Seperti mimpi, ini benar-benar sebuah mimpi ataukah sebuah kenyataan.
 Ibu ku,  malaikatku yang ku sayangi, kenapa berubah. Ku kira akibat 
benturan itu, saat ibu jatuh terpeleset karena lantai yang licin terkena
 tumpahan jus apel yang tumpah tersenggol kak Nana, ibu baik-baik saja. 
Namun apa yang terjadi, kini ibu hilang ingatan. Dari sekian sanak 
saudara, hanya kak Nana yang ibu ingat. Kau tahu? Selama ini kak Nana 
tak memperlakukan ibu dengan baik, ia terkesan cuek dan kadang membantah
 kata-kata ibu.
    
  
       
            Bagai hujan di saat cuaca cerah, ini mimpi atau kenyataan? Ku cubit 
pipiku, rasanya sakit. Ternyata ini nyata, bukan sekedar bunga tidur.
“Ibu, aku buatkan sup kesukaan ibu, masih hangat supnya, ibu pasti suka” kataku diiringi hati yang bergetar.
“Kau siapa, aku tak mengenalmu… pergi kau dari hadapanku”...
“Aku… aaaku putri ibu”... 
“Bukan, kau pembohong, putriku hanya Nana seorang”... 
“Ya baiklah, tak apa… tapi ibu cicipi sup ini, masih hangat bu, pasti enak” kataku sambil berusaha menyuapi ibu”
“Aku tak suka sup”... 
Praaangggg ..... 
Suara piring pecah terdengar memecah keheningan pagi, tumpahan sup 
membasahi lantai. Pemandangan yang sangat asing bagiku, hari ini 
kenyataan pahit ini benar-benar nyata.
“ Pergi kau dari hadapanku” kata ibu dengan tatapan kosong melihat langit-langit.
“Aku akan membersihkan lantai ini dulu bu, lantainya basah juga pecahan mangkuk ini akan ku bereskan dulu ya bu”... 
“ Tak usah, biarkan saja”... 
Aku tetap membersihkan lantai yang basah dihiasi pecahan mangkuk sup, ku
 lihat tatapan ibu masih kosong. Tak peduli padaku. Aku melangkah 
menjauhi ibu, samar-samar ku lihat raut wajahnya yang sangat penyayang 
bagiku.
         Saat paling menyakitkan, saat orang yang kau sayangi berubah menjadi 
sosok yang tak kau kenali, seperti orang asing. Namun di hatimu yang 
paling dalam seseorang itu, tersimpan baik di hatimu. Tak mampu kau 
sirnakan hadirnya di pelupuk matamu. Kak Nana tahu jika saat ini ibu 
hanya mengingatnya, yang ada di memori ibu hanya ada dia. Namun sikap
 kak Nana tak berubah pada ibu. Ia tetap dingin pada ibu.
“Putriku Nana sayang, boleh ibu duduk di sampingmu” kata ibu dengan lembut.
“Boleh”...
“Kau mau sarapan tidak nak, akan ibu ambilkan. Dari tadi pagi kau belum sarapan”...
“Tak usah, aku bisa ambil sendiri”...
“Kenapa, kau dingin sekali pada ibu nak? Kau tahu yang ibu ingat hanya 
kau, di ingatan ibu hanya kamu yang ibu ingat, kau sangat berarti untuk 
ibu”...
“Bohong, ibu selama ini lebih menyayangi Nina dari pada aku, semua yang 
ibu katakan bohong. Walaupun ibu lupa ingatan dan hanya mengingatku 
tetap saja rasa sakitku tak bisa hilang. Ibu selalu menomor satukan 
Nina. Apa-apa Nina.
“Kau bicara apa nak? Ibu tak mengerti”...
Nana hanya diam membisu. Hanya terdengar langkah kaki yang memecah keheningan kebekuan hati Nana.
Tak terasa butiran air mata itu menetes. Jatuh membasahi pipiku. Aku 
yang sejak tadi duduk terdiam tak sengaja mendengarkan percakapan ibu 
dak kak Nana. Aku tak tau ternyata selama ini kak Nana iri terhadapku 
yang selalu diperhatikan ibu. Padahal menurutku kasih sayang ibu yang 
diberikan pada kami sama. Seimbang. Tapi mengapa kak Nana seperti itu. 
Aku hanya seperti orang asing di mata ibu kini.
Ibu melihatku, namun ia hanya terdiam.
“Bu, ini sudah malam…. ibu belum mengantuk?”... 
“Jangan menyapaku, jangan bertanya padaku, gara-gara kau putri kesayanganku membenciku”
“Maaf bu, baik aku akan diam saja”.
         Ya Allah… Ya Tuhanku… Tenggorokanku terasa lebih kering lagi dari 
sebelumnya, tak mampu ku menatap wajah ibu. Habis sudah kata-kataku. 
Ingin ku kunci mulut ini agar ibu tak marah-marah lagi karenaku. Tapi 
aku tak bisa, aku ingin selalu menyapanya. Menyapa orang yang ku 
sayangi.
“Kak Nana, bisakah kaka bersikap lembut pada ibu, jangan dingin lagi. 
Kau sangat berarti untuk ibu, lihatlah hanya kaka yang ada dalam ingatan
 ibu”
“Jangan sok dewasa kamu, dasar anak kecil sok tahu”... 
“Apa salahku kak?”... 
“Apa salahmu, kau tak tahu selama ini ibu hanya selalu membanggaknmu, 
dengan semua prestasimu, dan apalah alasan lainnya kau ringkih tak 
punya daya tahan tubuh yang kuat, itu hanya alasan saja”.
“Maaf kak ... 
“Maaf..maaf… enggak ada artinya kata-katamu itu. Pergi menjauh dariku dasar anak emas, aku tak mau bertengkar lagi dengan mu”
“Baik, aku akan masuk ke kamar… kak”.
           Hari berganti hari. Titik terang itu mulai terlihat. Ku lihat cahaya 
putih telah ada di sisi gelap. Kini seiring berjalannya waktu sikap kak 
Nana sudah sedikit berubah. Ia tak lagi dingin lagi terhadap ibu. Memang
 kasih sayang bisa meluluhkan hati. Aku senang. Aku bahagia. Aku bahagia
 dengan lupa ingatannya ibu, kini ibu bisa mendekati hati kak Nana. 
Akhirnya kini hati kak Nana luluh juga, dengan sisi lain karena ibu tak 
memperhatikanku lagi. Kak Nana kini menjadi sesosok orang yang 
penyayang. Kak Nana juga sudah bersikap baik terhadapku. Namun aku tak 
mau merusak kebahagiaan mereka, toh ibu sama sekali tak mengingatku. Ku 
putuskan untuk pergi dari rumah.
“Kakak, lebih baik aku pergi dari rumah, kini kakak dan ibu telah baikan kalian telah bahagia”...
“Jangan dek, kakak menyayangimu, kakak yakin suatu saat nanti ibu bisa mengingatmu lagi, percayalah”...
“Aku tak ingin merusak suasana bahagia kalian kak”...
“Tapi, bukankah ini sungguh kekanak-kanakan adek ku, ini seperti bukan kau”...
“Aku hanya ingin, tak mau mengganggu kebahagian kalian”...
“Baik jika itu keputusanmu, tapi jangan pergi sekarang tunggulah besok pagi sekarang sudah larut”...
“Iya baiklah kak aku akan turuti permintaanmu, aku akan pergi besok pagi
 kak, dan jangan khawatir aku sudah merapikan barang-barangku tadi pagi 
jadi kakak tak perlu khawatir”...
“keputusan yang bijak adikku”...
         Di malam sunyi ini, hanya air mata yang menemaniku. Tetes demi tetes 
bergulir lembut di pipiku. Harapanku semoga esok pagi dengan kepergianku
 dari rumah akan semakin membuat ibu dan kakak bahagia. Bahagia selalu. 
Karena bagiku kebahagiaan mereka sangat berarti untukku.
Terdengar suara bahagia, ku dengar lamat-lamat. Eenggg… ing… .eng… 
selamat ulang tahun anakku sayang. Suara lembut itu, suara ibu. Sangat 
lembut menyapa, ini pasti mimpi. Ku cubit pipiku, aduh rasanya sakit. 
Ini sungguh bukan mimpi.
        “Selamat ulang tahun anakku sayang, apa kau lupa hari ini kau ulang tahun? Bawa kemari kuenya Nana”...
“Selamat ulang tahun adikku, ini kue spesial buatan kami, cantikkan kuenya seperti kamu, cantik banget deh”
“Ada apa ini kenapa ibu mengingatku lagi, apakah ingatan ibu tlah kembali?”...
“Tidak nak, ibu tidak lupa ingatan ibu hanya ingin mengujimu dan ibu 
ingin mengambil hati kakakmu dengan rahasia kecil, ternyata kau memang 
baik nak, kau tetap berlaku baik pada ibu walaupun ibu kasar padamu dan 
kakakmu akhirnya berubah juga. Ternyata ibu yang salah, ibu kurang 
memberi perhatian pada kakakmu”
Aku hanya diam tak bergeming mendengar penjelasan ibu barusan. Antara mimpi dan kenyataan.
“Nina, kakak minta maaf selama ini kakak salah, kakak hanya 
terpenjara dalam rasa iri dan hati kakak buta akan kasih sayang, kakak 
tak mengira kau yang menolong kakak, kau yang mendonorkan sumsum tulang 
belakangmu, ibu perhatian padamu karena hal ini kan, aku sungguh malu 
padamu, kau begitu baik padaku tapi apa balasanku sebagai kakak, aku 
hanya bersikap dingin padamu, maafkan kakak”
“Nak, kasih sayang bisa melembutkan seseorang, bisa melelehkan 
kedinginan seseorang. Kau harus yakin itu. Mungkin cara ibu salah, tapi 
entah mengapa ibu memikirkan dan memainkan skenario ini. Dan alhasil 
kakak mu kini terkena virus sayang dari ibu, virus kasih sayang”...
“Akh ibu bisa saja, Nana jadi malu”
“Aku sayang ibu, aku juga sayang kakak”
Aku ingin selalu ibu dan kakak bahagia. Tak ingin aku melihat ibu dan 
kakak bersedih.
Aku sangat menyayangi mereka. Ya Allah, Ya Tuhanku 
sayangilah orang tuaku dan kakak ku. Do'aku dalam hati di hari ulang 
tahunku ini.
“Ini kado paling spesial dari ibu dan kakak”...
“macak ci adek manis ku?...
“Iya kakak Nana ku yang maniess”...
“Manis? Emang gula ye?”...
“Ya gula, aku dan ibu jadi semutnya..heheheh”...
“Ibu mau jadi gula saja akh”...
“Ibu ternyata pintar berakting ya? Cocok jadi aktris yang kaya di sinetron itu loh, apa ini Cuma mimpiku lagi bu?”...
“Sini ibu cubit pipinya”...
“Aduuuuuh sakit… ternyata ini memang nyata”...
Hahaha… Kami tertawa bersama, setelah 2 tahun lalu canda tawa kami hilang.
Sahabat, kasih sayang orang tua sungguh sangat nyata. Sayangilah 
keluarga kita. Ukirlah untaian do'a di sepertiga malam untuk mereka. 
Salam untuk semua kasih sayang yang ada di sudut-sudut ruangan rumah 
kita. Salam untuk bulir-bulir air mata ketulusan kasih dan sayang yang 
menetes disetiap pelupuk mata hati kita.
Semoga Cerita Tentang 
Kasih Ibu yang Meluluhkan Hati ini bisa bermanfaat, mengisnpirasi dan menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita. Amin
* Salam Ukhuwah Islamiyah dari 
Andi Ibnoe Badawi Mazid