam dalam baris tunggal atau ganda, misalnya untuk barisan tunggal 2,5 m x 2 m atau 4,5 m x 1,5 m dan untuk barisan ganda (3,5 -F 1,5) m x 2 m atau (4 + 2,5) m x 3 m, akan menjadikan kepadatannya 2000-1000 pohon per hektare. Penanaman yang jauh lebih padat lagi juga telah dilaporkan dari beberapa negara lain. Petani-petani Selandia Baru seringkali menanam terong belanda ini sebagai tanaman tumpang sari pada kebun jeruk yang masih muda.

  • Pemeliharaan 
         Kebun buah terong belanda hendaknya berdrainase baik; seringkali tanaman ini dipelihara di punggung guludan atau di atas bedengan. Karena sistem perakarannya dangkal, penanaman terlalu dalam hendaknya dihindari, sebaliknya pemberian mulsa sangat menguntungkan. Pohon muda yang berasal dari benih dipenggal sampai tingginya tinggal 1 m agar percabangannya bermunculan, dan setiap tahun diadakan pemangkasan di awal daur kehidupannya. Pemangkasan tahunan ini terdiri -atas pemotongan cabang dan penjarangan cabang-cabang yang telah pernah berbuah, agar terjadi peremajaan cabang yang akan berbuah, dan mengurangi terpencarnya cabangcabang pohon. Waktu pemangkasan akan mempengaruhi saat panen. Untuk tanah-tanah yang kurang subur di Selandia Baru dianjurkan pemberian pupuk dengan kombinasi 110-170 kg N, 35-55 kg P2O5, dan 100-200 kg K2O per tahun. Pelaksanaannya dipecah menjadi pemupukan bagian dasar, persis sebelum pemangkasan untuk mendorong pertumbuhan pucuk, dan pemupukan bagian atas setelah buah terakhir terbentuk guna mendorong pertumbuhan buah. Di daerah tropik pemakaian sejumlah besar bahan organik dan pupuk kandang ketika membuat guludan untuk penanaman akan mengurangi perlunya pemberian pupuk tambahan. Pengairan selama musim kemarau penting untuk mempertahankan pertumbuhan dan untuk memperbaiki ukuran buah dan hasil panen.

  • Hama dan Penyakit 
        Masalah-masalah utama disebabkan oleh infeksi virus, antara lain virus-virus mosaik terong belanda, mosaik mentimun, mosaik Arab dan satu atau beberapa virus yang belum teridentifikasi. Virus-virus tersebut cepat menyebar (vektor utamanya mungkin afid) menyebabkan turunnya hasil kebun terong belanda itu. Tanaman yang sehat (asal dari benih) hendaknya ditanam sejauh-jauhnya dari pohon yang lebih tua; kesehatan kebun buah secara ketat dan pemberantasan vektornya merupakan jalan utama untuk mencegah adanya virus. Nematoda bongkol akar (Meloidogyne spp.) juga berbahaya dan bersama-sama dengan virus akan menyebabkan terjadinya tanaman kerdil dan tidak produktif; suhu dan kelembapan yang tinggi akan memperburuk keadaan. Adanya beberapa penyakit jamur, di antaranya embun tepunglah yang paling mengganggu. Jika serangannya gawat, akan menyebabkan daun tua rontok lebih awal. Penyakit ini dapat diatasi dengan cara perlakuan secara teratur sulfur atau fungisida yang lebih khusus lagi; alternatif lain ialah mempertahankan kecepatan tumbuh yang cukup tinggi untuk menggantikan kembali daun-daunnya yang hilang. Tidak banyak usaha dapat dilakukan untuk memberantas serangan bakteri yang disebabkan oleh Pfeudomonas syringae.

  • Panen dan Pasca Panen 
         Panen Mengukur waktu pembungaan akan menjurus ke masa panen yang panjang. Buah terong belanda tidak akan matang setelah dipanen, dan karena hanya buah yang matang penuh yang merupakan kualitas prima, maka pohonnya perlu dipanen beberapa kali sepanjang musim panen, yang lamanya 5-7 bulan atau lebih. Hal ini jelas menambah ongkos produksi. Pemetikannya mudah saja, karena tangkai buah mudah sekali patah di bagian lapisan absisinya yang berada 3,5-5 cm dari pangkal buahnya. Hasil Di Brazil pohon terong belanda yang jarak tanamnya cukup dengan produksi penuh, menghasilkan 20-30 kg buah per tahun: Produksinya di Selandia Baru juga hampir sama, sedangkan hasil komersial umumnya 15-17 ton/ha. Pohon terong belanda ini dapat memberikan hasil yang balk selama 11-12 tahun, tetapi umumnya menurun setelah berumur 5-6 tahun. Penanganan pasca panen Buah terong belanda dagingnya keras dan kulitnya licin dan liat sehingga mudah dikelola. Dalam keadaan kehangatan yang normal, daya tahannya sekitar 1 minggu, tetapi pada penyimpanan dingin dengan suhu 3,5° C ± 1° C buah dapat disimpan selama 8 minggu atau lebih. Colletotrichum dan Phoma yang menyerang buah yang tersimpan harus diberantas dengan perendaman dalam air panas dan pelapisan kembali dengan lilin.



       Semoga artikel tentang Terong Belanda ini bisa bermanfaat, menginspirasi dan bisa menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita. Amin


* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid 

Kisah Teladan KH. Hasyim Asy’ari Tentang Muhammadiyah

1. KH. Ahmad Dahlan (Yogyakarta, 1868-1923)
         Beliaulah Muhammad Darwis bin Abu Bakar bin Muhammad Sulaiman bin Murtadha bin Ilyas bin Demang Djurung Djuru Kapindo bin Demang Djurung Djuru Sapisan bin Sulaiman (Ki Ageng Gribig) bin Muhammad Fadhlullah (Prapen) bin Maulana ‘Ainul Yaqin (Sunan Giri).
         Muhammadiyyah lahir 18 November 1912/8 Dzullhijjah 1330, dengan pondasi ayat:
“Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran ayat 104).



2. KH. Hasyim Asy’ari (Jombang, 1875-1947)
           Beliaulah Muhammad Hasyim bin Asy’ari bin Abu Sarwan bin Abdul Wahid bin Abdul Halim bin Abdurrahman (Pangeran Samhud Bagda) bin Abdul Halim (Pangeran Benawa) bin Abdurrahman (Jaka Tingkir) bin Maulana ‘Ainul Yaqin (Sunan Giri).
           Nahdlatul Ulama lahir 31 Januari 1926/16 Rajab 1344, dengan pondasi ayat:
“Dan berpeganglah kalian kepada tali (agama) Allah, dan janganlah bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kalian dahulu bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kau karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kau telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkanmu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu agar kalian mendapat petunjuk.” (QS. Ali Imran ayat 103).


  • Mbah Hasyim Asy'ari dan Mbah Ahmad Dahlan 
Oleh: KH. Yahya Cholil Staquf
       Hadhratus Syaikh Muhammad Hasyim bin Asy’ari Basyaiban adalah kyai semesta. Guru dari segala kyai di tanah Jawa. Beliau kyai paripurna. Apapun yang beliau dawuhkan menjadi tongkat penuntun seumur hidup bagi santri-santrinya, bahkan sesudah wafatnya.
       Nahdlatul Ulama adalah warisan beliau yang terus dilestarikan hingga para cucu-santri dan para buyut-santri, hingga sekarang. Segerombol jama’ah dalam merek jam’iyyah yang kurang rapi, sebuah ikatan yang ideologinya susah diidentifikasi, identitas yang nyaris tanpa definisi, tapi toh begitu terasa balutannya, bagi mereka yang -entah kenapa- mencintainya.
Barangkali karena memang Nahdlatul Ulama itu ikatan yang azali, cap yang dilekatkan pada ruh sejak dari sononya, sebagaimana Hadhratus Syaikh sendiri mencandranya:

بيني وبينكم في المحبة نسبة
مستورة في سر هذا العالم
نحن الذون تحاببت أرواحنا
 من قبل خلق الله طينة آدم

“Antara aku dan kalian ada tautan cinta
Tersembunyi dibalik rahasia alam
Arwah kita sudah saling mencinta
Sebelum Allah mencipta lempungnya Adam.”

