Seorang ayah tanpa sengaja mendengar percakapan sang isteri yang tengah menasehati anaknya yang merasa rendah diri karena ayahnya hanya seorang tukang batu (kuli).
“Nak, apakah kamu tahu? bagaimana gedung-gedung bertingkat dan apartemen mewah itu bisa berdiri??
jalan tol dan jembatan layang bisa dibangun?? pelabuhan dan bandara bisa di gunakan???
Semua membutuhkan orang-orang seperti ayahmu untuk mengerjakannya...
Memang ada para pengusaha dan investor untuk membiayainya, ada arsitek dan desain interior yang merancangnya, juga ada para manager dan mandor yang mengawasi jalannya pekerjaan itu, tapi tanpa ada orang-orang seperti ayahmu yang menggali tanah, mengaduk pasir dan semen, menyusun batu kali untuk jadi pondasi kemudian menjadikannya sebuah tembok kokoh yang tidak mudah ambruk, semua impian mereka tidak akan terwujud tanpa orang-orang seperti Ayahmu...” ungkap si Ibu kepada putranya.
“Di setiap rumah sakit, bank, gedung perkantoran, terdapat sidik jari dan butiran keringat ayah mu yang melekat di dinding bangunan itu.” lanjut sang Ibu dengan penuh kasih sayang.
Si anak kemudian menghampiri dan memeluk Ibunya sambil berkata, “Terima kasih Ibu, engkau telah membuat saya percaya diri dan bangga mempunyai ayah seorang tukang batu..”
Si ayah yang mendengar percakapaan mereka kemudian masuk dan berkata kepada mereka
“Terima kasih kalian telah membuat hidup ayah sangat berarti” kata si ayah sambil menyeka air mata nya.
Semua orang bangga dengan pekerjaannya selain itu yang lebih penting lagi,”Dunia tidak menuntut siapapun kita untuk menjadi seorang arsitek/ presiden/ politikus/ DPR/ ilmuwan, ect."
Dear Sahabat " Goresan Mutiara Tanganku " ...
“Untuk kebahagiaan, Dunia hanya menuntut kita agar menjadi seorang yang terbaik pada apa pun yang kita kerjakan, apapun profesi dan pekerjaan kita, yang penting HALAL, lakukanlah dengan penuh suka cita, ikhlas dan rasa bangga.”
Semoga cerita tentang Kisah Isteri Seorang Tukang Bangunan ini bisa bermanfaat, menginspirasi dan bisa menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita. Amin
* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid
0 komentar:
Posting Komentar