Pages

Pages - Menu

Minggu, 09 Juni 2013

Banten



Banten
—  Provinsi  —
Bendera Banten
Bendera
Lambang Banten
Lambang
Slogan: Iman Taqwa
Peta lokasi Banten
Negara  Indonesia
Hari jadi 4 Oktober 2000 (hari jadi)
Ibu kota Kota Serang
Koordinat 5° 7' 50" - 7° 1' 11" LS
105° 1' 11" - 106° '12" BT
Pemerintahan
 • Gubernur Hj. Ratu Atut Chosiyah
 • Wakil Gubernur H. Rano Karno
Luas
 • Total 9.160.70 km2 (3,536.97 mil²)
Populasi
 • Total 10.644.030
 • Kepadatan 1,200/km2 (3,000/sq mi)
Demografi
 • Suku  bangsa Banten (47%), Sunda (23%), Jawa (12%), Betawi (9,62%), Tionghoa (1,1%), Batak (0,93%), Minangkabau (0,81%), Lain-lain (5,54%)[2]
 • Agama Islam (96,6%), Kristen (1,2%), Katolik (1%), Buddha (0,7%), Hindu (0,4%)
 • Bahasa Sunda, Jawa Banten, Indonesia, dan Betawi
Zona waktu WIB
Kabupaten 4
Kota 4
Situs web http://www.bantenprov.go.id
Banten adalah sebuah provinsi di Pulau Jawa, Indonesia. Provinsi ini dulunya merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat, namun dipisahkan sejak tahun 2000, dengan keputusan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000. Pusat pemerintahannya berada di Kota Serang.



Daftar isi

  • 1 Geografis
    • 1.1 Batas wilayah
    • 1.2 Topografi
  • 2 Sejarah
  • 3 Budaya dan nilai
    • 3.1 Bahasa
    • 3.2 Senjata tradisional
    • 3.3 Rumah adat
  • 4 Pemerintahan
    • 4.1 Kabupaten dan Kota
    • 4.2 Daerah-daerah penting lain
    • 4.3 Perwakilan
      • 4.3.1 DPRD Provinsi Banten
    • 4.4 Perwakilan di Jakarta
      • 4.4.1 Anggota DPR
      • 4.4.2 Anggota DPD
    • 4.5 Daftar gubernur dan Wakil Gubernur
  • 5 Pendidikan
    • 5.1 Perguruan Tinggi Negeri
    • 5.2 Perguruan Tinggi Kedinasan
    • 5.3 Perguruan Tinggi Swasta
  • 6 Ekonomi dan kependudukan
  • 7 Transportasi
    • 7.1 Perhubungan darat
      • 7.1.1 Jalan
      • 7.1.2 Terminal
      • 7.1.3 Angkutan umum
      • 7.1.4 Kereta api
    • 7.2 Perhubungan laut
    • 7.3 Perhubungan udara
  • 8 Tempat wisata di Banten
    • 8.1 Masjid Agung Banten
    • 8.2 Taman Nasional Ujung Kulon
    • 8.3 Pulau Dua/Pulau Burung
    • 8.4 Pulau Umang
    • 8.5 Gunung Karakatau
    • 8.6 Rawadano
    • 8.7 Kang dan Nong Banten
  • 9 Lain-lain
    • 9.1 Stasiun televisi
  • 10 Olahraga
    • 10.1 Lippo Village International Circuit
    • 10.2 Sepak Bola
  • 11 Pranala luar
  • 12 Referensi

Geografis

Wilayah Banten terletak di antara 5º7'50"-7º1'11" Lintang Selatan dan 105º1'11"-106º7'12" Bujur Timur, berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2000 luas wilayah Banten adalah 9.160,70 km². Provinsi Banten terdiri dari 4 kota, 4 kabupaten, 154 kecamatan, 262 kelurahan, dan 1.273 desa.
Wilayah laut Banten merupakan salah satu jalur laut potensial, Selat Sunda merupakan salah satu jalur lalu lintas laut yang strategis karena dapat dilalui kapal besar yang menghubungkan Australia dan Selandia Baru dengan kawasan Asia Tenggara misalnya Thailand, Malaysia, dan Singapura. Di samping itu Banten merupakan jalur penghubung antara Jawa dan Sumatera. Bila dikaitkan posisi geografis dan pemerintahan maka wilayah Banten terutama daerah Tangerang raya (Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan) merupakan wilayah penyangga bagi Jakarta. Secara ekonomi wilayah Banten memiliki banyak industri. Wilayah Provinsi Banten juga memiliki beberapa pelabuhan laut yang dikembangkan sebagai antisipasi untuk menampung kelebihan kapasitas dari pelabuhan laut di Jakarta dan ditujukan untuk menjadi pelabuhan alternatif selain Singapura.