Ke-NU-an sejati ada di hati, bukan nomor anggota.
        Kyai Abdul Karim Hasyim, putera Hadhratus Syaikh sendiri, menolak ikut ketika NU keluar dari Masyumi. Demikian pula salah seorang santri Hadhratus Syaikh, Kyai Majid, ayahanda Almarhum Prof. Dr. Nurcholis Majid. Mereka berdua memilih tetap di dalam Masyumi. Apakah mereka tak lagi NU? Belum tentu. Mereka memilih sikap itu karena berpegang pada pernyataan Hadhratus Syaikh semasa hidupnya (NU keluar dari Masyumi sesudah Hadlratusy Syaikh wafat): “Masyumi adalah satu-satunya partai bagi ummat Islam Indonesia!”
Apakah sikap pilihan mereka itu mu’tabar atau tidak, adalah soal ijtihadi. Tapi saya sungguh ingin mempercayai bahwa di hati mereka berdua tetap bersemayam ke-NU-an yang berpendar-pendar cahayanya.
       Pada suatu hari di awal abad ke-20, salah seorang santri datang ke Tebuireng untuk mengadu. Santri itu Basyir namanya, berasal dari kampung Kauman, Yogyakarta. Kepada kyai panutan mutlaknya itu, santri Basyir mengadu tentang seorang tetangganya yang baru pulang dari mukim di Makkah, yang kemudian membuat odo-odo “aneh” sehingga memancing kontroversi di antara masyarakat kampungnya.
“Siapa namanya?” tanya Hadhratus Syaikh.
“Ahmad Dahlan”
“Bagaimana ciri-cirinya?”
Santri Basyir menggambarkannya.
“Oh! Itu Kang Dahlan!” Hadhratus Syaikh berseru gembira. Orang itu, beliau sudah mengenalnya. Teman semajlis dalam pengajian-pengajian Syaikh Khatib Al-Minangkabawi di Makkah sana.
“Tidak apa-apa”, kata Hadhratus Syaikh, “yang dia lakukan itu ndalan (ada dasarnya). Kamu jangan ikut-ikutan memusuhinya. Malah sebaiknya kamu bantu dia”.
Santri Basyir patuh. Maka ketika kemudian Kyai Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah, Kyai Basyir adalah salah seorang tangan kanan utamanya.
Apakah Kyai Basyir “tak pernah NU”? Belum tentu. Puteranya, Azhar bin Basyir, beliau titipkan kepada Kyai Abdul Qodir Munawwir (Kakak ipar Kyai Ali Ma’shum) di Krapyak, Yogyakarta, untuk memperoleh pendidikan Al-Quran dan ilmu-ilmu agama lainnya. Pengajian-pengajian Kyai Ali Ma’shum pun tak ditinggalkannya.
Belakangan, Kyai Azhar bin Basyir terpilih sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah menggantikan AR Fahruddin. Kepada teman sekamar saya, Rustamhari namanya, anak Godean yang menjadi Ketua Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah UGM, saya gemar meledek: “Kamu nggak usah macam-macam”, kata saya waktu itu, “ketuamu itu ORANG NU!”


       Mudah-mudahan amal ibadah beliau berdua di terima oleh Allah SWT , semoga kesalahan-kesalahan beliau juga di ampuni oleh Allah SWT.


Semoga kisah tentang Kisah Teladan KH. Hasyim Asy’ari Tentang Muhammadiyah ini bisa bermanfaat, menginspirasi dan bisa menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita. Amin


* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid

Minggu, 25 Mei 2014

Gendola (Basella rubra Linn)


Sinonim :
Basella alba, Linn. Basella cordifolia, Lamk.

Familia :
Basellaceae

Uraian :
        Gendola dapat ditemukan tumbuh liar, kadang ditanam untuk dirambatkan pada pagar, atau pergola sebagai tanaman hias. Tanaman ini dapat ditemukan dari 1-500 m dpl. Terna, melilit kekiri, tumbuh merayap atau memanjat, panjang sampai 6 m. Batangnya yang panjang ini tidak berkayu dan sangat lemah, bentuknya bulat, lunak, bercabang, merayap dan melilit pada tonggak atau para-para. Batang yang merayap di atas tanah, akan mengeluarkan akar. Daun tunggal, bertangkai, letak berseling. Bentuk daun bulat telur, ujung dan pangkal tumpul, tepi rata kadang berombak, panjang 2-17 cm, lebar 1-13 cm, pertulangan menyirip, warnanya hijau. Bunganya bunga majemuk yang keluar dari ketiak daun, duduk sepanjang poros bulir, panjang 3-21 cm, mahkota putih dengan ujung ungu. Buahnya buah buni, bulat, diameter 4-7 mm, masih muda hijau, setelah masak warnanya menjadi ungu. Bijinya satu, bulat, keras, warnanya merah keputihan. Ada dua warna gendola, putih dan merah. Perbedaanya pada warna batang dan tulang daun. Gendola merah, memiliki batang dan tulang daun yang berwarna merah. Daunnya dapat disayur, sedang buahnya bila diperas mengeluarkan warna merah yang dapat digunakan untuk mewarnai bahan makanan. Perbanyakan dengan stek batang atau biji.

Nama:
  • Daerah
Sunda: Gandola (Sunda)
Bali: Gendola (Bali)
Minangkabau: Lembayung (Minangkabau)
Jawa: Genjerot, gedrek, uci-uci (Jawa)
Madura: Kandula (Madura)
Sulut: Tatabuwe (Sulut)
Gorontalo: Poiloo (Gorontalo)
Timor: Kandola (Timor)

  • Asing
Lo kuei (China)



Manfaat dan Khasiat:
Seluruh tanaman:
  1. Radang usus buntu (appendicitis)
  2. Disentri
  3. Berak darah.
  4. Radang kandung kencing, 
  5. Kencing sedikit 
  6. Sakit (anyang-anyangan).
  7. Influenza.
  8. Sembelit.
  9. Borok,
  10. Bisul
  11. Abses.
  12. Campak ( measles ) 
  13. Cacar Air
  14. Pegal Linu 
  15. Reumatik
  16. Radang Selaput Mata 

Bunga: 
  1. Campak (measles)
  2. Cacar air (varicella)
  3. Puting susu pecah-pecah.
Akar:
  1. Pegal linu
  2. rematik
Buah:
  1. Radang selaput mata (conjungtivitis).

Cara Pemakaian: 
Untuk minum: Seluruh tanaman sebanyak 15-30 g, atau 30 g akar, direbus.


  • Radang usus, buntu
Bahan: Seluruh tanaman gendola sebanyak 60-70 gram
Cara pembuatan: Dicuci bersih, potong-potong, Ialu direbus dengan air bersih secukupnya sampai
bahan terendam seluruhnya. Setelah airnya sisa setengah, angkat dan dinginkan,
Cara pemakaian: Ialu diminum.

  • Influenza:
Bahan: 15 gr daun segar
Cara pembuatan: dicuci Ialu direbus dengan 2 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, tambahkan sedikit garam dan diaduk sampai larut.
Cara pemakaian: Minum.

