Pada zaman jahiliyah
dulu, wanita sangat tidak dihargai dan dipandang sebelah mata. Wanita
pada zaman itu sering sekali dilecehkan. Ada saatnya wanita harus
bangkit dan menunjukkan kepada dunia bahwa wanita itu kedudukannya sama
di mata Allah dan yang membedakan hanyalah ketaqwaannya kepada Allah.
Mari kita simak artikel tentang bagaimana caranya menjadi Muslimah yang
Cerdas yang dikutip dari fujamas.net berikut ini.
- Menurut orang-orang Yunani, mereka menganggap wanita sebagai barang dagangan, bisa ditukar dan diperjualbelikan. Wanita dianggap seperti najis dan kotoran.
- Menurut orang-orang China, wanita bisa diperjualbelikan.
- Menurut orang-orang Hindu, wanita yang ditinggal wafat suaminya, tidak boleh hidup lagi, harus dibunuh atau disengsarakan.
- Menurut orang-orang Persia, seorang ibu boleh dinikahi anaknya.
- Menurut orang-orang Yahudi, wanita sama derajatnya dengan seorang pelayan/budak.
- Menurut orang-orang Nasrani, wanita adalah sumber kejahatan dan malapetaka, di sisi lain wanita sangat dicintai
- Menurut hasil konferensi orang-orang Perancis pada tahun 586 M yang membahas tentang wanita itu apa, didapat hasil kesepakatan bahwa wanita diciptakan untuk melayani laki-laki.
Pada zaman jahilliyah dulu, anak
perempuan yang lahir langsung dikubur hidup-hidup. Ironis dan tragis
sekali! Akan tetapi, saat Islam datang dan saat Rasulullah Saw. hadir
membawa ajaran-Nya tercerahkanlah semuanya…
Saudariku, wanita dan laki-laki sama
dalam beberapa hal. Seperti yang difirmankan Allah Swt. dalam QS.
An-Nisa [4] ayat 124, yang artinya:
“Barangsiapa yang mengerjakan
amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita, sedang ia orang yang
beriman, maka mereka itu masuk ke surga dan mereka tidak dianiaya walau
sedikitpun.”
Saudariku, mari kita belajar dari para muslimah luar biasa yang telah menorehkan sejarah. Berikut beberapa contohnya:
Aisyah r.a.
- Beliau pandai dalam bidang kedokteran, pandai meriwayatkan hadits, ahli dalam ilmu perbintangan (falak), dll.
- Meski beliau tidak mengikuti pendidikan formal, tetapi beliau dididik langsung oleh Rasulullah Saw.
Ummu Kulsum binti Ali bin Abi Thalib
- Beliau adalah seorang bidan muslimah.
Asy-Syifa’ binti Abdullah
- Shahabiyah ini mendapat gelar “guru wanita pertama dalam Islam”. Istri-istri Rasulullah banyak yang berguru pada beliau. Seperti halnya Hafsah yang belajar tulis-menulis dan ilmu pengobatan pada beliau.
Mengapa sih kita harus jadi MUSLIMAH CERDAS dan PRESTATIF? Simak nih!
Adanya taklif/kesetaraan antara laki-laki dan wanita.
- Lihat kembali QS. An-Nisa’ [4]: 124 dan QS. At Taubah [9] : 71.
Untuk menguatkan kecenderungan seorang muslimah pada kebaikan.
- Buka QS. As-Syams : 7-10.
- Di dalam diri manusia terdapat dua kecenderungan, yaitu fujur (fasik) dan takwa. (QS. Al Baqarah [2] : 151 dan QS. Al An’am : 104)
Untuk mengantisipasi kondisi eksternal
- Kondisi di luar kita tidak bisa diprediksi, semuanya mutlak ketentuan Allah Swt. Oleh karena itu, kita sebagai muslimah harus membekali diri dengan ilmu untuk menghadapi segala kemungkinan yang tak terduga itu. Secara fitrah, seorang wanita memang berperan dalam ranah domestik (di dalam rumah), tapi dalam aktivitas luar (ranah publik) tetap harus berperan dan berkontribusi maksimal asalkan tidak menyalahi kodratnya sebagai seorang wanita.
Untuk mempersiapkan muslimah dalam mengemban peran peradaban
- Peradaban dibangun mulai dari diri sendiri kemudian lewat keluarga. Di sinilah wanita berperan. Wanita melahirkan dan mendidik anak-anaknya sebagai calon generasi pembangun peradaban. Wanita juga berperan dalam mengkondisikan keluarganya.
Adanya kekhususan kaum wanita
Dalam beberapa hal, wanita tidak bisa
disamakan dengan laki-laki. Intuisi wanita lebih tajam daripada
laki-laki. Emosi wanita juga lebih ekstrim dibandingkan dengan
laki-laki. So, kendalikan emosimu!
Saudariku, banyak sekali manfaat jika kita menjadi seorang muslimah yang cerdas dan berilmu, diantaranya:
- Bisa menjalankan fungsi-fungsi yang harus diperankan oleh seorang muslimah entah sebagai ibu, istri, anggota masyarakat, dan peran lainnya.
- Terbentuk kepribadian mencakup seluruh aspek kemanusiaan (jasadiyah, ruhiyah, dll)
- Terbentuk kepribadian sebagai seorang aktivis dakwah. Di sekitar kita banyak orang yang perlu kita bina semampu kita. So, tularkan ilmu yang kita miliki!
- Kita mendapatkan pelatihan amal dan pengalaman di lapangan
- Terpenuhinya kualitas sumber daya yang berpotensi di berbagai bidang.
- Akan adanya perluasan wilayah kerja dakwah.
- Motivasi bagi muslimah untuk menjalin kerja sama dakwah di berbagai lapisan masyarakat.
Semoga artikel ini Bermanfaat dan bisa menambah ilmu serta wawasan kita. Amin
* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid
# Saya mohon maaf jika didalam artikel ini kurang lengkap atau salah dalam penulisan serta penjelasannya dan saya mohon masukan dari sahabat Goresan Mutiara Tanganku.
0 komentar:
Posting Komentar