Terong
belanda berupa perdu yang rapuh, tingginya 2-3(-8) m, pangkal batangnya
pendek, percabangannya lebat. Daunnya tunggal, berselang-seling,
bentuknya bundar telur sampai bentuk jantung, berukuran (10-35) cm x
(4-20) cm, berpinggiran rata, berbulu halus, peruratannya menonjol,
berujung lancip dan pendek, biasanya daun-daun itu berada hampir di
ujung pucuk, memiliki bau seperti lembu kutub; tangkai daun 7-10 cm
panjangnya. Bunga berada dalam rangkaian kecil di ketiak daun, dekat
ujung cabang, berwarna merah jambu sampai biru muda, harum, berdiameter
kira-kira 1 cm, bagian-bagian bunga berbilangan lima; daun mahkota
berbentuk genta, bercuping lima; benang sari 5 utas, berada di depan
daun mahkota, kepala sari tersembunyi dalam runjung yang bertentangan
dengan putik; bakal buah beruang dua, dengan banyak bakal biji, kepala
putiknya kecil. Buahnya berupa buah buni yang berbentuk bulat telur
sungsang atau bulat telur, berukuran (3-10) cm x (3-5) cm, meruncing ke
dua ujungnya, bergelantungan, bertangkai panjang, daun kelopaknya tidak
rontok, kulit buah tipis, licin, berwarna lembayung kemerah-merahan,
merah jingga sampai kekuning-kuningan; daging buahnya mengandung 'banyak
sari buah, agak asam sampai manis, berwarna kehitam-hitaman sampai
kekuningkuningan. Bijinya bulat pipih, tipis, dan keras.
Kandungan :
Kulit buah terong belanda mengandung suatu zat yang rasanya pahit,
tetapi zat ini dapat dibuang dengan cara mengupas kulitnya atau
menyeduhnya dengan air panas selama 4 menit. Mengganti air setelah
merebusnya 3-4 menit dan memanaskannya kembali dapat mengurangi rasa
pahit dan sepat buah yang masih muda. Setiap 100 g bagian buah yang
dapat dimakan mengandung: air 85 g, protein 1,5 g, lemak 0,06-1,28 g,
karbohidrat 10 g, serat 1,4-4,2 g, abu 0,7 g, vitamin A 150-500 SI, dan
vitamin C 25 mg. Sebagian besar vitamin akan hilang dalam perebusan.
Buah
terong belanda dimanfaatkan menurut berbagai cara, seperti masakan yang
lezat dan makanan yang manis-manis. Buah mentah dapat digunakan untuk
masakan 'chutney', kari dan sambal, sedangkan buah matang untuk sirop,
sup, adonan pengisi (perut ayam, dan sebagainya) dan untuk rujak. Buah
yang dibelah dapat digunakan sebagai bumbu, serta dibakar atau
dipanggang untuk digunakan sebagai sayuran. Buah yang matang di pohon
yang dipelihara pada lingkungan yang cocok saja yang rasa dan aromanya
enak. Buah yang dimatangkan sebaik-baiknya juga penting agar dihasilkan
sirup, jell, selai, pencuci mulut dan sebagai hiasan es krim yang
berkualitas baik. Bijinya yang keras itu dapat dibuang setelah digodok.
Air kapur dan gula dapat ditambahkan agar rasanya lebih enak.