  • Sembelit:
Bahan: Daun segar dimasak,
Cara pemakaian: Makan.

  • Kencing sedikit
Bahan: 70 gr daun segar
Cara pembuatan: dicuci bersih, rebus dengan air secukupnya.
Cara pemakaian: Setelah dingin diminum seperti air teh.

  • Berak darah
Bahan: 25 gr tanaman gendola, 35 gram kapulaga dan seekor ayam
betina tua yang telah dibuang kepala, kaki dan jeroannya, dimasak
dengan air secukupnya.

  • Dada terasa panas dan sesak
Bahan: 70 gr gendola segar
Cara pembuatan: Direbus dengan air secukupnya sampai kental. Campur dengan arak
Cara pemakaian: Minum.





Sifat dan Efek Farmakologis 
         Hilangkan panas dalam, hilangkan racun dan mengeluarkan organisme penyebab sakit dari darah. Kandungan kimia:
  1. Daun: 
  2. Glucan c
  3. Carotene
  4. Organic acid
  5. Mucopolysacharida 
  6. L-arabinose
  7. D-galactose
  8. L-rhamnose 
  9. Aldonic acid
  10. Saponin
  11. Vitamin A, B dan C

Rabu, 21 Mei 2014

Jangan, Kau buka Isi Tas Ku

  
          Pihak sekolah SMA Putri di kota Shan'a' yang merupakan ibu kota Yaman menetapkan kebijakan adanya pemeriksaan mendadak bagi seluruh siswi di dalam kelas. Sebagaimana yang ditegaskan oleh salah seorang pegawai sekolah bahwa tentunya pemeriksaan itu bertujuan merazia barang-barang yang di larang di bawa ke dalam sekolah, seperti : telepon genggam yang di lengkapi dengan kamera, foto-foto, surat-surat, alat-alat kecantikan dan lain sebagainya. Yang mana seharusnya memang sebuah lembaga pendidikan sebagai pusat ilmu bukan untuk hal-hal yang tidak baik..

Lantas pihak sekolah pun melakukan sweeping di seluruh kelas dengan penuh semangat. Mereka keluar kelas, masuk kelas lain. Sementara tas para siswi terbuka di hadapan mereka. Tas-tas tersebut tidak berisi apapun melainkan beberapa buku, pulpen, dan peralatan sekolah lainnya..

Semua kelas sudah dirazia, hanya tersisa satu kelas saja. Dimana kelas tersebut terdapat seorang siswi yang menceritakan kisah ini. Apa gerangan yang terjadi ?!

Seperti biasa, dengan penuh percaya diri tim pemeriksa masuk ke dalam kelas. Mereka lantas meminta izin untuk memeriksa tas sekolah para siswi di sana. Pemeriksaan pun di mulai..

Di salah satu sudut kelas ada seorang siswi yang di kenal sangat tertutup dan pemalu. Ia juga di kenal sebagai seorang siswi yang berakhlak sopan dan santun. Ia tidak suka berbaur dengan siswi-siswi lainnya, ia suka menyendiri, padahal ia sangat pintar dan menonjol dalam belajar..

Ia memandang tim pemeriksa dengan pandangan penuh ketakutan, sementara tangannya berada di dalam tas miliknya !

Semakin dekat gilirannya untuk di periksa, semakin tampak raut takut pada wajahnya. Apakah sebenarnya yang disembunyikan siswi tersebut dalam tasnya ?!

Tidak lama kemudian tibalah gilirannya untuk di periksa..

Dia memegangi tasnya dengan kuat, seolah mengatakan demi Allah kalian tidak boleh membukanya !

Kini giliran diperiksa, dan dari sinilah di mulai kisahnya...

"Buka tasmu wahai putriku..."

Siswi tersebut memandangi pemeriksa dengan pandangan sedih, ia pun kini telah meletakkan tasnya dalam pelukan..

"Berikan tasmu.."

Ia menoleh dan menjerit, "Tidak...tidak...tidak.."

Perdebatan pun terjadi sangat tajam..

"Berikan tasmu.." ... "Tidak.." ... "Berikan.." ... "Tidak.."

Apakah sebenarnya yang membuat siswi tersebut menolak untuk dilakukan pemeriksaan pada tasnya ?!

Apa sebenarnya yang ada dalam tas miliknya dan takut dipergoki oleh tim pemeriksa ?!

      Keributan pun terjadi dan tangan mereka saling berebut. Sementara tas tersebut masih di pegang erat dan para guru belum berhasil merampas tas dari tangan siswi tersebut karena ia memeluknya dengan penuh kegilaan !

Spontan saja siswi itu menangis sejadi-jadinya. Siswi-siswi lain terkejut. Mereka melotot. Para guru yang mengenalnya sebagai seorang siswi yang pintar dan disiplin (bukan siswi yang amburadul), mereka terkejut melihat kejadian tersebut..

Tempat itu pun berubah menjadi hening..

      Ya Allah, apa sebenarnya yang terjadi dan apa gerangan yang ada di dalam tas siswi tersebut. Apakah mungkin siswi tersebut.... ??

Setelah berdiskusi ringan, tim pemeriksa sepakat untuk membawa siswi tersebut ke kantor sekolah, dengan syarat jangan sampai perhatian mereka berpaling dari siswi tersebut supaya ia tidak dapat melemparkan sesuatu dari dalam tasnya sehingga bisa terbebas begitu saja...

Mereka pun membawa siswi tersebut dengan penjagaan yang ketat dari tim dan para guru serta sebagian siswi lainnya. Siswi tersebut kini masuk ke ruangan kantor sekolah, sementara air matanya mengalir seperti hujan..

Siswi tersebut memperhatikan orang-orang disekitarnya dengan penuh kebencian, karena mereka akan mempermalukannya di depan umum !

       Karena perilakunya selama satu tahun ini baik dan tidak pernah melakukan kesalahan dan pelanggaran, maka kepala sekolah menenangkan hadirin dan memerintahkan para siswi lainnya agar membubarkan diri. Dan dengan penuh santun, Kepala sekolah juga memohon agar para guru meninggalkan ruangannya sehingga yang tersisa hanya para tim pemeriksa saja..

Kepala sekolah berusaha menenangkan siswi malang tersebut. Lantas bertanya padanya, "Apa yang engkau sembunyikan wahai putriku..?"

Disini, dalam sekejap siswi tersebut simpati dengan kepala sekolah dan membuka tasnya !

Detik-detik yang menegangkan..

Ya Allah, apa sebenarnya benda tersebut ?

Coba tebak.. ?

Di dalam tas tersebut tidak ada benda-benda terlarang atau haram, atau telepon genggam atau foto-foto, demi Allah, itu semua tidak ada !

Tidak ada dalam tas itu melainkan sisa-sisa roti...

Yah, itulah yang ada dalam tas tersebut !

Setelah mengorek informasi dari siswi tersebut seputar roti itu..

        Setelah merasa tenang, siswi itu berkata, "Sisa-sisa roti ini adalah sisa-sisa dari para siswi yang mereka buang di tanah, lalu aku kumpulkan untuk kemudian aku sarapan dengan sebagiannya dan membawa sisanya kepada keluargaku. Ibu dan saudari-saudariku di rumah tidak memiliki sesuatu untuk mereka santap di siang dan malam hari bila aku tidak membawakan untuk mereka sisa-sisa roti ini..

Kami adalah keluarga fakir yang tidak memiliki apa-apa. Kami tidak punya kerabat dan tidak ada yang peduli pada kami..

