“Penantian adalah suatu ujian...” -penggalan sebuah nasyid-.
Ya,
karena menanti memang bukan pekerjaan yang mengasyikkan bahkan bisa
jadi pekerjaan yang sangat membosankan bagi sebagian besar orang yang
belum tahu bagaimana memanfaatkan waktu dalam lamanya menanti. Terkadang
pikiran jadi kacau, emosi tingkat tinggi, dan berbagai ekspresi negatif
lain jikalau tidak bijak menyikapi fase penantian itu. Padahal tanpa
kita sadari banyak sekali fase penantian yang sering kita temui dalam
aktivitas keseharian kita, baik dalam interaksi dengan orang lain,
maupun aktivitas individu. Jika kita tidak pandai dan cerdik
memanfaatkan waktu menanti, bisa-bisa yang kita dapatkan hanya kesia-
siaan belaka yang berujung pada penyesalan atas waktu yang terbuang
percuma.
Saudariku,
aktivitas menanti lainnya yang mungkin lebih pada aktivitas individual
adalah dalam mengiktiarkan diri menjemput jodoh. Setelah segala ikhtiar
syar’i yang dibenarkan dilakukan secara maksimal, doa pun terus
dipanjatkan. Kini, hanya tawakal yang dilakukan. Untuk mengisi waktu
menanti setelah melewati serangkaian aktivitas sebelumnya banyak juga
aktivitas yang bisa dilakukan. Misalnya, mengisi waktu dengan baca
buku-buku tentang rumah tangga beserta segala pernak-perniknya,
silaturahim ke rumah kerabat atau teman-teman yang sudah terlebih dulu
berkeluarga, ikut dauroh-dauroh, belajar Tahsin, seminar kesehatan,
ikut kursus keterampilan dan tak ketinggalan juga kursus memasak pada
ibu atau pada teman yang terkenal jago masak. Ya, karena kesiapan itupun
sejalan dengan persiapan kita.
Hm,
ternyata masih banyak yang harus kita pelajari, ketahui, bahkan dilatih
untuk menjadikan pribadi kita menjadi pribadi yang lebih siap ketika
amanah-Nya untuk berumahtangga segera dimudahkan Allah Swt kepada kita.
Nah,
ketika seorang muslim akan menikah, biasanya akan timbul perasaan yang
bermacam-macam. Ada rasa gundah, resah, risau, bimbang, termasuk juga
tidak sabar menunggu datangnya sang pendamping, dan lain-lain. Bahkan
ketika dalam proses ta’aruf sekalipun masih ada juga perasaan keraguan.
Saudariku,
dalam rerentet aksara ini perkenankan penulis menelisik kembali
sekaligus sebagai penguatan bagi jiwa kita. Inilah kabar gembira berupa
janji Allah Swt bagi orang yang akan menikah. Bergembiralah, wahai
saudariku…
1. “Wanita-wanita
yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji
adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik
adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk
wanita-wanita yang baik (pula).” (An Nuur: 26)
Bila
ingin mendapatkan jodoh yang baik, maka perbaikilah diri. Hiduplah
sesuai dengan ajaran Islam dan Sunnah Nabi-Nya. Jadilah wanita
yang shalihah, Saudariku! Menjadi pribadi yang dirindu jannah,
menjadi sebaik-baik perhiasan terindah.
2. “Dan
kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang
yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan
perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan
karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (Pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (An Nuur: 32).
Ayat
tersebut merupakan jawaban buat mereka yang ragu untuk melangkah
ke jenjang pernikahan karena alasan ekonomi. Allah Maha Adil, bila
tanggung jawab khususnya bagi para pemuda bertambahdengan kewajiban
menafkahi istri-istri dan anak-anaknya, maka Allah Swt akan
memberikan rejeki yang lebih. Tidakkah kita lihat kenyataan di
masyarakat, banyak mereka yang semula miskin tidak punya apa-apa
ketika menikah, kemudian Allah memberinya rejeki yang berlimpah dan
mencukupkan kebutuhannya?
