skip to main |
skip to sidebar
Angin gurun yang gersang menerpa ke dalam udara Madinah yang mula sejuk. Abu Abbas r.a seorang sahabat setia Rasulullah SAW duduk merenung.Cintanya pada Rasulullah begitu besar. Sedangkan imannya dirasakan terlalu tipis untuk dapat menenggung duka berpisah dengan orang yang dicintainya yaitu Rasulullah.Abu Abbas terkenang bagaimana ia mula-mula ia tertarik untuk memeluk Islam.
Satu demi satu musuh gugur di bawah debu peperangan.Keberanian mereka hancur. Semangat mereka untuk berperang kian redup.Yang tinggal hanyalah ketakutan dan kehilangan kepercayaan diri sendiri.Sehingga dalam waktu yang singkat, musuh terdesak mundur dan akhirnya masing-masing lari untuk menyelamatkan diri.Dari atas bukit Uhud, Abu Abbas melihat Rasulullah perlahan-lahan kembali memegang komando perang. Seluruh anggota tentera cuba mengejar tentera Quraisy yang bertempiaran lari ketakutan.
Tetapi sungguh mengagumkan dan menghairankan, Rasulullah mengangkat tangannya dan memberi isyarat agar mereka menghentikan pengejaran dan memerintahkan pedang dan panah diletakkan kembali ke sarungnya. Di tengah-tengah kejayaan itu Rasulullah lalu menyerukan satu peringatan, Firman Allah SWT yang maksudnya :"Bahawasanya perangilah karena Allah orang-orang yang memerangi kamusahaja dan jangan kamu lakukan dengan berlebihan.kerana Allah tidak menyukaikamu yang melampaui batas" (Al Baqarah : 190)
Adakah kemuliaan yang lebih agung dari sikap yang telah diperlihatkan oleh Rasulullah SAW? Dengan kemenangan tersebut baginda masih mampu mengendalikan diri dan suasana serta memberi kemaafan. Padahal Sayidina Hamzah, Bapak Saudaranya terbunuh dalam keadaan aniaya.Padahal sahabat terdekat baginda berguguran di tangan musuh dengan kejamnya. Tujuh puluh orang telah gugur di medan perang. Namun Rasulullah tidak bersikap membalas dendam dengan menghancurkan semua musuh yang tidak berdaya.
"Adakah dimuka bumi ini orang yang akhlaknya semulia pekerti Nabi MuhammadSAW? "Bisik hati Abu Abbas ketika itu.
Abu Abbas berdiri kaku di puncak gunung batu.Hatinya yang keras sekeras batu karang mula cair dan lembut.Bukan oleh terik padang pasir yang mendidih.Tetapi oleh kelembutan hati pemimpin yang tetap senyum meskipun wajahnya berlumuran darah.Yang menatap ramah walaupun pipinya luka terkena senjata musuh.Kasih Abu Abbas semakin subur kepada Rasulullah menyaksikan jiwa dan hati baginda begitu besar dan lapang .Ini terpancar semasa baginda berdepan dengan Abdullah bin Ubai yang terkenal sebagai pemimpin kaum munafiq.
Semasa akhir hayatnya ,Abdullah Bin Ubai ditimpa sakit keras.Dengan bibir gemertar yang semakin
membiru, Abdullah bin Ubai meminta kepada anaknya agar dipanggilkan Rasulullah. Ia ingin dido'akan oleh Rasulullah. Abu Abas yang menyaksikan peristiwa itu beranggapan mustahil Rasulullah mau datang menemui tokoh munafiq tersebut.Ternyata dugaan Abu Abbas meleset, Rasulullah datang bersama Umar Al Khattab. Kepada Rasulullah , Abdullah bin Ubai memohon agar baginda bersedia melepaskan jubahnya dan menyelimuti dengan jubah tersebut. Kalau pun dengan berselimut jubah itu tidak juga menyembuhkan penyakitnya, Abdullah masih berharap biarlah ia mati dengan berselimutkan jubah Rasulullah. Dengan penuh kasih sayang Rasulullah menunaikan permintaan Abdullah bin Ubai. Sehinggalah akhirnya Abdullah meninggal dunia dalam penderitaan dan kesakitan dibawah jubah Rasulullah.