Batas wilayah


Utara Laut Jawa
Selatan Samudera Indonesia
Barat Selat Sunda
TimurDaerah Khusus Ibukota Jakarta dan Jawa Barat

Topografi

Kondisi topografi Banten adalah sebagai berikut:
  • Wilayah datar (kemiringan 0-2 %) seluas 574.090 hektare
  • Wilayah bergelombang (kemiringan 2-15%) seluas 186.320 hektare
  • Wilayah curam (kemiringan 15-40%) seluas 118.470,50 hektare
Kondisi penggunaan lahan yang perlu dicermati adalah menurunnya wilayah hutan dari 233.629,77 hektare pada tahun 2004 menjadi 213.629,77 hektare.

Sejarah

Lukisan François Valentijn tahun1694
Banten atau dahulu dikenal dengan nama Bantam pada masa lalu merupakan sebuah daerah dengan kota pelabuhan yang sangat ramai, serta dengan masyarakat yang terbuka dan makmur. Banten pada abad ke-5 merupakan bagian dari Kerajaan Tarumanagara. Salah satu prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanagara adalah Prasasti Cidanghiyang atau prasasti Lebak, yang ditemukan di Kampung Lebak di tepi Ci Danghiyang, Kecamatan Munjul, Pandeglang, Banten. Prasasti ini baru ditemukan tahun 1947 dan berisi 2 baris kalimat berbentuk puisi dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Isi prasasti tersebut mengagungkan keberanian Raja Purnawarman. Setelah runtuhnya Kerajaan Tarumanagara (menurut beberapa sejarawan ini akibat serangan Kerajaan Sriwijaya), kekuasaan di bagian barat Pulau Jawa dari Ujung Kulon sampai Ci Serayu dan Kali Brebes dilanjutkan oleh Kerajaan Sunda. Seperti dinyatakan oleh Tome Pires, penjelajah Portugis pada tahun 1513, Banten menjadi salah satu pelabuhan penting dari Kerajaan Sunda. Menurut sumber Portugis tersebut, Banten adalah salah satu pelabuhan kerajaan itu selain pelabuhan Pontang, Cigede, Tamgara (Tangerang), Kalapa, dan Cimanuk.
Diawali dengan penguasaan Kota Pelabuhan Banten, yang dilanjutkan dengan merebut Banten Girang dari Pucuk Umun pada tahun 1527, Maulana Hasanuddin, mendirikan Kesultanan Banten di wilayah bekas Banten Girang. Dan pada tahun 1579, Maulana Yusuf, penerus Maulana Hasanuddin, menghancurkan Pakuan Pajajaran, ibu kota atau pakuan (berasal dari kata pakuwuan) Kerajaan Sunda. Dengan demikian pemerintahan di Jawa Barat dilanjutkan oleh Kesultanan Banten. Hal itu ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana, tempat duduk kala seorang raja dinobatkan, dari Pakuan Pajajaran ke Surasowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf. Batu berukuran 200 x 160 x 20 cm itu terpaksa diboyong ke Banten karena tradisi politik waktu itu "mengharuskan" demikian. Pertama, dengan dirampasnya Palangka tersebut, di Pakuan tidak mungkin lagi dinobatkan raja baru. Kedua, dengan memiliki Palangka itu, Maulana Yusuf merupakan penerus kekuasaan Kerajaan Sunda yang "sah" karena buyut perempuannya adalah puteri Sri Baduga Maharaja.
Dengan dihancurkannya Pajajaran maka Banten mewarisi wilayah Lampung dari Kerajaan Sunda. Hal ini dijelaskan dalam buku The Sultanate of Banten tulisan Claude Guillot pada halamaan 19 sebagai berikut: From the beginning it was abviously Hasanuddin's intention to revive the fortunes of the ancient kingdom of Pajajaran for his own benefit. One of his earliest decisions was to travel to southern Sumatra, which in all likelihood already belonged to Pajajaran, and from which came bulk of the pepper sold in the Sundanese region.[3]
Ketika sudah menjadi pusat Kesultanan Banten, sebagaimana dilaporkan oleh J. de Barros, Banten merupakan pelabuhan besar di Asia Tenggara, sejajar dengan Malaka dan Makassar. Kota Banten terletak di pertengahan pesisir sebuah teluk, yang lebarnya sampai tiga mil. Kota itu panjangnya 850 depa. Di tepi laut kota itu panjangnya 400 depa; masuk ke dalam ia lebih panjang. Melalui tengah-tengah kota ada sebuah sungai yang jernih, di mana kapal jenis jung dan gale dapat berlayar masuk. Sepanjang pinggiran kota ada sebuah anak sungai, di sungai yang tidak seberapa lebar itu hanya perahu-perahu kecil saja yang dapat berlayar masuk. Pada sebuah pinggiran kota itu ada sebuah benteng yang dindingnya terbuat dari bata dan lebarnya tujuh telapak tangan. Bangunan-bangunan pertahanannya terbuat dari kayu, terdiri dari dua tingkat, dan dipersenjatai dengan senjata yang baik. Di tengah kota terdapat alun-alun yang digunakan untuk kepentingan kegiatan ketentaraan dan kesenian rakyat dan sebagai pasar di pagi hari. Istana raja terletak di bagian selatan alun-alun. Di sampingnya terdapat bangunan datar yang ditinggikan dan beratap, disebut Srimanganti, yang digunakan sebagai tempat raja bertatap muka dengan rakyatnya. Di sebelah barat alun-alun didirikan sebuah masjid agung.
Pada awal abad ke-17 Masehi, Banten merupakan salah satu pusat perniagaan penting dalam jalur perniagaan internasional di Asia. Tata administrasi modern pemerintahan dan kepelabuhan sangat menunjang bagi tumbuhnya perekonmian masyarakat. Daerah kekuasaannya mencakup juga wilayah yang sekarang menjadi Provinsi Lampung. Ketika orang Belanda tiba di Banten untuk pertama kalinya, orang Portugis telah lama masuk ke Banten. Kemudian orang Inggris mendirikan loji di Banten dan disusul oleh orang Belanda.
Selain itu, orang-orang Perancis dan Denmark pun pernah datang di Banten. Dalam persaingan antara pedagang Eropa ini, Belanda muncul sebagai pemenang. Orang Portugis melarikan diri dari Banten (1601), setelah armada mereka dihancurkan oleh armada Belanda di perairan Banten. Orang Inggris pun tersingkirkan dari Batavia (1619) dan Banten (1684) akibat tindakan orang Belanda.