Inilah yang membuat aku menolak untuk membuka tas, agar aku tidak dipermalukan di hadapan teman-temanku di kelas, yang mana mereka akan terus mencelaku di sekolah, sehingga kemungkinan hal tersebut menyebabkan aku tidak dapat lagi meneruskan pendidikanku karena rasa malu. Maka saya mohon maaf sekali kepada Anda semua atas perilaku saya yang tidak sopan.."

Saat itu juga semua yang hadir menangis sejadi-jadinya, bahkan tangisan mereka berlangsung lama di hadapan siswi yang mulia tersebut..

Maka tirai pun di tutup karena ada kejadian yang menyedihkan tersebut, dan kita berharap untuk tidak menyaksikannya..

       Karenanya wahai saudara dan saudariku, ini adalah satu dari tragedi yang kemungkinan ada di sekitar kita, baik itu di lingkungan dan desa kita sementara kita tidak mengetahuinya atau bahkan kita terkadang berpura-pura tidak mengenal mereka..

Wajib bagi seluruh sekolah dan pesantren untuk mendata kondisi ekonomi para santri-santrinya agar orang yang ingin membantu keluarga fakir miskin dapat mengenalinya dengan baik..

       Kita memohon kepada Allah agar tidak menghinakan orang yang mulia dan memohon pada-Nya agar Dia selalu menjaga kaum Muslimin di setiap tempat.


       Menghargai sesuatu hal itu penting, mungkin bagi kita tidak penting/berarti tapi bagi oranglain sangat penting/berarti termasuk dengan potongan-potongan roti yang dipungut kembali oleh Siswi SMA ini untuk diberikan kepada keluarganya yang fakir miskin.




      Semoga Kisah tentang  Jangan, Kau buka Isi Tas Ku ini bisa bermanfaat, menginspirasi dan bisa menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita. Amin


* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid

Senin, 19 Mei 2014

Bunga Pagoda ( Clerodendrum japonicum )

Sinonim :
C. kaempferi (Jacq.) Sleb., C. paniculatum L., Volkameria japonica Thunb.

Familia :
Verbenaceae.










Nama
  • Daerah 
Bali: senggugu, tumbak raja. 

  • Asing
He bao hua (C), pagoda flower (I).
  • Simplisia 
Clerodendri japonici Radix (akar bunga pagoda), Clerodendri japonici Flos (bunga pagoda).



Manfaat dan Khasiat:
       Akar rasanya pahit, sifatnya dingin. Akar bunga pagoda berkhasiat antiradang, peluruh kencing (diuretik), menghilangkan bengkak, dan menghancurkan darah beku. Daun rasanya manis, asam, agak kelat, sifatnya netral. Daun berkhasiat sebagai antiradang dan mengeluarkan nanah. Bunga rasanya manis, sifatnya hangat, berkhasiat sedatif, dan menghentikan perdarahan (hemostatis).

Bagian yang digunakan adalah akar, bunga, dan daun. Untuk penyimpanan, akar harus dikeringkan.

Akar:
  1. Sakit pinggang (lumbago), nyeri pada rematik,
  2. Tuberkulosis paru (TB paru) yang disertai batuk darah,
  3. Wasir berdarah (hemoroid), berak darah (disentri),
  4. Susah tidur (insomnia)
  5. Bengkak (memar) akibat terbentur benda keras.

Bunga:
  1. Penambah darah pada penderita anemia,
  2. Keputihan,
  3. Wasir berdarah, dan
  4. Susah tidur (insomnia).

Cara Pemakaian/Pengobatan:
 > Untuk obat yang diminum, rebus 30-90 g akar atau bunga. Selain itu, akar juga dapat dijadikan serbuk, lalu diseduh dan diminum.
> Untuk pemakaian luar, giling daun segar sampai halus, lalu bubuhkan pada bisul, koreng, dan memar. Selain itu, daun segar dapat diperas dan air perasannya dioleskan pada luka berdarah.



  • Wasir berdarah
Bahan: 60 grm akar pagoda dan usus sapi

Cara Pembuatan: Masak 60 grm akar atau bunga pagoda dengan usus sapi
Cara Pemakaian: Setelah dingin, kuahnya diminum dan usus sapinya dapat dimakan.

  • Susah tidur
Bahan: Bunga atau akar pagoda
Cara Pembuatan: Keringkan bunga atau akar pagoda secukupnya, lalu giling untuk dijadikan serbuk. Ambil satu sendok teh serbuk tadi, lalu masukkan ke dalam satu seloki arak manis.
Cara Pemakaian:  Aduk rata, lalu minum sekaligus pada malam hari menjelang tidur.

  • Bisul, koreng
Bahan: Daun bunga pagoda
Cara Pembuatan: Cuci daun bunga pagoda segar secukupnya, lalu giling sampai halus. Tambahkan sedikit madu sambil diaduk merata.
Cara Pemakaian: Bubuhkan ramuan tersebut pada tempat yang sakit, lalu balut. Ganti ramuan ini tiga kali sehari.

          Semoga artikel tentang Bunga Pagoda ( Clerodendrum japonicum ) ini bisa bermanfaat, menginspirasi dan menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita khususnya dibidang Herbal & Medicinal Plants . Amin



* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid

Minggu, 11 Mei 2014

Biografi KH. M. Munawir Krapyak Yogyakarta


       KH. M. Munawir adalah putra KH. Abdullah Rosyad bin KH. Hasan BashariDahulu, ada seorang ulama pejuang, KH. Hasan Bashari namanya, atau yang lebih dikenal dengan nama Kiyai Hasan Bashari ajudan Pangeran Diponegoro. Beliau sangat ingin menghafalkan Kitab Suci Al-Quran namun terasa berat setelah mencobanya berkali-kali. Akhirnya beliau melakukan riyadhah dan bermujahadah, hingga suatu saat Allah SWT. mengilhamkan bahwa apa yang dicita-citakan itu baru akan dikaruniakan kepada keturunannya.
Begitu pula anak beliau, KH. Abdullah Rosyad, selama 9 tahun riyadhah menghafalkan Al-Quran, ketika berada di Tanah Suci Makkah, beliau mendapat ilham bahwa yang akan dianugerahi hafal Al-Quran adalah anak-cucunya.


     KH. Abdullah Rosyad dikaruniai 11 orang anak dari 4 orang istri, salah satunya adalah KH. M. Munawwir yang merupakan buah pernikahan beliau dengan Nyai Khadijah (Bantul).

  • Masa Belajar KH. M. Munawir
         Guru pertama beliau adalah Ayah beliau sendiri. Sebagai targhib (penyemangat) nderes Al-Quran, Sang Ayah memberikan hadiah sebesar Rp 2,50 jika dalam tempo satu minggu dapat mengkhatamkannya sekali. Ternyata hal ini terlaksana dengan baik, bahkan terus berlangsung sekalipun hadiah tak diberikan lagi.
KH. M. Munawwir tidak hanya belajar qira’at (bacaan) dan menghafal Al-Quran, tetapi juga ilmu-ilmu lain yang beliau timba dari para ulama di masa itu, diantaranya :
  1. KH. Abdullah (Kanggotan – Bantul)
  2. KH. Kholil (Bangkalan – Madura)
  3. KH. Shalih (Darat – Semarang)
  4. KH. Abdurrahman (Watucongol – Magelang)
Setelah itu, pada tahun 1888 M. beliau melanjutkan pengajian Al-Quran serta pengembaraan menimba ilmu ke Haramain (dua Tanah Suci), baik di Makkah Al-Mukarramah maupun di Madinah Al-Munawwarah.