Peristiwa itu membuat Sayidina Umar tertanya-tanya.Ia tidak menyangka Rasulullah akan berbuat sejauh itu terhadap ketua munafiq yang telah banyak menabur fitnah dan perpecahan dikalangan umat Islam.
"Alangkah beruntungnya Abdullah bin Ubai,Ia meninggal dunia dengan berselimutkan jubah baginda yang suci. Para sahabat yang setia pun belum tentu mendapat keistimewaan itu"ucap Umar.
Rasulullah tersenyum penuh kearifan dan kasih sayang .Dengan nada yang lembut baginda menjawab:
"Sahabatku Umar, Sesungguhnya jubah Rasulullah tidak akan menyelamatkan Abdullah Bin Ubai atau Barangsiapa saja sebab manusia hanya selamat oleh iman dan taqwa masing-masing."
Ucapan Rasulullah itu meninggalkan kesan yang dalam pada diri Abu Abbas dan ucapan itu perlu menjadi azimat dan ingatan kepada umat sepanjang zaman.
Semoga Cerpen tentang Luluh Hati Dengan Kesantunan Nabi SAW ini bisa bermanfaat, menginspirasi dan bisa menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita. Aamiin
* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid
Senin, 01 September 2014
Luluh Hati Dengan Kesantunan Nabi SAW
Angin gurun yang gersang menerpa ke dalam udara Madinah yang mula sejuk. Abu Abbas r.a seorang sahabat setia Rasulullah SAW duduk merenung.Cintanya pada Rasulullah begitu besar. Sedangkan imannya dirasakan terlalu tipis untuk dapat menenggung duka berpisah dengan orang yang dicintainya yaitu Rasulullah.Abu Abbas terkenang bagaimana ia mula-mula ia tertarik untuk memeluk Islam.
Satu demi satu musuh gugur di bawah debu peperangan.Keberanian mereka hancur. Semangat mereka untuk berperang kian redup.Yang tinggal hanyalah ketakutan dan kehilangan kepercayaan diri sendiri.Sehingga dalam waktu yang singkat, musuh terdesak mundur dan akhirnya masing-masing lari untuk menyelamatkan diri.Dari atas bukit Uhud, Abu Abbas melihat Rasulullah perlahan-lahan kembali memegang komando perang. Seluruh anggota tentera cuba mengejar tentera Quraisy yang bertempiaran lari ketakutan.
Tetapi sungguh mengagumkan dan menghairankan, Rasulullah mengangkat tangannya dan memberi isyarat agar mereka menghentikan pengejaran dan memerintahkan pedang dan panah diletakkan kembali ke sarungnya. Di tengah-tengah kejayaan itu Rasulullah lalu menyerukan satu peringatan, Firman Allah SWT yang maksudnya :"Bahawasanya perangilah karena Allah orang-orang yang memerangi kamusahaja dan jangan kamu lakukan dengan berlebihan.kerana Allah tidak menyukaikamu yang melampaui batas" (Al Baqarah : 190)
Adakah kemuliaan yang lebih agung dari sikap yang telah diperlihatkan oleh Rasulullah SAW? Dengan kemenangan tersebut baginda masih mampu mengendalikan diri dan suasana serta memberi kemaafan. Padahal Sayidina Hamzah, Bapak Saudaranya terbunuh dalam keadaan aniaya.Padahal sahabat terdekat baginda berguguran di tangan musuh dengan kejamnya. Tujuh puluh orang telah gugur di medan perang. Namun Rasulullah tidak bersikap membalas dendam dengan menghancurkan semua musuh yang tidak berdaya.
"Adakah dimuka bumi ini orang yang akhlaknya semulia pekerti Nabi MuhammadSAW? "Bisik hati Abu Abbas ketika itu.
Abu Abbas berdiri kaku di puncak gunung batu.Hatinya yang keras sekeras batu karang mula cair dan lembut.Bukan oleh terik padang pasir yang mendidih.Tetapi oleh kelembutan hati pemimpin yang tetap senyum meskipun wajahnya berlumuran darah.Yang menatap ramah walaupun pipinya luka terkena senjata musuh.Kasih Abu Abbas semakin subur kepada Rasulullah menyaksikan jiwa dan hati baginda begitu besar dan lapang .Ini terpancar semasa baginda berdepan dengan Abdullah bin Ubai yang terkenal sebagai pemimpin kaum munafiq.
Semasa akhir hayatnya ,Abdullah Bin Ubai ditimpa sakit keras.Dengan bibir gemertar yang semakin
membiru, Abdullah bin Ubai meminta kepada anaknya agar dipanggilkan Rasulullah. Ia ingin dido'akan oleh Rasulullah. Abu Abas yang menyaksikan peristiwa itu beranggapan mustahil Rasulullah mau datang menemui tokoh munafiq tersebut.Ternyata dugaan Abu Abbas meleset, Rasulullah datang bersama Umar Al Khattab. Kepada Rasulullah , Abdullah bin Ubai memohon agar baginda bersedia melepaskan jubahnya dan menyelimuti dengan jubah tersebut. Kalau pun dengan berselimut jubah itu tidak juga menyembuhkan penyakitnya, Abdullah masih berharap biarlah ia mati dengan berselimutkan jubah Rasulullah. Dengan penuh kasih sayang Rasulullah menunaikan permintaan Abdullah bin Ubai. Sehinggalah akhirnya Abdullah meninggal dunia dalam penderitaan dan kesakitan dibawah jubah Rasulullah.
Peristiwa itu membuat Sayidina Umar tertanya-tanya.Ia tidak menyangka Rasulullah akan berbuat sejauh itu terhadap ketua munafiq yang telah banyak menabur fitnah dan perpecahan dikalangan umat Islam.
"Alangkah beruntungnya Abdullah bin Ubai,Ia meninggal dunia dengan berselimutkan jubah baginda yang suci. Para sahabat yang setia pun belum tentu mendapat keistimewaan itu"ucap Umar.
Rasulullah tersenyum penuh kearifan dan kasih sayang .Dengan nada yang lembut baginda menjawab:
"Sahabatku Umar, Sesungguhnya jubah Rasulullah tidak akan menyelamatkan Abdullah Bin Ubai atau Barangsiapa saja sebab manusia hanya selamat oleh iman dan taqwa masing-masing."
Ucapan Rasulullah itu meninggalkan kesan yang dalam pada diri Abu Abbas dan ucapan itu perlu menjadi azimat dan ingatan kepada umat sepanjang zaman.
Semoga Cerpen tentang Luluh Hati Dengan Kesantunan Nabi SAW ini bisa bermanfaat, menginspirasi dan bisa menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita. Aamiin
* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid
Categories
- Akhlak (258)
- Al-Qur'an (135)
- Animasi Kartun (3)
- Arti Nama (1)
- Artikel (189)
- Banten (19)
- Buah-buahan ( Fruits ) (3)
- Cerpen Cinta Islami (29)
- Cerpen Inspiratif (114)
- Cerpen Islami (79)
- Cerpen Kehidupan (103)
- Cerpen Mengharukan (34)
- Cerpen Remaja (48)
- Cerpen Rohani (39)
- Cerpen Romantis (17)
- English (2)
- Hadits (111)
- Health ( Kesehatan ) (46)
- Herbal (23)
- Humor Sufi (4)
- Ilmu Fiqih (13)
- Indonesia (11)
- Kata Mutiara Kehidupan (5)
- Kata-kata Mutiara Bijak (6)
- Kata-kata Mutiara Cinta (4)
- Kata-Kata Mutiara Islami (4)
- Kisah 25 Nabi (35)
- Kisah Islami Jaman Rosulullah SAW (47)
- Kisah Para Wali (22)
- Kisah Sahabat Nabi (37)
- Kisah Teladan (120)
- Kuliner (21)
- Kumpulan Do'a-do'a (54)
- Motivasi (205)
- Muraja'a (202)
- Muslimah (109)
- Pantun (5)
- Pendidikan (266)
- Pengetahuan (131)
- Renungan Hati (210)
- Resep Hidup Bahagia (109)
- Sejarah (11)
- Surat (8)
- Unik (7)
Blog Archive
-
▼
2014
(162)
-
▼
September
(25)
- Kisah Umar bin Abdul Aziz dan Lampu Istana
- Luluh Hati Dengan Kesantunan Nabi SAW
- Dengan Jilbab Ku Ingin Menggapai Surga_Nya
- 1001 Cara Bisikan Syetan Bagi Kaum Wanita
- Perintah Dzikir dan Do'a Dalam Al-Qur'an dan Hadist
- Koma di Tanah suci
- Kekuatan Iman dan Taqwa
- 10 Manfaat Jeruk Lemon yang Menakjubkan
- Arti Menikah
- Kisah Nenek dan Minyak Goreng
- Sakit adalah Penghapus Dosa Bagi Seorang Muslim & ...
- Masih Ada Jodoh Yang Terbaik
- Dialog antara Mata dan Hati
- Administrasi
- Sederhana Namun Istimewa
- KH. Moh. Said - Ketapang (Kyai yang Mahir Berbahas...
- Sujud Terakhirku Di Malam Pengantin
- 5 (lima) Aktivitas Yang Tidak Boleh Dilakukan Sete...
- Mbah Shonhaji - Kebumen ( Guru Spiritual Gus Dur )
- Adil Belum Tentu Banyak
- Cinta Terlambat
- 7 Cara Untuk Membuka dan Memperlancar Pintu Rezeki
- Biografi Syeikh Abdul Malik Bin Ilyas - Kedungparu...
- Kemuliaan Wanita Muslimah yang Sedang Hamil
- Aku Bahagia Menjadi Isterimu
-
▼
September
(25)
Pages
Diberdayakan oleh Blogger.
You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "
Popular Posts
-
NUN MATI dan TANWIN ketika bertemu Huruf HIJAIYYAH ( selain Huruf ALIF ) maka mempunyai 4 hukum yaitu : إظهار ( IZHAR ) إدغام ( ...
-
Gunung santri merupakan salah satu bukit dan nama kampung yang ada di Desa Bojonegara Kecamatan Bojonegara Kabupaten Serang ...
-
Menghilangkan ilmu hitam dalam tubuh ambil segelas air putih... kemudian baca surat Al-Isra' 45-46 (17x) terus tiupkan pa...
-
Goresa Mutiara Tanganku kali ini akan berbagi informasi tentang Wisata Ziarah di Provinsi Banten .. Provinsi Banten memiliki bany...
-
Apa itu Hauqolah ?... Hauqolah merupakan singkatan dari ungkapan la haula wa la quwwata illaa billahi. Dalam bahasa Arab, dising...
-
Melahirkan adalah proses dimana seorang bayi lahir dari dalam perut ibunya. Sungguh itu adalah perjuangan yang amat panjang da...
-
Buah Nona (Annona reticulate) Rasanya manis, teksturnya lembut, serasa berpasir ketika dikulum lidah. Bentuk buahnya mirip ...
-
Perjalanan Maulana Hasanuddin menuju Banten Pada Suatu hari Syarif Hidayatullah yang terkenal dengan nama Sunan Gunung Jati berucap k...
-
Dari segi pembentukannya, kata dapat digolongkan dalam: 1 ) kata dasar, dan 2 ) kata berimbuhan. Kata Dasar adalah satuan terkec...
-
KH. Tubagus Muhammad Falak bin KH. Tubagus Abbas adalah seorang kyai kharismatik yang dilahirkan dan dibesarkan dalam lin...
0 komentar:
Posting Komentar