Litografi berdasarkan lukisan oleh Abraham Salm dengan pemandangan di Banten (1865-1872)
Pada 1 Januari 1926 pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peraturan untuk pembaharuan sistem desentralisasi dan dekonsentrasi yang lebih luas. Di Pulau Jawa dibentuk pemerintahan otonom provinsi. Provincie West Java adalah provinsi pertama yang dibentuk di wilayah Hindia Belanda yang diresmikan dengan surat keputusan tanggal 1 Januari 1926, dan diundangkan dalam Staatsblad (Lembaran Negara) 1926 No. 326, 1928 No. 27 jo No. 28, 1928 No. 438, dan 1932 No. 507. Banten menjadi salah satu keresidenan yaitu Bantam Regentschappen dalam Provincie West Java di samping Batavia, Buitenzorg (Bogor), Preanger (Priangan), dan Cirebon.

Budaya dan nilai

Sebagian besar anggota masyarakat memeluk agama Islam dengan semangat religius yang tinggi, tetapi pemeluk agama lain dapat hidup berdampingan dengan damai.
Potensi dan kekhasan budaya masyarakat Banten, antara lain seni bela diri Pencak silat, Debus, Rudad, Umbruk, Tari Saman, Tari Topeng, Tari Cokek, Dog-dog, Palingtung, dan Lojor. Di samping itu juga terdapat peninggalan warisan leluhur antara lain Masjid Agung Banten Lama, Makam Keramat Panjang, dan masih banyak peninggalan lainnya.
Di Provinsi Banten terdapat Suku Baduy. Suku Baduy Dalam merupakan suku asli Sunda Banten yang masih menjaga tradisi antimodernisasi, baik cara berpakaian maupun pola hidup lainnya. Suku Baduy-Rawayan tinggal di kawasan Cagar Budaya Pegunungan Kendeng seluas 5.101,85 hektare di daerah Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak. Perkampungan masyarakat Baduy umumnya terletak di daerah aliran Sungai Ciujung di Pegunungan Kendeng. Daerah ini dikenal sebagai wilayah tanah titipan dari nenek moyang, yang harus dipelihara dan dijaga baik-baik, tidak boleh dirusak.

Bahasa

Penduduk asli yang hidup di Provinsi Banten berbicara menggunakan dialek yang merupakan turunan dari bahasa Sunda Kuno. Dialek tersebut dikelompokkan sebagai bahasa kasar dalam bahasa Sunda modern, yang memiliki beberapa tingkatan dari tingkat halus sampai tingkat kasar (informal), yang pertama tercipta pada masa Kesultanan Mataram menguasai Priangan (bagian timur Provinsi Jawa Barat). Namun demikian, di Wilayah Banten Selatan Seperti Lebak dan Pandeglang menggunakan bahasa Sunda Campuran Sunda Kuno, Sunda Modern, dan bahasa Indonesia, di Serang dan Cilegon, bahasa Jawa Banten digunakan oleh etnik Jawa. Dan, di bagian utara Kota Tangerang, bahasa Indonesia dengan dialek Betawi juga digunakan oleh pendatang beretnis Betawi. Di samping bahasa Sunda, bahasa Jawa, dan dialek Betawi, bahasa Indonesia juga digunakan terutama oleh pendatang dari bagian lain Indonesia.

Senjata tradisional


Golok
Golok adalah senjata tradisional di Banten sama seperti senjata tradisional Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta

Rumah adat

Rumah adatnya adalah rumah panggung yang beratapkan daun atap dan lantainya dibuat dari pelupuh yaitu bambu yang dibelah-belah. Sedangkan dindingnya terbuat dari bilik (gedek). Untuk penyangga rumah panggung adalah batu yang sudah dibuat sedemikian rupa berbentuk balok yang ujungnya makin mengecil seperti batu yang digunakan untuk alas menumbuk beras. Rumah adat ini masih banyak ditemukan di daerah yang dihuni oleh orang Kanekes atau disebut juga orang Baduy.

Pemerintahan

Kabupaten dan Kota

Provinsi Banten terdiri atas 4 kabupaten dan 4 kota. Berikut adalah daftar kabupaten dan kota di Banten, beserta ibu kota.

No. Kabupaten/Kota Ibu kota Logo
Banten coa.png
1 Kabupaten Tangerang Tigaraksa
Logo kab tangerang.gif
2 Kabupaten Serang Ciruas
Logo serang.gif
3 Kabupaten Lebak Rangkasbitung
Logo lebak.gif
4 Kabupaten Pandeglang Pandeglang
Logo Pandeglang.gif
5 Kota Tangerang -
Lambang Kota Tangerang.png
6 Kota Serang -
Lambang Kota Serang.jpg
7 Kota Cilegon -
Lambang Kota Cilegon.png
8 Kota Tangerang Selatan Ciputat
Tangerang Selatan-logo.png
Catatan :
  • Kabupaten Tangerang sebelumnya beribu kota di Kota Tangerang.
  • Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) merekomendasikan Kecamatan Ciruas sebagai lokasi Puspemkab Kabupaten Serang.
  • Kota Cilegon dibentuk sebagai kota otonom pada tanggal 10 April 1999 dari wilayah Kabupaten Serang. Cilegon sebelumnya adalah kota administratif.
  • Kota Tangerang dibentuk sebagai kota otonom pada tanggal 27 Februari 1993 dari wilayah Kabupaten Tangerang. Tangerang sebelumnya adalah kota administratif.
  • Kota Tangerang Selatan dibentuk sebagai kota otonom pada tanggal 29 Oktober 2008 dari wilayah Kabupaten Tangerang. Sebelumnya adalah Kota Cipasera

Daerah-daerah penting lain

Terdapat beberapa daerah penting lain di Banten selain yang berstatus tidak sebagai kota otonom:

Perwakilan

DPRD Provinsi Banten

DPRD Banten hasil Pemilihan Umum Legislatif 2009 tersusun dari 10 partai, dengan perincian sebagai berikut:[4]
Partai Kursi  %
Partai Demokrat 18 34,9
PKS 11 14,7
PDI-P 10 13,8
Partai Hanura 6 2,8
Partai Gerindra 5 7,3
PPP 5 7,3
PKB 5 1,8
PBB 3 0,9
PAN 2 4,6
PKPB 2 4,6
PPD 1 4,6
PDS 1 4,6
PBR 1 4,6
PKNU 1 4,6
PPNUI 1 4,6
Total 67 100,0

Perwakilan di Jakarta

Anggota DPR

Provinsi Banten memiliki 22 wakil di DPR, enam orang masing-masing dari Daerah Pemilihan Banten I (barat daya) dan II (barat laut), dan sepuluh orang dari Daerah Pemilihan Banten III (timur).

Anggota DPD

Berdasarkan hasil Pemilihan Umum Legislatif 2009, anggota DPD asal Banten untuk periode 2009-2014 adalah Abdi Sumaithi, Andika Hazrumy, Drs. H. Abdurachman, M.Ap., dan H. Ahmad Subadri.

Daftar gubernur dan Wakil Gubernur

Pada saat terbentuknya Provinsi Banten, Gubernur Hakamuddin Djamal dipilih oleh Pemerintah Pusat. Pada tahun 2002 DPRD Banten memilih Djoko Munandar dan Ratu Atut Chosiyah sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Banten pertama. Pada awal 2006, Atut Chosiyah sebagai Pelaksana Tugas Gubernur. Akhirnya, tanggal 6 Desember 2006 dilaksanakan Pemilihan Kepala Daerah langsung, yang dimenangi oleh pasangan Ratu Atut Choisiyah dan Mohammad Masduki, kedua-duanya menjabat pada periode 2007-2011.
No. Nama Foto Dari Sampai Keterangan
1. Hakamuddin Djamal Hakamuddin Djamal 17 November 2000 11 Januari 2002 Pejabat Gubernur
2. Djoko Munandar Djoko Munandar 11 Januari 2002 10 Oktober 2005 Dinonaktifkan karena terkait kasus korupsi
3. Ratu Atut Chosiyah Ratu Atut Chosiyah 20 Oktober 2005 10 Januari 2007 Pelaksana Tugas Gubernur (Plt)
4 Ratu Atut Chosiyah Ratu Atut Chosiyah 11 Januari 2007 sekarang

Wakil Gubernur
No. Nama Foto Dari Sampai Keterangan
1. Ratu Atut Chosiyah Ratu Atut Chosiyah 11 Januari 2002 11 Oktober 2005
2 Mohammad Masduki Mohammad Masduki 11 Januari 2007 11 Januari 2012
3 Rano Karno Rano Karno 11 Januari 2012 sekarang

Pendidikan

Perguruan Tinggi di Banten:

Perguruan Tinggi Negeri

Perguruan Tinggi Kedinasan

Perguruan Tinggi Swasta

Ekonomi dan kependudukan

Pada tahun 2006, penduduk Banten berjumlah 9.351.470 jiwa, dengan perbandingan 3.370.182 jiwa (36,04%) anak-anak, 240.742 jiwa (2,57%) lanjut usia, sisanya 5.740.546 jiwa berusia di antara 15 sampai 64 tahun.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2005 mayoritas berasal dari sektor industri pengolahan (49,75%), diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran (17,13%), pengangkutan dan komunikasi (8,58%), serta pertanian yang hanya 8,53%. Namun berdasarkan jumlah penyerapan tenaga kerja, industri menyerap 23,11% tenaga kerja, diikuti oleh pertanian (21,14%), perdagangan (20,84%) dan transportasi/komunikasi yang hanya 9,50%.