3. “Ada
tiga golongan manusia yang berhak Allah tolong mereka, yaitu seorang
mujahid fi sabilillah, seorang hamba yang menebus dirinya supaya merdeka
dan seorang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya”. (HR. Ahmad 2: 251, Nasaiy, Tirmidzi, Ibnu Majah hadits no. 2518, dan Hakim 2: 160)
Bagi
siapa saja yang menikah dengan niat menjaga kesucian dirinya, maka
berhak mendapatkan pertolongan dari Allah Swt berdasarkan
penegasan Rasulullah Saw dalam hadits ini. Dan pertolongan Allah
Swt itu pasti datang.
4. “Dan
diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berfikir”. (Ar Ruum : 21)
5. “Dan
Tuhanmu berfirman : Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan
bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari
menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. (Al Mu’min : 60).
Ini
juga janji Allah ‘Azza wa Jalla, bila kita berdoa kepada Allah Swt
niscaya akan diperkenankan-Nya. Termasuk di dalamnya ketika kita
berdoa memohon diberikan pendamping hidup yang agamanya baik,
sholeh, bertanggung jawab, amanah, dan seterusnya.
Dalam
berdoa perhatikan adab dan sebab terkabulnya doa, waktu-waktu yang
mustajab dalam berdoa. Perhatikan juga penghalang terkabulnya doa.
Manfaat lain dari berdoa berarti kita meyakini keberadaan Allah,
mengakui bahwa Allah itu tempat meminta, mengakui bahwa Allah Maha
Kaya, mengakui bahwa Allah Maha Mendengar, dst.
6. ”Mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat”. (Al Baqarah : 153)
Mintalah
tolong kepada Allah Swt dengan sabar dan shalat. Tentunya agar
datang pertolongan Allah, maka kita juga harus bersabar sesuai
dengan Sunnah Nabi Saw. Juga harus shalat sesuai Sunnahnya dan
terbebas dari bid’ah.
7. “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (Alam Nasyrah : 5-6).
Ini
juga janji Allah. Mungkin terasa bagi kita jodoh yang dinanti
tidak kunjung datang. Segalanya terasa sulit. Tetapi kita harus
tetap berbaik sangka kepada Allah Swt dan yakinlah bahwa sesudah
kesulitan itu ada kemudahan. Allah Swt sendiri yang menegaskan dua
kali dalam surat tersebut.
8. “Hai orang-orang yang beriman jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Muhammad : 7)
Agar
Allah Swt menolong kita, maka kita tolong agama Allah. Baik dengan
berinfak di jalan-Nya, membantu penyebaran dakwah Islam dengan
penyebaran buletin atau buku-buku Islam, membantu penyelenggaraan
pengajian, dll. Dengan itu semoga Allah menolong kita.
9. “Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (Al Hajj : 40)
10. “Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (Al Baqarah: 214)
Saudariku,
itulah janji Allah Swt dan Dia tidak akan menyalahi janjinya. Kalaupun
Allah Swt tidak atau belum mengabulkan doa kita, tentu ada hikmah dan
kasih sayang Allah Swt yang lebih besar buat kita. Kita harus berbaik
sangka kepada-Nya. Inilah keyakinan yang harus ada pada setiap diri
muslimah shalihah. Menanti adalah kesempatan, manfaatkan fase ini
dengan tetap senantiasa meluruskan niat, menjaga komitmen, memperbaiki
kualitas diri, meningkatkan kepahaman, dan memantabkan kembali beragam
persiapan sebagai salah satu ikhtiar kita menggenapkan setengah dien.
Saudariku,
kunci dari segala ujian adalah kesabaran. Fase penantian baiknya fase
untuk senantiasa bersabar dalam keistiqomahan. Dengan itulah kita mampu
bertahan dan berbaik sangka dengan setiap jengkal kisah yang singgah
dalam hidup kita. Berusaha untuk terus memperbaiki penghambaan kita agar
ketangguhan jiwa terbangun oleh keyakinan tertinggi hanya kepada-Nya.
Semoga artikel tentang Renungan hati ini bisa bermanfaat dan bisa menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita. Amin
* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid
# Saya mohon maaf jika didalam artikel renungan hati ini kurang lengkap dan salah dalam penulisan serta penjelasannya dan saya mohon masukan dari sahabat Goresan Mutiara Tanganku.
0 komentar:
Posting Komentar