Adapun Guru-guru beliau di sana antara lain:
  1. Syaikh Abdullah Sanqara
  2. Syaikh Syarbini
  3. Syaikh Mukri
  4. Syaikh Ibrahim Huzaimi
  5. Syaikh Manshur
  6. Syaikh Abdus Syakur
  7. Syaikh Mushthafa
  8. Syaikh Yusuf Hajar (Guru beliau dalam qira’ah sab’ah)
        Pernah dalam suatu perjalanan dari Makkah ke Madinah, tepatnya di Rabigh, beliau berjumpa dengan seorang tua yang tidak beliau kenal. Pak Tua mengajak berjabat tangan, lantas beliau minta dido'akan agar menjadi seorang hafidz Al-Quran sejati. Lalu Pak Tua menjawab: “Insyaa-Allah.” Menurut KH. Arwani Amin (Kudus), orang tua itu adalah Nabiyullah Khadhir As.
KH. M. Munawir ahli dalam qira’ah sab’ah (7 bacaan al-Quran). Dan salah satunya adalah qira’ah Imam ‘Ashim riwayat Imam Hafsh. Berikut inilah Sanad Qira’ah Imam ‘Ashim riwayat Hafsh KH. M. Munawwir sampai kepada Nabi Muhammad SAW. yaitu dari:

  1. Syaikh Abdulkarim bin Umar Al-Badri Ad-Dimyathi, dari
  2. Syaikh Isma’il, dari
  3. Syaikh Ahmad Ar-Rasyidi, dari
  4. Syaikh Mushthafa bin Abdurrahman Al-Azmiri, dari
  5. Syaikh Hijaziy, dari
  6. Syaikh Ali bin Sulaiman Al-Manshuriy, dari
  7. Syaikh Sulthan Al-Muzahiy, dari
  8. Syaikh Saifuddin bin ‘Athaillah Al-Fadhaliy, dari
  9. Syaikh Tahazah Al-Yamani, dari
  10. Syaikh Namruddin ath-Thablawiy, dari
  11. Syaikh Zakariyya Al-Anshari, dari
  12. Syaikh Ahmad Al-Asyuthi, dari
  13. Syaikh Muhammad ibn Al-Jazariy, dari
  14. Al-Imam Abi Abdillah Muhammad bin Khaliq Al-Mishri Asy-Syafi’i, dari
  15. Al-Imam Abi al-Hasan bin Asy-Syuja’ bin Salim bin Ali bin Musa al-‘Abbasi Al-Mishri, dari
  16. Al-Imam Abi Qasim Asy-Syathibi, dari
  17. Al-Imam Abi Al-Hasan bin Huzail, dari
  18. Ibnu Dawud Sulaiman bin Najjah, dari
  19. Al-Hafidz Abi ‘Amr Ad-Daniy, dari
  20. Abi Al-Hasan Ath-Thahir, dari
  21. Syaikh Abi Al-‘Abbas Al-Asynawiy, dari
  22. Ubaid ibnu Ash-Shabbagh, dari
  23. Al-Imam Hafsh, dari
  24. Al-Imam ‘Ashim, dari
  25. Abdurrahman As-Salma, dari
  26. Sadatina Utsman bin ‘Affan, ‘Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, ‘Ali bin Abi Thalib, dari
  27. Rasulullah Muhammad Saw. dari
  28. Robbul ‘Alamin Allah SWT dengan perantaraan Malaikat Jibril As.
         Beliau menekuni Al-Quran dengan riyadhah, yakni sekali khatam dalam 7 hari 7 malam selama 3 tahun, lalu sekali khatam dalam 3 hari 3 malam selama 3 tahun, lalu sekali khatam dalam sehari semalam selama 3 tahun, dan terakhir adalah riyadhah membaca Al-Quran selama 40 hari tanpa henti hingga mulut beliau berdarah karenanya.
Setelah 21 tahun menimba ilmu di Tanah Suci, beliau pun kembali ke kediaman beliau di Kauman, Yogyakarta, pada tahun 1909 M.
  • Akhlaq KH. M. Munawir
          KH. M. Munawir selalu memilih awal waktu untuk menunaikan shalat, lengkap dengan shalat sunnah Rawatibnya. Shalat Witir beliau tunaikan 11 raka’at dengan hafalan Al-Quran sebagai bacaannya. Begitu juga dalam mudawamah beliau terhadap shalat Isyroq (setelah terbit matahari), shalat Dhuha dan shalat Tahajjud.
Beliau mewiridkan Al-Quran tiap ba’da Ashar dan ba’da Shubuh. Walau sudah hafal, seringkali beliau tetap menggunakan Mushaf. Bahkan kemanapun beliau bepergian, baik berjalan kaki maupun berkendara, wirid Al-Quran tetap terjaga. Beliau mengkhatamkan Al-Quran sekali tiap satu minggu, yakni pada hari Kamis sore. Demikianlah beliau mewiridkan Al-Quran semenjak berusia 15 tahun.
Waktu siang beliau lewatkan dengan mengajarkan Al-Quran, dan di waktu senggang beliau masuk ke dalam kamar khusus (dahulu terletak di sebelah utara Masjid) untuk bertawajjuh kepada Allah SWT. Sedangkan di malam hari beliau istirahat secara bergilir di antara istri-istri dengan demikian adilnya.
Beliau memiliki 5 orang istri, adapun istri kelima, dinikahi setelah wafatnya istri pertama, yakni:
  1. Nyai R.A. Mursyidah (Kraton Yogyakarta)
  2. Nyai Hj. Sukis (Wates Yogyakarta)
  3. Nyai Salimah (Wonokromo Yogyakarta)
  4. Nyai Rumiyah (Jombang – Jawa Timur)
  5. Nyai Khadijah (Kanggotan – Yogyakarta)
Begitulah KH. M. Munawir hidup beserta keluarga di tengah ketenangan, kerukunan, istiqamah dan wibawa, dengan berkah Al-Quran Al-Karim.
        Orang hafal Al-Quran (Hafidz) yang beliau akui adalah orang yang bertakwa kepada Allah, dan shalat Tarawih dengan hafalan Al-Quran sebagai bacaannya.
Begitu besar pengagungan beliau terhadap Al-Quran, sampai-sampai undangan Haflah Khatmil Quran hanya beliau sampaikan kepada mereka yang jika memegang Mushaf Al-Quran selalu dalam keadaan suci dari hadats.
Pernah terjadi seorang santri asal Kotagede dengan sengaja memegang Mushaf Al-Quran dalam keadaan hadats. Setelah diusut oleh KH. M. Munawir, akhirnya santri tersebut mengakuinya. Atas pengakuannya, si santri dita’zir, kemudian dikeluarkan dari Pesantren dalam keadaan sudah menghafalkan Al-Quran 23,5 juz.
Setiap setengah bulan sekali beliau memotong rambut. Juga tak pernah diketahui membuka tutup kepala, selalu tertutup, baik itu dengan kopyah atau sorban maupun keduanya. Menggunting kuku selalu beliau lakukan tiap hari Jum’at.
       Pakaian beliau sederhana namun sempurna untuk melakukan ibadah, rapi dan bersetrika. Jubah, sarung, sorban, kopyah dan tasbih selalu tersedia. Pakaian dinas Kraton Yogyakarta selalu beliau kenakan ketika menghadiri acara-acara resmi Kraton. Untuk bepergian, beliau sering mengenakan baju jas hitam, sorban, dan sarung.
Beliau tidak suka makan sampai kenyang, terlebih lagi di bulan Ramadhan, yakni cukup dengan satu cawan nasi ketan untuk sekali makan. Jika ada pemberian bantuan dari orang, beliau pergunakan sesuai dengan tujuan pemberinya. Jika ada kelebihan, maka akan dikembalikan lagi kepada pemberinya.
Walau beliau termasuk dalam Abdi Dalem (anggota dalam) Kraton, namun beliau tidak suka mendengarkan pementasan Gong Barzanji. Sebagai hiburan, beliau senang sekali mendengarkan lantunan shalawat-shalawat, Burdah dan tentunya Tilawatil Quran.
Para santri beliau perintahkan untuk berziarah di Pemakaman Dongkelan tiap Kamis sore. Tiap berziarah, beliau membaca surat Yasin dan Tahlil. Apabila terjadi suatu peristiwa yang menyangkut ummat pada umumnya, beliau mengumpulkan semua santri untuk bersama-sama tawajjuh dan memanjatkan do’a kehadirat Allah, biasanya dengan membaca shalawat Nariyyah 4.444x atau surat Yasin 41 kali.
       Selain mengasuh santri, beliau tak lantas meninggalkan tugas sebagai kepala rumah tangga. Tiap ba’da Shubuh, beliau mengajar Al-Quran kepada segenap keluarga dan pembantu rumah tangga. Nafkah dari beliau, baik untuk istri-istri maupun anak-anak, selalu cukup menurut kebutuhan masing-masing. Suasana keluarga senantiasa tenang, tenteram, rukun, dan tidak sembarang orang keluar-masuk rumah selain atas izin dan perkenan dari beliau.
Hampir-hampir beliau tak pernah marah kepada santrinya, selain dalam hal yang mengharuskannya. Pernah suatu waktu beliau tiduran di muka kamar santri, tiba-tiba bantal yang beliau pakai diambil secara tiba-tiba oleh seorang santri, sampai terdengar suara kepala beliau mengenai lantai. Lantas beliau memanggil santri yang mengambil bantal tadi seraya berkata: “Nak… saya pinjam bantalmu, karena bantal yang saya pakai baru saja diambil oleh seorang santri.”
Seringkali beliau memberikan sangu kepada santri yang mohon izin pulang ke kampung halamannya, dan sangat memperhatikan kehidupan santri-santrinya. Para santri pun dianjurkan untuk bertamasya ke luar pesantren, biasanya sekali tiap setengah bulan, sebagai pelepas penat.
Sebagai layaknya seorang ulama, KH. M. Munawir juga akrab dan sering mendapat kunjungan dari para ulama lain, diantaranya:

  1. Murid-murid Syaikh Yusuf Hajar dari Madinah
  2. KH. Sa’id (Gedongan – Cirebon)
  3. KH. Hasyim Asy’ari (Jombang)
  4. KH. R. Asnawi (Kudus)
  5. KH. Manshur (Popongan)
  6. KH. Siroj (Payaman – Magelang)
  7. KH. Dalhar (Watucongol – Magelang)
  8. KH. Ma’shum (Lasem)
  9. KH. R. Adnan (Solo)
  10. KH. Dimyati (Tremas – Pacitan)
  11. KH. Idris (Jamsaren – Solo)
  12. KH. Abbas (Buntet – Cirebon)
  13. KH. Siroj (Gedongan – Cirebon)
  14. KH. Harun (Kempek – Cirebon)
  15. KH. Muhammad (Tegalgubuk – Cirebon)
  16. Para Kyai dari Jombang dan Pare
  17. Sri Sultan Hamengku Buwono VIII dan IX
  18. B.R.T. Suronegoro
  19. KH. Asy’ari (Wonosobo) yang merupakan teman semasa belajar di Tanah Suci.
        Selain dikunjungi, beliau juga kerapkali mengadakan kunjungan balasan terhadap para ulama yang lain, seperti kepada KH. Hasyim Asy’ari (Jombang), KH. Ahmad Dahlan (Yogyakarta), maupun yang lainnya.
Beliau juga mendapat kepercayaan dari pihak Kraton untuk menjadi anggota JEMANGAH, yakni jama’ah shalat tetap yang terdiri dari 41 orang ulama, dimaksudkan sebagai penolak bencana Negara.

  • Dakwah KH. M. Munawir
       Sepulang dari Makkah pada tahun 1909 M, beliau lantas mendakwahkan Al-Quran di sekitar kediaman beliau di Kauman. Tepatnya di sebuah langgar kecil milik beliau, tempat tersebut sekarang sudah menjadi Gedung Nasyiatul ‘Aisyiyyah Yogyakarta.
Lantas pindah ke Gading, tinggal bersama kakak beliau, KH. Mudzakkir. Namun karena berbagai sebab, juga atas saran dari KH. Sa’id (Pengasuh Pesantren Gedongan, Cirebon), pada tahun 1910 M beliau pun hijrah ke Krapyak setelah selesainya pembangunan tempat tinggal dan komplek pesantren di sana, di tanah milik Bapak Jopanggung yang kemudian dibeli dengan uang amal dari Haji Ali.
        Pada 15 November 1910, Pesantren Krapyak mulai ditempati untuk mengajar Al-Quran. Dilanjutkan dengan pembangunan Masjid atas prakarsa KH. Abdul Jalil.
Konon, KH. Abdul Jalil dalam memilih tempat untuk pembangunan masjid, adalah dengan menggariskan tongkatnya di atas tanah sehingga membentuk batas-batas wilayah yang akan dibangun masjid. Dengan kehendak Allah, wilayah yang dilingkupi garis itu tidak ditumbuhi rumput.
KH. M. Munawir selalu mengerahkan segenap santri untuk melakukan amaliyah membaca surat Yasin tiap selesai pembangunan berlangsung. Pembangunan terus berlanjut secara bertahap, mulai dari masjid, akses jalan, dan gedung komplek santri hingga tahun 1930 M.
       Di Pesantren Krapyak inilah beliau memulai berkonsentrasi dalam pengajaran Al-Quran. Para santri sangat menghormati beliau, bukan karena takut, melainkan karena haibah, wibawa beliau.
Pengajian pokok yang diasuh langsung oleh KH. M. Munawir adalah Kitab Suci Al-Quran, yakni terbagi atas 2 bagian: BIN-NADZOR (membaca) dan BIL-GHOIB (menghafal). Santri bermula dari surat Al-Fatihah, lantas Lafadz Tahiyyat sampai dengan shalawat Ali Sayyidina Muhammad, kemudian surat an-Nas sampai surat an-Naba’, baru kemudian surat Al-Fatihah diteruskan ke surat Al-Baqarah sampai khatam surat An-Nas.
Selain itu, pengajian kitab-kitab juga digelar sebagai penyempurna. Suatu hari pada tahun 1910, seorang santri dari Purworejo, yang dianggap mampu oleh beliau diperintahkan: “Ajarkanlah ilmu fiqih kepada santri-santri di hari Jum’at, biarlah mereka mengenal air.”
Begitu seterusnya berkembang, baik kitab fiqih maupun tafsir, makin menonjol disamping pengajian Al-Quran yang utama. Beliau mengajar secara sistem MUSYAFAHAH, yakni sorogan, tiap santri langsung membaca di hadapan beliau. jika ada kesalahan beliau langsung membetulkannya.
      Adab (Tata Krama) dalam pengajian Al-Quran sangat beliau tekankan kepada para santri. Berbagai aturan dan ta’ziran beliau berlakukan terhadap para santri. Untuk santri yang telah khatam, maka dipanjatkanlah do'a untuknya langsung oleh KH. M. Munawir, lantas diberikanlah baginya sebuah Ijazah, yang intinya berisi pengakuan ilmu dari guru kepada muridnya serta Tarattubur-Ruwat (Urutan Riwayat) atau Sanad dari Sang Guru sampai kepada Rasulullah SAW. secara lengkap.
     Banyak diantara murid-murid beliau yang juga meneruskan perjuangan di kampung masing-masing, berupa mendakwahkan Islam pada umumnya, dan pengajaran Al-Quran pada khususnya. Misal:
  1. KH. Arwani Amin (Kudus)
  2. KH. Badawi (Kaliwungu – Semarang)
  3. Kyai Zuhdi (Nganjuk – Kertosono)
  4. KH. Umar (Pesantren Al-Muayyad, Mangkuyudan – Solo)
  5. Kyai Umar (Kempek – Cirebon)
  6. KH. Noor (Tegalarum – Kertosono)
  7. KH. Muntaha (Pesantren Al-Asy’ariyyah, Kalibeber – Wonosobo)
  8. KH. Murtadha (Buntet – Cirebon)
  9. Kyai Ma’shum (Gedongan – Cirebon)
  10. KH. Abu Amar (Kroya)
  11. KH. Suhaimi (Pesantren Tamrinus Shibyan, Benda – Bumiayu)
  12. Kyai Syathibi (Kyangkong – Kutoarjo)
  13. KH. Anshor (Pepedan – Bumiayu)
  14. KH. Hasbullah (Wonokromo – Yogyakarta)
  15. Kyai Muhyiddin (Jejeran – Yogyakarta)
  16. Haji Mahfudz (Purworejo)
       Untuk para Mutakharrijiin (Alumni), beliau senantiasa menjalin hubungan dan bimbingan, bahkan berupa kunjungan ke tempat masing-masing.
  • Karomah KH. M. Munawwir
      KH. Abdullah Anshar (Gerjen – Sleman) mengetahui beliau wafat, maka menangislah ia serta mengatakan tak kerasan lagi hidup di dunia tanpa beliau. Setelah pulang ke rumah, KH. Abdullah langsung menyusul pulang ke Rahmatullah.
Kyai Aqil Sirodj (Kempek – Cirebon) dikala masih berusia sekitar 8 tahun belum bisa mengucap dengan jelas bunyi “R”. Namun setelah minum air bekas cucian tangan beliau, langsung dapat membaca “R” dengan jelas.
Kala mengajar, biasanya beliau sambil tiduran, bahkan kadang benar-benar tertidur. Namun bila ada santri yang keliru membaca, beliau langsung bangun dan mengingatkannya.
Saat baru berusia 10 tahun, beliau berangkat mondok kepada KH. Cholil di Bangkalan, Madura. Sampai di sana, saat akan dikumandangkan iqamat, KH. Cholil tidak berkenan menjadi imam shalat seraya berkata: “Mestinya yang berhak menjadi imam shalat adalah anak ini (yakni KH. M. Munawir). Walaupun ia masih kecil tetapi ahli qira’at.”
       Sewaktu awal di Tanah Suci, beliau mengirimkan surat kepada ayahnya, menyatakan niat untuk menghapalkan Al-Quran. Namun ayah beliau belum memperkenankannya, sehingga berniat mengirimkan surat balasan. Namun, belum sempat mengirimkan surat balasan, sang Ayah sudah mendapat surat kedua dari putranya yang menyatakan bahwa ia sudah terlanjur hafal. Dihafalkannya dalam waktu 70 hari (keterangan lain menyatakan 40 hari).
Dan masih banyak lagi karomah KH. M. Munawir yang lainnya.
  • Maqalah KH. M. Munawir
1) Sebuah hadits riwayat Abi Hurairah Ra. bahwa Nabi Muhammad Saw. Bersabda: “Wahai Abu Hurairah, pelajarilah al-Quran dan ajarkanlah kepada orang lain. Tetaplah engkau seperti itu hingga mati. Sesungguhnya jikalau kamu mati dalam keadaan seperti itu, malaikat berhaji ke kuburmu sebagaimana kaum mukminin berhaji ke Baitullah al-Haram.”
2) Sebuah sya’ir: “Semua ilmu termuat di dalam al-Quran – Hanya saja orang-orang tak mampu memahami seluruh kandungannya.”
3) “Jikalau engkau bermaksud akan sesuatu, maka bacalah surat Yasin.”
4) “Kalau mengaji al-Quran, maka kajilah sampai khatam, supaya menjadi orang mulia.”
5) “Waktu luang yang tidak digunakan untuk nderes al-Quran adalah kerugian yang besar.
6) “Setelah seseorang hafal al-Quran, maka haruslah ia Tidak suka omong kosong dan tidak menghabiskan waktunya hanya untuk bekerja mencari dunia.”
7) “Wahai putera dan menantuku yang mempunyai tanggungan al-Quran, apabila kalian belum lancar benar maka jangan sampai merangkap apapun baik berdagang ataupun lainnya.”
8) “Orang hafal al-Quran berkewajiban memeliharanya, maka dari itu jangan melakukan hal-hal -termasuk menuntut ilmu- yang tidak fardhu, sekiranya dapat menyebabkan hafalannya hilang.”
9) “Kalau kamu tidak mengaji qira’at sab’ah kepadaku, maka mengajilah kepada Arwani Amin Kudus.”
10) “Buah al-Quran adalah kebahagiaan dunia dan akhirat.”
11) Beliau berkata kepada KH. Basyir: “Marilah uzlah seperti saya, guna mengajarkan al-Quran. Kalau kita memikirkan harta dunia, maka akan binasalah al-Quran nanti.”
12) Beliau berkata kepada putri beliau, Nyai Hindun: “Orang hafal al-Quran, mengamalkan isi kitab Majmu’ dan Mudzakarat, insya-Allah menjadi orang shalihah.”
13) Beliau tidak mengijinkan santri-santrinya menjadi Pegawai Negeri Pemerintah Penjajah pada waktu itu.
14) Beliau menyampaikan apa yang pernah diterima dari guru beliau, KH. Cholil Bangkalan: “Apabila hidayah tiba, permusuhan pun musnah. Jadilah engkau bagaikan Air, dibutuhkan oleh siapa dan apa saja. Jika tidak begitu, maka jadilah seperti Batu, tidak ada bahaya maupun manfaat (secara aktif –red). Janganlah engkau laksana Kalajengking, siapa melihat maka ia pun takut.”
15) “Seyogyanya engkau hadiahkan berkah surat al-Fatihah kepada segenap kaum muslimin yang masih hidup, lebih-lebih diwaktu tertimpa marabahaya atau berperangai buruk, barangkali dapat menjadi obatnya. Sebagaimana guru saya KH. Cholil pernah mengajarkan (di nomor 16).”
16) Beliau menyampaikan apa yang disampaikan guru beliau, KH. Cholil: “Teman-teman sekalian, jikalau engkau menghadiahkan berkah surat al-Fatihah jangan hanya kepada muslimin yang sudah meninggal saja, tetapi juga yang masih hidup, syukurlah jika kepadaku juga. Sebab Nabi Muhammad Saw. pernah bersabda: ‘UDDA NAFSAKA MIN AHLIL QUBUUR (anggaplah dirimu termasuk ahli Qubur).”
17) “Apabila engkau memohon kepada Allah, maka mohonlah Kesejahteraan (‘Aafiyah).”
18) “Kelak di akhir jaman, Shin akan menguasai seluruh daerah.”
19) Sebuah sya’ir: “Aku tak bisa mendapatkan kembali apa yang telah meninggalkan diriku, baik dengan LAHFA (kalau), dengan LAITA (seandainya), ataupun dengan LAU-INNI (andaikan saya).”
20) “Selama saya masih hidup, puteraku yang lelaki selalu saya suruh memakai kopyah. Sedangkan yang perempuan segera saya carikan jodoh, tak usah menunggu orang lain yang datang melamarnya.”
  • Wafat dan Penerus KH. M. Munawir
       Sebagaimana manusia pada umumnya, KH. M. Munawir menderita sakit selama 16 hari. Pada mulanya terasa ringan, namun lama-kelamaan semakin parah. Tiga hari terakhir saat beliau sakit, beliau tidak tidur.
Selama sakit, selalu berkumandanglah bacaan surat Yasin 41x yang dilantunkan oleh rombongan-rombongan secara bergantian. Satu rombongan selesai membaca, maka rombongan lain menyusulnya, demikian tak ada putusnya.
Akhirnya, beliau KH. M. Munawir wafat ba’da Jum’at tanggal 11 Jumadil Akhir tahun 1942 M di kediaman beliau di komplek Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta. Dikala beliau menghembuskan nafas terakhir, ditunggui oleh seorang putri beliau, Nyai Jamalah, yakni ketika rombongan pembaca surat Yasin belum hadir.
Shalat Jenazah dilaksanakan bergiliran lantaran banyaknya orang yang bertakziyyah. Imam shalat Jenazah kala itu adalah KH. Manshur (Popongan – Solo), KH. R. Asnawi (Bendan – Kudus), dan besan beliau KH. Ma’shum (Suditan – Lasem).
Beliau tidak dimakamkan di kompleks Pesantren Krapyak, melainkan di Pemakaman Dongkelan, yakni sekitar 2 km dari kompleks Pesantren. Dan sepanjang jalan itulah, terlihat kaum muslimin dari berbagai golongan penuh sesak mengiring dan bermaksud mengangkat jenazah beliau, sampai-sampai keranda jenazah beliau cukup ‘dioperkan’ dari tangan ke tangan yang lain, sampai di Pemakaman Dongkelan.
Jenazah KH. M. Munawir dikebumikan di sana, dan selama lebih dari seminggu pusara beliau selalu penuh dengan penziarah dari berbagai daerah untuk membaca Al-Quran.
Beliau wafat meninggalkan Pesantren yang merupakan tonggak pemisah suasana. Suasana sebelum dibangun pesantren, Krapyak dikenal sebagai tempat rawan, penuh kegelapan, abangan dan sedikit yang menjalankan ajaran Islam. Bersamaan dengan didirikannya Pesantren, banyak pula usaha busuk dari golongan-golongan Klenik yang dengki dan selalu merintangi perintisan Pesantren.
Namun upaya-upaya itu musnah, dan suasana gelap beralih menjadi ramai dan meriah dengan alunan Ayat-ayat Suci Al-Quran dengan segala konsekuensinya.
Almarhum KH. M. Munawir berwasiyat, agar keluarga melanjutkan perjuangan Pesantren, tepatnya kepada 2 orang putra dan 4 orang menantu. Akan tetapi karena beberapa udzur, perjuangan Pesantren dikawal secara langsung oleh 3 tokoh yang dikenal sebagai Tiga Serangkai yakni:
1) KH. R. Abdullah Affandi (putra beliau dari Nyai R.A. Mursyidah asal Kraton Yogyakarta). Disamping menangani pengajian Al-Quran, beliau juga mengurusi hubungan Pesantren dengan dunia luar. Beliau wafat pada 1 Januari 1968.
2) KH. R. Abdul Qadir (putra beliau dari Nyai R.A. Mursyidah asal Kraton Yogyakarta). Pada tahun 1953, para santri penghafal Al-Quran dikelompokkan menjadi satu dalam sebuah wadah, yakni Madrasatul Huffadz yang disponsori oleh KH. R. Abdul Qadir, dibantu KH. Mufid Mas’ud (menantu KH. M. Munawir), Kiyai Nawawi (menantu KH. M. Munawir) dan Hasyim Yusuf dari Nganjuk. Ada 2 sistem yang ditempuh di Madrasatul Huffadz. Pertama, adalah Sistem Perseorangan, yakni Kiyai menurut kepada santri untuk menghafalkan suatu ayat, surat maupun juz. Kedua, adalah Sistem Jama’ah Mudarasah, yakni seorang santri disuruh menghafal suatu ayat, surat atau juz, kemudian membacanya lantas berhenti dan dilanjutkan oleh santri yang lain, demikian sampai khatam 30 juz. Untuk mentashih kembali hafalan santri-santri yang sudah khatam, maka diharuskan melakukan ‘Ardhah secara Musyafahah sampai tiga kali khatam. Untuk menguji kelancaran hafalan, adalah dengan dibacanya suatu ayat oleh Kyai dan santri disuruh melanjutkannya. Begitu pula ditanyakan kepada santri tentang letak ayat tersebut dalam surat apa, halaman berapa, bagian mana, lembar kiri atau kanan, ayat nomor berapa, sampai surat baru masih berapa ayat lagi. Seperti itulah seluk beluk menghafalkan Al-Quran di Madrasatul Huffadz saat itu. Setelah hafal seluruh Al-Quran, maka selama 41 hari dilanjutkan Mudarasah (nderes) dengan mengkhatamkan 41 kali juga. KH. R. Abdul Qadir wafat pada 2 Februari 1961.
3) KH. ‘Ali Ma’shum (menantu beliau asal Lasem, suami dari Nyai Hj. Hasyimah). Beliau sudah turut mengasuh Pesantren sejak 1943. Beliau adalah perintis dan pengasuh pengajian kitab-kitab selepas KH. M. Munawir wafat, yakni sejak kepulangan beliau dari Tanah Suci dalam rangka menimba ilmu. Dalam penyelenggarannya, beliau menerapkan beberapa sistem, yakni Sistem Madrasi (Klasik) dan Sistem Kuliyah, yang masing-masing dilengkapi dengan Pengajian Sorogan (individual). Adapun Pengajian Sorogan ini, beliau berlakukan dengan model Semi-Otodidak, yakni dengan ditentukannya suatu kitab oleh KH. ‘Ali Ma’shum untuk dikaji seorang santri. Tiap sore hari, santri tersebut harus menghadap beliau untuk membaca kitab. Dalam hal ini, santri harus berusaha mempelajarinya sendiri, baik dalam cara membaca maupun menela’ah maknanya, baik dengan bertanya maupun berdiskusi dengan rekan dan kitab yang sudah ada maknanya. Sedangkan KH. ‘Ali Ma’shum cukup menyimak bacaan santri sambil mengajukan beberapa pertanyaan, dan membenarkan jika ada kesalahan membaca maupun memahami isinya. Dengan sistem ini, beliau maupun santri telah banyak menghemat waktu serta membuahkan hasil yang memuaskan lagi cermat. KH. ‘Ali Ma’shum wafat pada 1989.
        Demikianlah estafet kepemimpinan Pesantren terus bergulir, semakin berkembang seiring bertambahnya usia, baik dalam metode maupun corak Pesantren, namun tak lepas dari sentuhan khas salafiyahnya. Dan tentunya, tetap berkonsentrasi pada misi awal yang dirintis Sang Muassis (Pendiri), yakni membumikan Al-Quran, memasyarakatkan Al-Quran dan meng-Al-Quran-kan masyarakat.
Biografi ini disadur/nukil dari Buku yang berjudul “MANAQIBUS SYAIKH: K.H.M. MOENAUWIR ALMARHUM: PENDIRI PESANTREN KRAPYAK YOGYAKARTA” yang diterbitkan oleh MAJLIS AHLEIN (Keluarga Besar Bani Munawwir) Pesantren Krapyak, keluaran tahun 1975. 


     Semoga artikel tentang Biografi KH. M. Munawir Krapyak Yogyakarta ini bisa bermanfaat, menginspirasi dan bisa menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita. Amin 

* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid