Nusaibah binti Ka'ab adalah istri dari Zaid bin Ahsim, ibu dari Hubaib bin Zaid bin Ahsim dan Abdullah bin Zaid bin Ahzim. Ia merupakan salah seorang yang berjanji kepada Rasulullah saw pada baiat Aqabah dan Baitur Ridwan. Saat itu, ia dan peserta baiat bertekad akan gugur sebagai syahid. Rasulullah kemudian menasihati mereka, “Jangan mengalirkan darah dengan sia-sia.”
Kecintaan Nusaibah kepada Nabi Muhammad 
tak perlu diragukan lagi. Ini terbukti dalam beberapa perang yang 
diikutinya seperti perang Uhud, Hudaibiyah, Hunain dan Yamamah.
Ketika perang Uhud meletus dan para 
prajurit tak lagi mengindahkan ketetapan Rasul hingga mereka 
terbirit-birit lari dari pertempuran, Nusaibah malah terjun langsung ke 
arena peperangan.
Mulanya ia datang membawa air untuk 
tentara. Namun ia melihat Rasululah tengah melawan musuh tanpa perisai. 
Kepada tentara yang lari menjauh karena silau dengan harta rampasan 
perang Nabi berseru, “Berikanlah perisaimu pada yang ingin berperang!”
Si tentara kemudian melempar perisainya.
 Tanpa pikir panjang, Nusaibah langsung memungut perisai itu. Dalam 
sekejap ia sudah berdiri untuk melindungi Rasulullah. Hingga Rasulullah 
pun bersabda, “Tidaklah aku melihat ke kanan dan ke kiri pada 
pertempuran Uhud kecuali aku melihat Nusaibah binti Ka’ab berperang 
membelaku.” Ya, bak prajurit sungguhan, perempuan rupawan itu berperang 
dengan pedang dan panah hingga tubuhnya dipenuhi luka.
Bukan hanya dirinya, buah hati Nusaibah,
 Hubaib bin Zaid bin Ahsim juga menjadi korban kekejaman saat membela 
Rasulullah. Ia diutus Nabi saw untuk menyampaikan surat kepada 
Musailamah Al-Kazab. Namun, pendusta yang mengaku nabi itu malah 
menyiksa Hubaib.
Alasannya, saat dipaksa untuk mengakui 
Musailamah sebagai nabi, Hubaib tetap teguh mengatakan bahwa Muhammad 
saw adalah rasul sebenarnya. Musailamah geram dan menyiksanya lebih 
kejam sampai memotong tubuh Hubaib hingga ia mati syahid.
Mendengar nama Rasulullah tercemar dan 
anaknya terbunuh, darah Nusaibah mendidih. Ia bernadzar tidak akan mandi
 sebelum ia bisa membunuh Musailamah.
Maka ketika pecah perang Yamamah, 
Nusaibah langsung mendaftarkan diri dan berdiri di barisan terdepan 
bersama Khalid bin Walid dan Abdullah bin Zaid bin Ahsim, putranya yang 
lain.
Bagai singa kelaparan yang siap menerkam
 mangsanya, Nusaibah melancarkan serangan bertubi-tubi ke arah lawan 
sehingga tangannya tertebas pedang lawan.
Saat itu Nusaibah berkata “Tanganku 
terpotong pada hari peperangan Yamamah, padahal aku sangat ingin 
membunuh Musailamah. Tidak ada yang dapat melarangku sehingga aku 
melihat anakku, Abdullah bin Zaid, mengusap pedangnya dengan pakaiannya,
 lalu aku berkata kepadanya, “Engkaukah yang membunuhnya (Musailamah, 
red)?” Ia menjawab “Ya”. Kemudian, Nusaibah pun bersujud syukur kepada 
Allah swt.
Semoga Kisah ini bisa menambah pengetahuan kita tentang sejarah pada jaman Rosulullah SAW ..
Refrensi : Berbagai sumber
* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid


0 komentar:
Posting Komentar