Di
daerah tropik terong belanda dapat tahan hidup di ketinggian 1000 m
dpl. atau lebih; terong ini masih dapat hidup di atas 2000 m dpl, jika
suhu bulanan rata-ratanya tetap di atas 10° C dan embun bekunya, yang
dapat membunuh tanaman muda dan daun serta ujung pucuk tanaman dewasa,
tidak terlalu lebat. Di dataran rendah, pohon terong belanda tidak mampu
berbunga, sedangkan udara sejuk (barangkali khususnya malam yang
'sejuk) dapat mendorong pembungaan. Oleh karena itu, tanaman ini berbuah
matang pada musim dingin 'di daerah subtropik, dan jika ditanam di
daerah tropik buah matang sesudah terjadi udara dingin. Rasa buah akan
menjadi lebih baik pada hari-hari cerah yang panas dan malam-malam yang
dingin pada musim kemarau di daerah tropik daripada selama musim dingin
dl dataran tinggi. Terong belanda tumbuh baik di tanah yang balk
drainasenya, karena bahan organik dan kelembapannya sedang. Tanaman ini
tidak tahan terhadap genangan, walaupun hanya untuk 1-2 hari. Pohonnya
yang berbuah lebat dan berumur panjang dijumpai sebagai naungan dl
kandang ayam; hal ini membuktikan bahwa terong belanda resposif terhadap
pupuk kandang dan tempat-tempat yang kering. Tanaman ini berakar
dangkal, karenanya mudah roboh, juga cabang-cabangnya yang rapuh itu
mudah sekali patah jika sedang berbuah lebat. Jadi, lokasi yang ternaung
hendaknya dipilih atau diadakan pohon penahan angin.
Perbanyakan
dan penanaman: Benih terong belanda hendaknya dipilih dari tanaman yang
sifatnya sama dengan induknya. Di Brazil, benih itu dicuci, dikeringkan
dan dianginkan lalu disimpan di lemari pendingin selama 24 jam.
Pendinginan dinyatakan mengakibatkan perkecambahan benar-benar 100%
dalam 4-6 hari. Hendaknya telah disiapkan persemaian yang dipupuk atau
diberi kompos dan dinaungi ringan. Perbanyakan dengan setek merupakan
alternatif, tetapi sulit untuk memastikan akan terbebas dari serangan
virus. Penumbuhan dalam wadah dapat mengurangi kerugian daripada
penanaman di lapangan. Setek dari batang yang berumur 1-2 tahun, yang
diameternya 10-30 mm, panjangnya 45-100 cm dapat ditanam langsung di
lapangan setelah daun-daunnya dibuang. Tanaman dari setek tumbuh menjadi
pohon yang rimbun bercabang-cabang rendah, yang harus dibuang
bunga-bunganya agar pada tahun pertama pertumbuhan dapat terangsang. Di
Selandia Baru, terong belanda kadang-kadang disambung dengan jenis-jenis
yang berkerabat, khususnya dengan Solanum mauritianum Scop., yaitu satu
gulma yang meliar kembali. Pohon yang tumbuh di atas batang bawah ini
agak kerdil tetapi berbuah banyak sekali dan perlu ditunjang. Di
Selandia Baru, pohon terong belanda ditanam dalam baris tunggal atau
ganda, misalnya untuk barisan tunggal 2,5 m x 2 m atau 4,5 m x 1,5 m dan
untuk barisan ganda (3,5 -F 1,5) m x 2 m atau (4 + 2,5) m x 3 m, akan
menjadikan kepadatannya 2000-1000 pohon per hektare. Penanaman yang jauh
lebih padat lagi juga telah dilaporkan dari beberapa negara lain.
Petani-petani Selandia Baru seringkali menanam terong belanda ini
sebagai tanaman tumpang sari pada kebun jeruk yang masih muda.
Kebun
buah terong belanda hendaknya berdrainase baik; seringkali tanaman ini
dipelihara di punggung guludan atau di atas bedengan. Karena sistem
perakarannya dangkal, penanaman terlalu dalam hendaknya dihindari,
sebaliknya pemberian mulsa sangat menguntungkan. Pohon muda yang berasal
dari benih dipenggal sampai tingginya tinggal 1 m agar percabangannya
bermunculan, dan setiap tahun diadakan pemangkasan di awal daur
kehidupannya. Pemangkasan tahunan ini terdiri -atas pemotongan cabang
dan penjarangan cabang-cabang yang telah pernah berbuah, agar terjadi
peremajaan cabang yang akan berbuah, dan mengurangi terpencarnya
cabangcabang pohon. Waktu pemangkasan akan mempengaruhi saat panen.
Untuk tanah-tanah yang kurang subur di Selandia Baru dianjurkan
pemberian pupuk dengan kombinasi 110-170 kg N, 35-55 kg P2O5, dan
100-200 kg K2O per tahun. Pelaksanaannya dipecah menjadi pemupukan
bagian dasar, persis sebelum pemangkasan untuk mendorong pertumbuhan
pucuk, dan pemupukan bagian atas setelah buah terakhir terbentuk guna
mendorong pertumbuhan buah. Di daerah tropik pemakaian sejumlah besar
bahan organik dan pupuk kandang ketika membuat guludan untuk penanaman
akan mengurangi perlunya pemberian pupuk tambahan. Pengairan selama
musim kemarau penting untuk mempertahankan pertumbuhan dan untuk
memperbaiki ukuran buah dan hasil panen.
Masalah-masalah
utama disebabkan oleh infeksi virus, antara lain virus-virus mosaik
terong belanda, mosaik mentimun, mosaik Arab dan satu atau beberapa
virus yang belum teridentifikasi. Virus-virus tersebut cepat menyebar
(vektor utamanya mungkin afid) menyebabkan turunnya hasil kebun terong
belanda itu. Tanaman yang sehat (asal dari benih) hendaknya ditanam
sejauh-jauhnya dari pohon yang lebih tua; kesehatan kebun buah secara
ketat dan pemberantasan vektornya merupakan jalan utama untuk mencegah
adanya virus. Nematoda bongkol akar (Meloidogyne spp.) juga berbahaya
dan bersama-sama dengan virus akan menyebabkan terjadinya tanaman kerdil
dan tidak produktif; suhu dan kelembapan yang tinggi akan memperburuk
keadaan. Adanya beberapa penyakit jamur, di antaranya embun tepunglah
yang paling mengganggu. Jika serangannya gawat, akan menyebabkan daun
tua rontok lebih awal. Penyakit ini dapat diatasi dengan cara perlakuan
secara teratur sulfur atau fungisida yang lebih khusus lagi; alternatif
lain ialah mempertahankan kecepatan tumbuh yang cukup tinggi untuk
menggantikan kembali daun-daunnya yang hilang. Tidak banyak usaha dapat
dilakukan untuk memberantas serangan bakteri yang disebabkan oleh
Pfeudomonas syringae.
Panen
Mengukur waktu pembungaan akan menjurus ke masa panen yang panjang.
Buah terong belanda tidak akan matang setelah dipanen, dan karena hanya
buah yang matang penuh yang merupakan kualitas prima, maka pohonnya
perlu dipanen beberapa kali sepanjang musim panen, yang lamanya 5-7
bulan atau lebih. Hal ini jelas menambah ongkos produksi. Pemetikannya
mudah saja, karena tangkai buah mudah sekali patah di bagian lapisan
absisinya yang berada 3,5-5 cm dari pangkal buahnya. Hasil Di Brazil
pohon terong belanda yang jarak tanamnya cukup dengan produksi penuh,
menghasilkan 20-30 kg buah per tahun: Produksinya di Selandia Baru juga
hampir sama, sedangkan hasil komersial umumnya 15-17 ton/ha. Pohon
terong belanda ini dapat memberikan hasil yang balk selama 11-12 tahun,
tetapi umumnya menurun setelah berumur 5-6 tahun. Penanganan pasca panen
Buah terong belanda dagingnya keras dan kulitnya licin dan liat
sehingga mudah dikelola. Dalam keadaan kehangatan yang normal, daya
tahannya sekitar 1 minggu, tetapi pada penyimpanan dingin dengan suhu
3,5° C ± 1° C buah dapat disimpan selama 8 minggu atau lebih.
Colletotrichum dan Phoma yang menyerang buah yang tersimpan harus
diberantas dengan perendaman dalam air panas dan pelapisan kembali
dengan lilin.
Semoga artikel tentang
Terong Belanda ini bisa bermanfaat, menginspirasi dan bisa menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita. Amin
* Salam Ukhuwah Islamiyah dari
Andi Ibnoe Badawi Mazid
0 komentar:
Posting Komentar