Transportasi

Provinsi Banten yang berada di wilayah ujung barat Pulau Jawa memiliki posisi yang sangat strategis dan memiliki potensi ekonomi yang sangat besar baik skala lokal, regional, nasional, bahkan skala internasional. Fasilitasi terhadap pergerakan barang dan penumpang yang dari dan ke pusat-pusat kegiatan nasional, wilayah, maupun lokal yang ada di Provinsi Banten menjadi sangat penting dalam upaya mendukung pengembangan ekonomi di wilayah Provinsi Banten.
Provinsi Banten dibagi menjadi tiga Wilayah Kerja Pembangunan yang mempunyai ikon atau ciri khas prasarana perhubungan di Provinsi Banten karena aktivitasnya yang lebih menonjol dibandingkan dengan prasarana perhubungan lainnya.
  • Wilayah Kerja I, yaitu Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang. Di dalamnya terdapat Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta yang merupakan gerbang masuknya barang dan penumpang ke Indonesia.
  • Wilayah Kerja II, yaitu Kota Cilegon dan Kabupaten Serang. Di dalamnya terdapat pelabuhan penyeberangan Merak yang menjadi gerbang masuknya barang dan penumpang dari Pulau Sumatera ke Pulau Jawa.
  • Wilayah Kerja III, yaitu Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak. Di dalamnya terdapat Stasiun Kereta Api yang merupakan gerbang masuk barang dan penumpang terutama dari dan ke Jakarta.
Secara umum, sektor perhubungan dapat dikategorikan ke dalam tiga bagian yaitu perhubungan darat, perhubungan laut, dan perhubungan udara. Ketiga bagian tersebut mempunyai peranan yang sangat penting dalam membangun perekonomian di Provinsi Banten.

Perhubungan darat

Jalan

Hingga tahun 2006, kondisi jalan nasional sepanjang 249,246 km berada dalam kondisi baik, 214,314 km dalam kondisi sedang dan sepanjang 26,840 dalam kondisi rusak. Kondisi jalan provinsi hingga akhir tahun 2006 dengan total panjang jalan sebesar 889,01 km berada dalam kondisi baik sebesar 203,670 km, kondisi sedang 380,020 km, dan kondisi rusak sebesar 305,320 km.
Ruas jalan nasional di wilayah Provinsi Banten pada saat ini mempunyai volume lalu-lintas rata-rata sebesar 0,7 yang berarti kelancaran arus lalu-lintas terganggu karena adanya aktivitas perdagangan/pasar, pabrik/industri, pusat-pusat perbelanjaan di sepanjang jalan serta kapasitas jalan yang terbatas karena lebar badan jalan rata-rata 7 meter pada ruas jalan nasional di Banten Utara (Merak-Tangerang) dan ruas Ciputat-Batas DKI.
Kinerja pelayanan jalan pada ruas jalan provinsi pada umumnya cukup baik dengan rasio volume lalu-lintas per kapasitas rata-rata sebesar 0,4. Kemacetan lalu-lintas pada umumnya bersifat lokal yang terjadi pada pusat-pusat kegiatan masyarakat.

Terminal

Sebagai simpul transportasi, terminal berfungsi sebagai tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang serta perpindahan antarmoda transportasi merupakan unsur penting dalam pelayanan pergerakan penumpang dan barang. Terdapat 4 (empat) terminal di Provinsi Banten, yaitu Terminal Pakupatan, Terminal Porisplawad, Terminal Labuan, dan Terminal Merak.

Angkutan umum


Orang Belanda di Muara Binuangeun, sepulang dari memancing di Pulau Tinjil (tahun 1936)
Untuk melayani pergerakan penumpang dan barang dalam wilayah Provinsi Banten, terdapat angkutan umum Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi pada saat ini masih dilayani dengan kendaraan ukuran kecil dan dalam penyelenggaraannya masih dirasakan belum terpadu secara maksimal. Terdapat 63 trayek dengan jumlah kendaraan sebanyak 3.788 yang melayani Antar Kota Dalam Provinsi lintas Kab./Kota Tangerang. Sedangkan untuk AKDP lintas Serang, Cilegon, Pandeglang, dan Lebak dilayani dengan 66 trayek dengan jumlah kendaraan sebanyak 1.436.
Untuk menjangkau kawasan-kawasan yang masih belum tersedia angkutan umum, terdapat beberapa angkutan perintis yang melayani jalur Cikeusik-Muara Binuangeun-Sp. Bayah-Cikotok-Pasir Kurai-Cibareno dengan jarak sepanjang 106 km. Angkutan perintis ini dilayani oleh 2 buah bis DAMRI ukuran sedang.

Kereta api

Sampai dengan tahun 2005, dari total jalur rel kereta api sepanjang 305,9 kilometer, hanya 48% merupakan jalur rel yang masih beroperasi dengan rata–rata jumlah pergerakan kereta penumpang sekitar 22 kereta/hari dan kereta barang sebanyak 16 kereta/hari. Semakin menurunnya pelayanan sarana tersebut berimplikasi terhadap kecenderungan semakin menurunnya pula pada jumlah angkutan penumpang dan barang.
Jaringan kereta api di wilayah Provinsi Banten sepanjang 305,90 km merupakan ‘single track’ yang terdiri dari lintas operasi Merak-Tanah Abang, Tangerang-Duri, Cilegon-Cigading sepanjang 141,6 km dan lintas tidak operasi (jalur mati) Rangkasbitung-Labuan, Saketi-Bayah, dan Cigading-Anyer Kidul sepanjang 164,3 km.

Perhubungan laut


Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta
Di Provinsi Banten terdapat 5 (lima) pelabuhan yang terdiri dari 2 pelabuhan yang diusahakan yaitu Pelabuhan Ciwandan dan Pelabuhan Bojonegara serta 3 (tiga) pelabuhan yang tidak diusahakan yang terdiri dari Pelabuhan Karangantu, Pelabuhan Labuan, dan Pelabuhan Bojonegara

Perhubungan udara

Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta secara nasional merupakan bandar udara utama di Indonesia sebagai pintu gerbang masuknya barang dan penumpang dari dalam maupun luar negeri. Di samping itu terdapat juga bandara lainnya seperti Bandar Udara Pondok Cabe di Tangerang Selatan, Bandara Budiarto di Tangerang dan Bandara Gorda yang ada di Kabupaten Serang
Bandar Udara Pondok Cabe merupakan bandara untuk kegiatan ‘general aviation’, Bandara Budiarto merupakan bandara yang digunakan untuk training kegiatan penerbangan. Sementara Bandara Gorda digunakan sebagai bandara militer.

Tempat wisata di Banten


Masjid Agung Banten, seb. 1926

Masjid Agung Banten

Lihat Masjid Agung Banten

Taman Nasional Ujung Kulon

Taman Nasional Ujung Kulon merupakan salah satu taman nasional dan lokasi konservasi alam yang penting di Indonesia dan dunia. Selain keindahan hutan tropis dataran rendah, badak bercula satu merupakan primadona daya tarik dari lokasi ini.
Taman nasional ini terletak di semenanjung paling barat Pulau Jawa, ditambah dengan beberapa pulau kecil seperti halnya Pulau Peucang, Pulau Handeuleum, dan Pulau Panaitan. Titik tertinggi adalah Gunung Honje. Ciri khas taman nasional ini adalah perannya sebagai habitat alami berbagai jenis hewan yang dilindungi, seperti badak jawa, rusa, kijang, banteng, berbagai jenis primata, babi hutan, kucing hutan, kukang, dan aneka jenis burung.
Kawasan ini dapat dicapai melalui Labuan atau melalui jalan laut dengan perahu menuju salah satu pulau yang ada. Ujung Kulon telah dilengkapi dengan berbagai sarana jaringan telekomunikasi, listrik, dan air bersih.
Sarana pariwisata seperti penginapan, pusat informasi, pemandu wisata, dan sarana transportasi juga telah tersedia. UNESCO telah menyatakan bahwa area Ujung Kulon merupakan situs cagar alam warisan dunia.

Pulau Dua/Pulau Burung

Daya tarik utama kawasan ini adalah keindahan alam laut berupa gugus karang, berbagai jenis ikan laut, dan tentu saja berbagai jenis burung. Luas kawasan ini sekitar 30 ha. Setiap tahun antara bulan April dan Agustus, pulau ini dikunjungi oleh beribu-ribu burung dari 60 jenis yang berasal dari berbagai negara. Sekitar empat puluh ribu burung-burung tersebut terbang dari Benua Australia, Asia, dan Afrika.
Pulau Dua bisa dicapai dengan perahu tradisional atau perahu motor; atau dengan berjalan kaki dalam waktu 15 s.d. 30 menit melalui daerah pertambakan di Desa Sawah Luhur, Kasemen. Memang, akibat sedimentasi selama puluhan tahun, pulau ini telah menyatu dengan daratan Jawa.

Pulau Umang

Pulau Umang memiliki luas sekitar 5 Ha, dan terletak di kawasan objek wisata Pantai Pandeglang, berdekatan dengan kawasan wisata Tanjung Lesung. Kawasan wisata ini dikelola oleh sebuah perusahaan swasta yang menyediakan berbagai fasilitas rekreasi dan hiburan yang menarik. Di pulau ini, terdapat resor yang ditata dengan sentuhan artistik alami, dilengkapi dengan ruang pertemuan, kafe, spa, pusat bisnis, sunset lounge, klub pantai, kolam renang, dan sebagainya. Selain itu, tersedia fasilitas olahraga dan rekreasi air, jogging track, cross country, lapangan tenis, tempat karaoke, dan lain-lain. Kita dapat menuju ke pulau ini dengan relatif mudah.
Perusahaan pengelola kawasan ini menyediakan penyewaan mobil dari Jakarta menuju pulau ini, atau dapat juga dicapai dari kawasan Ujung Kulon.

Gunung Karakatau

Gunung Krakatau yang sebenarnya termasuk wilayah Provinsi Lampung ini terletak di perairan Selat Sunda. Dan merupakan salah satu gunung yang paling terkenal di dunia, karena letusannya yang dahsyat pada tahun 1883. Suara letusan terdengar sampai ke kawasan Benua Australia, bahkan awan panasnya menyelimuti beberapa kawasan Eropa selama seminggu. Ledakan dahsyat Gunung Krakatau kemudian membentuk anak gunung yang kini dikenal sebagai Anak Krakatau yang muncul ke permukaan pada tahun 1928 yang hingga kini masih tetap aktif. Meski berada di Selat Sunda serta wilayah Lampung, kawasan wisata alam ini lebih mudah dicapai dari Pantai Anyer-Carita dan izin mendarat di Pulau Gunung Api Anak Krakatau juga bisa diperoleh di kawasan ini, dibutuhkan waktu sekitar satu jam menggunakan perahu motor cepat untuk mencapainya. Lokasi wisata ini menawarkan wisata alam seperti misalnya berkemah, berjalan kaki, memancing, dan pemandangan alam laut yang indah.

Rawadano

Rawadano atau nama lain Cagar Alam Rawa Danau terletak di Kabupaten Serang, dan berjarak 101 km dari Jakarta. Kawasan ini merupakan kawasan yang didominasi rawa-rawa, juga terdapat sebuah danau. Luas kawasan ini sekitar 2.500 ha yang ditumbuhi oleh berbagai jenis pohon. Pulau ini menjadi tempat bersarang bagi aneka jenis binatang reptil, seperti ular dan buaya. Tidak kurang dari 250 jenis burung bermukim di kawasan ini. Kita dapat mencapai lokasi ini melalui tiga jalur, yaitu; Jakarta-Cilegon-Anyer-Rawaadano, Jakarta-Serang-Padarincang-Rawadano, dan Jakarta-Serang-Anyer-Cinangka-Padarincang-Rawadano.

Kang dan Nong Banten

Kang dan Nong Banten adalah sebutan untuk Duta Wisata, Pemuda dan Pembangunan Provinsi Banten. Dilaksanakan pertama kali pada tahun 2000 dan diikuti oleh 2 kabupaten dan 1 kota yakni Kota Cilegon, Kabupaten Serang, dan Kabupaten Pandeglang. Baru pada tahun 2001 Tangerang dan Lebak ikut serta. Kang Nong Banten 2012 di Hotel Ratu Bidakara, Serang.

Lain-lain

Stasiun televisi

Stasiun televisi yang ada di Banten antara lain adalah Banten TV, Carlita TV, Baraya TV, dan Cahaya TV

Olahraga

Lippo Village International Circuit

Sirkuit jalan raya pertama berstandar internasional di Indonesia yang terletak di Karawaci Tangerang ini akan menjadi persinggahan balapan internasional sampai 20 tahun ke depan. Sirkuit sepanjang 3,2 kilometer ini akan menjadi arena balap A1 dan Formula 1, dan merupakan sirkuit ke dua di indonesia setelah Sirkuit Sentul yang pernah dipakai pada event A1

Sepak Bola

Beberapa klub olahraga yang terdapat di Banten antara lain Tangerang Wolves (sepak bola), Persita Tangerang (sepak bola), Persikota Tangerang (sepak bola), Perserang Serang (sepak bola), Serang Jaya (sepak bola), Persipan Pandeglang (sepak bola), dan PS Krakatau Steel (sepak bola). Gelanggang olahraga yang terdapat di Banten antara lain Stadion Benteng, Stadion Maulana Yusuf, Stadion Krakatau Steel, dan Stadion Ona Rangkasbitung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar