Minggu, 31 Agustus 2014

Kuteguhkan Hati Untuk Tetap Memilihmu


Telah kuteguhkan hati untuk memilihmu.
Telah kuteguhkan diri untuk selalu dapat memilikimu.

Akan tetapi...

Jika engkau masih bertanya sebesar apa rasa cintaku kepadamu...
Maka kujawab bahwa cintaku kepadamu tak mungkin melebihi rasa cintaku kepada Allah Rabb-ku.

Jika engkau masih bertanya sebesar apa rasa sukaku kepadamu...
Maka kujawab bahwa sukaku kepadamu tak mungkin melebihi rasa sukaku pada ibadah dan amal baikku.

Jika engkau masih bertanya sebesar apa rasa sayangku kepadamu...
Maka kujawab bahwa sayangku kepadamu tak mungkin melebihi rasa sayangku kepada Muhammad Nabi-ku.

Dan jika engkau masih bertanya sebesar apa rasa setiaku kepadamu...
Maka kujawab bahwa setiaku tak mungkin melebihi rasa setiaku kepada Islam Agama-ku.

Jika kita saling suka karena kecantikan dan keindahan serta kemuliaan akhlak...
Jika kita saling mencintai karena Allah...
Jika kita saling menyayangi dan saling setia hati karena niat ibadah...

Maka percayalah...!!!

Bahwa Allah juga akan senantiasa menjaga dan akan memberikan cinta yang akan kita rajut bersama.

Dan Allah juga akan selalu menjaga cinta dari setiap hamba-Nya yang senantiasa melebihkan rasa cinta kepada-Nya dibanding cinta pada yang lainnya.

Semoga cinta kita berdua merupakan cinta yang diridhoi oleh Allah dan sebagai jembatan untuk menuju Surga-Nya. Aamiin


* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid

Sabtu, 30 Agustus 2014

Kisah Malaikat Jibril dan Mikail Menangis


         Dalam sebuah kitab karangan Imam al-Ghazali menyebutkan bahwa iblis itu sesungguhnya namanya disebut sebagai al-Abid (ahli ibadah) pada langit yang pertama, pada langit yang keduanya disebut az-Zahid. Pada langit ketiga, namanya disebut al-Arif. Pada langit keempat, namanya adalah al-Wali. Pada langit kelima, namanya disebut at-Taqi. Pada langit keenam namanya disebut al-Kazin. Pada langit ke tujuh namanya disebut Azazil manakala dalam Luh Mahfudz, namanya ialah iblis.


Dia (iblis) lupa akibat urusannya. Maka Allah S.W.T telah memerintahkannya sujud kepada Adam. Lalu iblis berkata, "Adakah Engkau mengutamakannya daripada aku, sedangkan aku lebih baik daripadanya. Engkau jadikan aku daripada api dan Engkau jadikan Adam daripada tanah."

Lalu Allah S.W.T berfirman yang maksudnya, "Aku membuat apa yang aku kehendaki."Oleh karena iblis memandang dirinya penuh keagungan, maka dia enggan sujud kepada Adam A.S kerana bangga dan sombong.

Dia berdiri tegak sampai saatnya malaikat bersujud dalam waktu yang berlalu. Ketika para malaikat mengangkat kepala mereka, mereka mendapati iblis tidak sujud sedang mereka telah selesai sujud. Maka para malaikat bersujud lagi bagi kali kedua kerana bersyukur, tetapi iblis tetap angkuh dan enggan sujud. Dia berdiri tegak dan memaling dari para malaikat yang sedang bersujud. Dia tidak ingin mengikut mereka dan tidak pula dia merasa menyesal atas keengganannya.

Kemudian Allah S.W.T merubahkan mukanya pada asalnya yang sangat indah cemerlang kepada bentuk seperti babi hutan. Allah S.W.T membentukkan kepalanya seperti kepala unta, dadanya seperti daging yang menonjol di atas punggung, wajah yang ada di antara dada dan kepala itu seperti wajah kera, kedua matanya terbelah pada sepanjang permukaan wajahnya. Lubang hidungnya terbuka seperti cerek tukang bekam, kedua bibirnya seperti bibir lembu, taringnya keluar seperti taring babi hutan dan janggut terdapat sebanyak tujuh helai.

Setelah itu, lalu Allah mengusirnya dari Surga, bahkan dari langit, dari bumi dan ke beberapa jazirah. Dia tidak akan masuk ke bumi melainkan dengan cara sembunyi. Allah S.W.T melaknatinya sehingga ke hari kiamat karena dia menjadi kafir. Walaupun iblis itu pada sebelumnya sangat indah cemerlang rupanya, mempunyai sayap empat, banyak ilmu, banyak ibadah serta menjadi kebanggaan para malaikat dan pemukanya, dan dia juga pemimpin para malaikat karubiyin dan banyak lagi, tetapi semua itu tidak menjadi jaminan sama sekali baginya.

Ketika Allah S.W.T membalas tipu daya iblis, maka menangislah Jibril A.S dan Mikail. Lalu Allah S.W.T berfirman yang bermaksud, "Apakah yang membuat kamu menangis?" Lalu mereka menjawab, "Ya Allah! Kami tidaklah aman dari tipu dayamu."

Firman Allah bagi bermaksud, "Begitulah aku. Jadilah engkau berdua tidak aman dari tipu dayaku."

Setelah diusir, maka iblis pun berkata, "Ya Tuhanku, Engkau telah mengusir aku dari Surga disebabkan Adam, dan aku tidak menguasainya melainkan dengan penguasaan-Mu."

Lalu Allah berfirman yang bermaksud, "Engkau dikuasakan atas dia, yakni atas anak cucunya, sebab para nabi adalah maksum."

Berkata lagi iblis, "Tambahkanlah lagi untukku." Allah berfirman yang maksudnya, "Tidak akan dilahirkan seorang anak baginya kecuali tentu dilahirkan untukmu dua padanya."

Berkata iblis lagi, "Tambahkanlah lagi untukku." Lalu Allah berfirman dengan maksud, "Dada-dada mereka adalah rumahmu, engkau berjalan di sana sejalan dengan peredaran darah."

        Berkata iblis lagi, "Tambahkanlah lagi untukku." Maka Allah berfirman lagi yang bermaksud, "Dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukan yang berjalan kaki, ertinya mintalah tolong menghadapi mereka dengan pembantu-pembantumu, baik yang naik kuda mahupun yang berjalan kaki. Dan berserikatlah dengan mereka pada harta, iaitu mendorong mereka mengusahakannya dan mengarahkannya ke dalam haram."

"Dan pada anak-anak, yaitu dengan menganjurkan mereka dalam membuat perantara mendapat anak dengan cara yang dilarang, seperti melakukan senggama dalam masa haid, berbuat perkara-perkara syirik mengenai anak-anak itu dengan memberi nama mereka Abdul Uzza, menyesatkan mereka dengan cara mendorong ke arah agama yang batil, mata pencarian yang tercela dan perbuatan-perbuatan yang jahat dan berjanjilah mereka." (Hal ini ada disebutkan dalam surah al-Isra ayat 64 yang bermaksud : "Gerakkanlah orang yang engkau kuasai di antara mereka dengan suara engkau dan kerahkanlah kepada mereka tentera engkau yang berkuda dan yang berjalan kaki dan serikanlah mereka pada harta dan anak-anak dan berjanjilah kepada mereka. Tak ada yang dijanjikan iblis kepada mereka melainkan (semata-mata) tipuan."


           Semoga Kisah tentang Malaikat Jibril dan Mikail Menangis ini bisa bermanfaat, menginspirasi dan bisa menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita. Aamiin

* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid

Rosulullah SAW dan Pengemis Buta



         Di sudut pasar Madinah Al-Munawarah seorang pengemis Yahudi buta hari demi hari apabila ada 
orang yang mendekatinya ia selalu berkata "Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu 
orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian 

akan dipengaruhinya". Setiap pagi Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawa makanan, dan
tanpa berkata sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis
itu walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad. 

Rasulullah SAW melakukannya hingga menjelang Beliau SAW wafat. Setelah kewafatan Rasulullah 
tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu.

Suatu hari Abu Bakar r.a berkunjung ke rumah anaknya Aisyah r.a. Beliau bertanya kepada anaknya, "anakku adakah sunnah kekasihku yang belum aku kerjakan", Aisyah r.a menjawab pertanyaan ayahnya, "Wahai ayah engkau adalah seorang ahli sunnah hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah saja". "Apakah Itu?", tanya Abu Bakar r.a. Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke hujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana", kata Aisyah r.ha.

Keesokan harinya Abu Bakar r.a. pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikannya kepada pengemis itu. Abu Bakar r.a mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepada nya. Ketika Abu Bakar r.a. mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil berteriak, "siapakah kamu ?". Abu Bakar r.a menjawab, "aku orang yang biasa". "Bukan !, engkau bukan orang yang biasa mendatangiku", jawab si pengemis buta itu. Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya setelah itu ia berikan pada ku dengan mulutnya sendiri", pengemis itu melanjutkan perkataannya.

Abu Bakar r.a. tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, aku memang bukan orang yang biasa datang padamu, aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW. Setelah pengemis itu mendengar cerita Abu Bakar r.a. ia pun menangis dan kemudian berkata, benarkah demikian?, selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia.... Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat dihadapan Abu Bakar r.a.


Subhanallah... kisah ini seakan membuka mata hati kita, bahwa sesungguhnya keburukan jangan sekali-kali dibalas keburukan, karena hal itu tidak akan pernah ada ujungnya, alangkah lebih baiknya keburukan dibalas dengan kebaikan seperti apa yang telah Rosulullah SAW ajarkan dalam kisah ini, Api akan kalah dengan air, tapi air tak akan pernah kalah oleh api.


     Semoga Cerpen tentang Rosulullah SAW dan Pengemis Buta ini bisa bermanfaat, menginspirasi dan bisa menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita. Aamiin

* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid

Kisah Mengharukan Nenek Penjual Tempe

 
       Allah selalu punya jawaban atas do'a seseorang. Jawaban do'a itu bisa iya, bisa tidak, atau Allah punya rencana yang lebih baik untuk hamba-Nya, seperti dalam kisah berikut ini.




Di sebuah pinggir kota, hidup seorang nenek yang hidup seorang diri.
Untuk dapat menyambung hidup, nenek tersebut berjualan tempe setiap hari.
Pada suatu hari, sang nenek terlambat memberi ragi, sehingga tempe tidak matang tepat pada waktunya.
Saat daun pisang pembungkus tempe dibuka, kedelai-kedelai masih belum menyatu.
Kedelai tersebut masih keras dan belum menjadi tempe.

Hati sang nenek mulai menangis. Apa yang harus dilakukan?
Jika hari ini dia tidak bisa menjual tempe tersebut, maka dia tidak akan dapat uang untuk makan dan membeli bahan tempe untuk esok hari.
Dengan air mata yang masih mengalir, sang nenek mengambil wudhu lalu salat Subuh di rumahnya yang sangat kecil dan memprihatinkan.

"Ya Allah, tolong matangkan tempe-tempe itu. Hamba-Mu tidak tahu harus berbuat apalagi untuk menyambung hidup dengan cara yang halal. Hamba tidak ingin menyusahkan anak-anak hamba. Kabulkan do'a hamba-Mu yang kecil ini ya Allah.." 

Demikian do'a sang nenek dengan linangan air mata.

Setelah selesai Sholat shubuh, sang nenek membuka daun pisang pembungkus tempe, tidak ada satupun yang matang.
Keajaiban belum datang, do'anya belum dikabulkan.

Tetapi sang nenek percaya jika do'anya akan terkabul,
sehingga dia berangkat ke pasar saat matahari belum bersinar, mengejar rezeki dengan menjual tempe.

Sesampai di pasar, sang nenek kembali membuka pembungkus tempe.
Masih belum matang !!!
Tak apa, nenek tersebut terus menunggu hingga matahari bersinar terik.
Satu persatu orang yang berbelanja berlalu lalang, tetapi tak ada satupun yang mau membeli tempe sang nenek.
Matahari terus bergerak hingga para pedagang mulai pulang dan mendapat hasil dari berjualan.

Tempe dagangan penjual lain sudah banyak yang habis, tetapi tempe sang nenek tetap belum matang.
Apakah Tuhan sedang marah padaku?
Apakah Tuhan tidak menjawab do'aku?
Begitulah rintihan hati sang nenek, air matanya kembali mengalir.

Tiba-tiba, ada seorang ibu yang menghampiri sang nenek.
"Apakah tempe yang ibu jual sudah matang?" tanya sang pembeli.

Sang nenek menyeka air mata lalu menggeleng,
"Belum, mungkin baru matang besok," ujarnya.

"Alhamdulillah, kalau begitu saya beli semua tempe yang ibu jual. Daritadi saya mencari tempe yang belum matang, tetapi tidak ada yang menjual. Syukurlah ibu menjualnya," ujar sang pembeli dengan suara lega.

"Kenapa ibu membeli tempe yang belum matang?" tanya sang nenek dengan heran. Semua orang selalu mencari tempe yang sudah matang.

"Anak laki-laki saya nanti malam berangkat ke Belanda, dia ingin membawa tempe untuk oleh-oleh karena di sana susah mendapat tempe. Kalau tempe ini belum matang, maka matangnya pas saat anak saya sampai ke Belanda," ujar sang ibu dengan wajah berbinar.

Inilah jawaban atas do'a sang nenek.
Tempe-tempe itu tidak langsung matang dengan keajaiban, tetapi dengan jalan lain yang tidak dikira-kira.

Ingatlah Sahabat, Allah selalu punya jawaban terbaik untuk do'a hamba-Nya.
Kadang sebuah do'a tak langsung mendapat jawaban....
Kadang do'a seseorang tidak dijawab dengan 'iya' karena Allah selalu punya rencana terbaik untuk hamba-Nya...



         
Semoga Cerpen tentang Kisah Mengharukan Nenek Penjual Tempe ini bisa bermanfaat, menginspirasi dan bisa menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita. Aamiin


* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid

Jumat, 29 Agustus 2014

Untuk Sebuah Hati Yang Tak Bisa Ku Janjikan Apa-apa

 
Bismillaahirrahmaanirrahiim..

         Yaa Rabbi... Ajarilah kami bagaimana memberi sebelum meminta, berfikir sebelum bertindak, santun dalam berbicara, tenang ketika gundah, diam ketika emosi melanda, bersabar dalam setiap ujian.
Jadikanlah kami orang yg selembut Abu Bakar Ash-Shiddiq, sebijaksana Umar bin Khattab, sedermawan Utsman bin Affan, sepintar Ali bin Abi Thalib, sesederhana Bilal, setegar Khalid bin Walid radliallahu'anhum. Amiin ya Rabbal'alamin.

Malu jika harus bertemu dengannya dalam kondisi seperti ini..Kondisi yang masih belum banyak berilmu.
Yang mungkin masih banyak mengecewakan dan jauh dari harapan.

Malu akan jauhnya angan dan kenyataan untuknya.
Aku terlalu malu untuk banyak berharap akan dia yang (sekarang berada) entah dimana.

Semoga saja bukan kekecewaan yang akan menggelayuti hari-harinya ketika ia telah memilihku.

Sebagai orang pilihan pelengkap tulang rusuknya sehingga kembali menjadi sempurna dan bisa beraktivitas lebih optimal lagi.

Semoga saja bukan tundukan pandangan karena fisikku tidak sesuai dengan bayangannya
Sungguh terlalu menyiksa, bahkan hanya untuk mengandai-andaikannya.

Bagaimana jika nanti wajahnya tiba-tiba berkerut.
Saat diajaknya aku berdiskusi tentang hal yang benar-benar belum aku mengerti.
Hal yang benar-benar tidak terlintas satu ide pun untuk menjadi komentarku atas pernyataanmu.

Atau mungkin ketika tanpa sadar wajahnya tak lagi sumringah seperti saat pertama ia memilihku menjadi pendampingnya.

Ahh, aku terlalu takut untuk itu.
Terlalu malu dan takut untuk menjabarkan berbagai kemungkinan yang membuatku tidak sampai hitungan lima jari dari 100 angka (kriteria) calon istri idamannya.

Untuk sebuah HATI di sana..
Semoga kau tahu bahwa aku tidak bisa memberimu banyak..Tidak bisa menjamin sesuatu yang berlebih atau bahkan seperti Khadijah atau Aisyah sang calon istri dambaan kaum Adam.

Aku ingin Kamu menjadi pembimbingku..
Bersama menjadikan rumah kita menjadi sedekat mungkin dengan kehangatan rumah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam,,

Untuk Kamu yang entah pernah melintaskan sesosok calon yang sangat biasa seperti aku atau tidak.

Kuharap senyum yang bisa aku jaminkan senantiasa menemani hari2 kita, yang bisa menjadi hal berarti bagi kita.

Semoga ketidaktahuanku menjadikan kita satu simpul tali yang semakin erat dan menguatkan..

Semoga segala hal yang tidak bisa aku janjikan tetap membuatmu menjadikanku pilihan terbaikmu…

Sampai ketemu.
Hingga saat kita mengalaminya bersama.
Kelak saat Allah memberikan tanda tangan peresmiannya.

Untuk sebuah HATI yang hingga saat ini tiada mampu kugambarkan seperti apa sosokmu.

Sungguh tiada kesempurnaan yang menjadi perisai diri ini...Hanya kefakiran akan ilmu dan akhlak yang (karnanya) membuatku merasa malu dan takut untuk bertemu denganmu.

Semoga tiada tergambar raut penyesalan dari parasmu saat melihat kenyataan seperti apa kondisi calon istrimu ini.

Begitupun denganku, semoga aku bisa menyelimuti hatiku dengan keridhoan saat Allah mempertemukan kita nanti.



        Semoga Cerpen tentang Untuk Sebuah Hati Yang Tak Bisa Ku Janjikan Apa-apa ini bisa bermanfaat, menginspirasi dan bisa menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita. Aamiin

* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid

Kamis, 28 Agustus 2014

Taubatnya Seorang Laki-laki Pendosa Ditangan Puteri Kecilnya


         Dia tinggal di Riyadh, Arab Saudi, hidup dalam kesesatan dan tidak mengenal Allah kecuali hanya sedikit. Bertahun-tahun tidak pernah masuk masjid dan tidak pernah bersujud kepada Allah meski hanya sekali. Allah menghendaki taubatnya ditangan puteri kecilnya.


Dia menceritakan kisahnya:


         Aku biasa begadang sampai pagi bersama teman-temanku untuk beramain-main dan bersenda gurau. Aku tinggalkan isteriku dalam kesendirian dan kesusahannya yang hanya Allah yang mengetahuinya. Isteriku yang setia tak mampu lagi menasehatiku yang sudah tak mempan lagi diberi nasehat.



         Pada suatu malam, aku baru pulang dari begadang, jarum jam menunjukkan pukul 03.00 pagi, aku lihat isteri dan puteri kecilku terlelap tidur. Lalu aku masuk ke kamar sebelah untuk menghabiskan sisa-sisa malam dengan melihat film-film porno melalui video, waktu itu, waktu dimana Allah azza wajalla turun dan berkata:
"Adakah orang yang berdo'a sehingga aku mengabulkannya?. Adakahorang yang meminta ampun sehingga aku mengampuninya?, Adakah orang yang memintakepadaku sehingga aku memberinya".

Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan kulihat puteriku yang belum genap berusia 5 tahun. Dia melihatku dan berkata: "Bapak, ini suatu aib bagimu, takutlah kepada Allah", dan mengulanginya tiga kali kemudian menutup pintu dan pergi.

Aku terkejut lalu aku matikan video. Aku duduk termenung dan kata-katanya terngiang-ngiang ditelingaku dan hampir membinasakanku, lalu aku keluar mengikutinya tapi dia sudah kembali lagi ketempat tidurnya.

Aku seperti gila, tidak tahu apa yang baru saja menimpaku waktu itu. Tak lama kemudian terdengar suara adzan dari masjid dekat rumah yang memecah kegelapan malam, menyeru untuk shalat subuh.

Aku berwudlu lalu pergi kemasjid. Aku tidak bersemangat untuk shalat, hanya saja karena kata-kata puteriku membuatku gelisah.

Sholat dimulai, imam bertakbir dan membaca beberapa ayat Al-Qur'an. Ketika dia bersujud, akupun bersujud dibelakangnya dan meletakkan dahiku di atas tanah sampai aku menangis keras tanpa kuketahui sebabnya. Inilah sujud pertama kali kulakukan kepada Allah azza wajalla sejak tujuh tahun yang lalu.

Tangisan itu adalah pembuka kebaikan bagiku, tangisan itu telah mengeluarkan apa yang ada dalam hatiku berupa kekafiran, kemunafikan dan kerusakan. Aku merasakan butir-butir keimanan mulai meresap kedalam jiwaku.

Setelah sholat aku pergi bekerja. Ketika bertemu dengan temanku, dia heran melihatku datang cepat padahal biasanya selalu terlambat akibat begadang sepanjang malam. Ketika dia menanyakan penyebabnya, aku menceritakan apa yang kualami tadi malam. Kemudian dia berkata: "Bersyukurlah kepada Allah yang telah menggerakkan anak kecil itu sehingga menyadarkanmu dari kelalaianmu sebelum datang kematianmu." Setelah tiba waktu dzuhur, aku merasacukup lelah karena belum tidur sejak malam. Lalu aku minta kepada temanku untuk menggantikan tugasku, dan aku pulang ke rumah untuk beristirahat. Aku ingin cepat-cepat melihat puteriku yang menjadi sebab hidayahku dan kembaliku kepada Allah.

Aku masuk kerumah dan disambut oleh isteriku sambil menangis, lalu akubertanya, "Ada apa denganmu, isteriku?",

Jawaban yang keluar darinya laksana halilintar. "Puterimu telah meninggal dunia".

Aku tak bisa mengendalikan diri dan menangis. Setelah jiwaku tenang, aku sadar bahwa apa yang menimpaku semata-mata ujian dari Allah azza wajalla untuk menguji imanku. Aku bersyukur kepada Allah azza wajalla. Aku mengangkat gagang dan menghubungi temanku. Aku memintanya datang untuk membantuku.

Temanku datang dan membawa puteriku, memandikannya dan mengafaninya lalukami mensholatkannya dan membawanya kepemakaman, temanku berkata: "Tidakada yang pantas memasukkannya ke liang kubur kecuali engkau", lalu aku mengangkatnya dengan berlinang air mata dan meletakkannya di liang kubur. Aku tidak mengubur puteriku, tapi mengubur cahaya yang telah menerangi jalan hidupku. Aku bermohon kepada Allah SWT agar menjadikannya penghalang bagiku dari api neraka dan memberi balasan kebaikan kepada isteriku yang penyabar.



         
Semoga Cerpen tentang Taubatnya Seorang Laki-laki Pendosa Ditangan Puteri Kecilnya ini bisa bermanfaat, menginspirasi dan bisa menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita. Aamiin

* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid

Rabu, 27 Agustus 2014

Merpati Tak Pernah Ingkar Janji


 
      
         Merpati tak pernah ingkar janji. Sebaliknya kumbang doyan orbal janji. Namun cintaku bukan barang loakan yang bisa dijual murah. Aku adalah seorang wanita yang memiliki harga diri. Cintaku tak terbatas waktu, penantianku adalah kesetiaanku, namun kumbang menyia-nyiakannya, dia bersanding dengan bunga yang lain.
         
Hubungan itu terjalin setelah kami lulus SMU. Saat itu dia yang duluan mengungkapkan cinta. Aku menerimanya karena dia orangnya baik dan
 keluarganya telah aku kenal.Dia tinggal di kampung sebelah. Saat sekolah dulu kami selalu satu sekolah sekalipun tak pernah sekelas. Sebenarnya dari dulu aku naksir dia, namun aku adalah bunga yang hanya bisa menunggu kumbang datang menghampiri.

Saat cinta bersemi, hidup ini begitu indah. Malam selalu bertabur bintang dan hari-hari aku lalui dengan penuh suka-cita. Mimpi indah aku alami, saat kami bersanding di pelaminan suci, dia menghisap maduku dengan sejuta kemesraan. Bagiku dia adalah cinta pertama dan kumbang yang aku dambakan. Aku cinta pertama baginya.

            Setahun hubungan, kami resmi tunangan. Inginnya segera menikah, Aku berharap, saat dia pergi ke tempat jauh aku bisa ikut. Namun saat hubungan berjalan dua tahun, kami belum juga menikah. Hingga akhirnya dia pergi untuk panggilan kerja kepulau seberang. Sesuai kontrak kerja, dia akan pergi selama lima tahun.
Saat pamitan dia menangis, dan menyalami semua keluargaku. Sementara aku yang akan ditinggal jauh oleh kekasih hanya bisa terdiam dengan hati yang berat untuk melepaskannya. Dia berjanji saat pulang nanti, segera menikah aku dan keluargaku setuju saja.

        Tinggal lah kini aku dalam penantian dengan penuh rasa was-was seolah menanti sesuatu yang tidak pasti. Kadang muncul pikiran negatif, namun segera aku tepiskan. Terkadang pula mimpi buruk hingga tak sadar aku menangis, namun aku pikir itu hanya kembang tidur.

        Menanti adalah pekerjaan yang palin membosankan. Andai saja waktu itu aku memutuskan berhenti kuliah, mungkin aku akan sangat kesepian. Tapi dengan banyaknya kesibukan, membuatku terbiasa dengan rasa sepi itu. Apalagi dalam tahun pertama, sebulan dua kali dia berkirim surat.Aku pun sudah terbiasa, jika datang tukang pos pasti ada surat dari dia.


          Pada Idul Fitri tahun kedua dia pulang, kami sambut dengan suka-cita. Tak lama kemudian berangkat lagi. Tahun ketiga berlalu. Tahun keempat aku rasakan komunikasi itu agak berkurang. Aku yang sering kirim surat,kadang dibalas, namun kebanyakan tak pernah dapat balasan. Tapi aku rasakan hubungan kami tetap baik.

Pada tahun kelima, hanya dua kali dalam tahun itu dia kirim surat. Masa kontraknya berakhir, dia belum pulang juga. Keluarganya menunggu hingga akhirnya dapat kabar, dia mendapat kerja tambahan setengah tahun. Aku kecewa karena dia tidak memberitahukan kepadaku padahal seluruh keluargaku telah siap-siap menyambutnya.

Ibu kubilang, segera saja rencanakan pernikahan setelah dia datang, tidak baik terlalu lama pacaran. Aku setuju saja. Apalagi aku anak wanita satu-satunya danorang tua ingin segera menimang cucu dariku. Seluruh keluargaku bersiap-siap menanti kedatangan dia yang hanya sebulan lagi.

Penyambutan rencananya dipusatkan di rumah keluarganya. Aku dan seluruh keluargaku diundang. Sementara itu yang menjemput ke terminal cukup kakak dia saja. Semua rencana indah itu begitu matang dipersiapkan. Aku sendiri telah mempersiapkan jauh-jauh hari termasuk kemungkinan dia ingin segera melangsungkan pernikahan.
         
           Saat waktunya tiba, aku menemukan keganjilan. Kakaknya yang menjemput dia menyarankan agar aku menunggu dirumahku saja, katanya ada kejutan. Secara mendadak aku dibawa ke rumahku, namun keluargaku tetap tinggal di sana. Aku menanti ada apa gerangan. Aku telah membayangkan dia pasti akan datang ke rumahku dengan seribu rasa rindu, sejuta rasa cinta. Pokoknya surpise.

Tak lamakemudian, aku dikagetkan dengan suara pintu di tambrak seseorang. Ternyata yang datang ayah dan seluruh keluargaku dengan wajah merah padam. Ibuku langsung mendekapku dan menangis sejadi-jadinya. Aku yang tidak tahu duduk masalahnya hanya terdiam dengan seribu tanya. Sementara ayah dan kakak-kakakku duduk dikursi tanpa mengeluarkan satu patah kata pun. Hingga beberapa saat lamanya keadaan hening.

Sesaat kemudian aku bertanya untuk memecah keheningan. Kakak laki-lakiku yang pertama membawaku ke ruangan tamu. Dengan terlebih dahulu meminta izin ayah untuk menjelaskan. Dia menjelaskan dengan sangat hati-hati. Lambat laun penjelasannya bikin aku bingung, sebab menyebut-nyebut agar aku melupakannya. Kakak bilang dia bukan jodoh aku.
          Di akhir pembicaraan, baru darahku naik dan tak sadarkan diri. Saat aku sadar tak kuasa menahan tangisan. Seluruh keluargaku berkumpul di kamarku dengan wajah murung. Ayah bilang bahwa dirinya merasa dihina. Laki-laki itu menurut ayah penghianat.
          Penantian kuselama lima tahun ternyata sia-sia belaka. Tanpa sepengetahuanku dan keluarganya, dia menikah di tempat kerja dengan bawahannya. Menurut pengakuannya pernikahan itu telah berlangsung dua tahun. Kini dia membawa dua orang anak. Anak yang kedua masih bayi. Ternyata tambahan waktu enam bulan bukan ada tambahan kerja, melainkan menunggu anak kedua lahir.
          Sehari kemudian keluarga dia datang meminta maaf bahwa semuanya di luar dugaan, namun ayahku yang masih emosi tetap belum menerima kenyataan ini. Pasalnya jika dia tidak serius bilang saja sejak dulu, aku tentu akan dinikahkan dengan seorang laki-laki yang menurut bapak jauh lebih baik dari segi ekonomi dan agama daripada laki-laki pengkhianat itu.
          Setahun berlalu, aku baru melihat dia keluar rumah menampakkan diri. Dalam hatiku tidak ada lagi kata-kata kecuali penyesalan telah mengenal orang itu. Pengalaman iniaku catat dalam setiap relung waktu bahwa cinta memang tidak harus bersatu. Lima tahun lamanya aku menanti, yang aku rasakan hanya kepedihan. Andai saja waktu bisa berputar ke belakang ingin rasanya mengembalikan cinta ini biar aku tak menderita seperti ini.


"Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang .baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik."(Q.S. An Nur:26)
 "Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah."(Q.S Az-Zaariyaat :49)


        Semoga Cerpen tentang Merpati Tak Pernah Ingkar Janji ini bisa bermanfaat, menginspiasi dan bisa menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita. Aamiin

* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid

Kamis, 21 Agustus 2014

Kubur Berkata-kata



         Dikisahkan bahwa sewaktu Fatimah r.a. meninggal dunia maka jenazahnya telah diusung oleh 4 ( empat) orang, antara : 


  1. Ali bin Abi Talib (suami Fatimah r.a) 
  2. Hasan (anak Fatima r.a) 
  3. Husin (anak Faimah r.a) 
  4. Abu Dzafrrin Al-Ghifary r.a 

         Sewaktu jenazah Fatimah r.a diletakkan di tepi kubur maka Abu Dzafrrin Al-Ghifary r.a berkata kepada kubur, "Wahai kubur, tahukah kamu jenazah siapakah yang kami bawakan kepada kamu ? Jenazah yang kami bawa ini adalah Siti Fatimah az-Zahra, anak Rosulullah SAW"
Maka berkata kubur, "Aku bukannya tempat bagi mereka yang berdarjat atau orang yang bernasab, adapun aku adalah tempat amal soleh, orang yang banyak amalnya maka dia akan selamat dariku, tetapi kalau orang itu tidak beramal soleh maka dia tidak akan terlepas dari aku (akan aku layan dia dengan seburuk-buruknya)."





Abu Laits as-Samarqandi berkata kalau seseorang itu hendak selamat dari siksa kubur hendaklah melazimkan 4 (empat) perkara semuanya :


  1. Hendaklah ia menjaga sholatnya 
  2. Hendaklah dia bersedekah 
  3. Hendaklah dia membaca Al-Quran 
  4. Hendaklah dia memperbanyakkan membaca tasbih kerana dengan memperbanyakkan membaca tasbih, ia akan dapat menyinari kubur dan melapangkannya. 

Adapun 4 (empat) perkara yang harus dijauhi ialah :


  1. Jangan berdusta 
  2. Jangan mengkhianat 
  3. Jangan mengadu-domba (jangan suka mencucuk sana cucuk sini) 
  4. Jangan kencing sambil berdiri 

Rosulullah SAW. telah bersabda yang bermaksud, "Bersucilah kamu semua dari kencing, karena sesungguhnya kebanyakan siksa kubur itu berpuncak dari kencing." 

Seseorang itu tidak dijamin akan terlepas dari segala macam siksaan dalam kubur, walaupun ia seorang alim ulama' atau seorang anak yang bapanya sangat dekat dengan Allah SWT. Sebaliknya kubur itu tidak memandang adakah orang itu orang miskin, orang kaya, orang berkedudukan tinggi atau sebagainya, kubur akan melayan seseorang itu mengikut amal soleh yang telah dilakukan sewaktu hidupnya di dunia ini. 

Jangan sekali-kali kita berfikir bahawa kita akan dapat menjawab setiap soalan yang dikemukakan oleh dua malaikat Mungkar dan Nakir dengan cara kita menghafal. Pada hari ini kalau kita berkata kepada saudara kita yang jahil takutlah kamu kepada Allah SWT dan takutlah kamu kepada soalan yang akan dikemukakan ke atas kamu oleh malaikat Mungkar dan Nakir, maka mereka mungkin akan menjawab, "Ah mudah saja, aku boleh menghafal untuk menjawabnya."
Itu adalah kata-kata orang yang tidak berfikiran. Seseorang itu tidak akan dapat menjawab setiap soalan di alam kubur jikalau dia tidak mengamalkannya sebab yang akan menjawab ialah amalnya sendiri. Sekiranya dia rajin membaca Al-Quran, maka Al-Quran itu akan membelanya dan begitu juga seterusnya.


          Semoga artikel tentang Kubur Berkata-kata ini bisa bermanfaat, menginspirasi dan bisa menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita. Aamiin 

* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid

Bidadari Untuk Umar r. a


         Umar r.a. adalah salah satu dari sahabat Rosulullah SAW Semenjak ia memeluk Islam kaum muslimin seakan memperoleh suatu kekuatan yang sangat besar. Sejak itulah mereka berani solat dan tawaf dikaabah secara terang-terangan. Umar r.a. adalah seorang yang wara, ia sangat teliti dalam mengamalkan Islam. Umar r.a. mempelajari surah Al-Baqoroh selama 10 tahun, ia kemudian melapor kepada Rosulullah SAW , "Wahai Rosulullah SAW apakah kehidupanku telah mencerminkan surah Al-Baqoroh, apabila belum maka aku tidak akan melanjutkan ke surah berikutnya".Rosulullah SAW  menjawab, "Sudah..."!. Umar r.a. mengamalkan agama sesuai dengan kehendak Allah SWT Kerana kesungguhannya inilah maka banyak ayat di Al-Quran yang diturunkan Allah SWT berdasarkan kehendak yang ada pada hatinya, seperti mengenai pengharaman arak, ayat mengenai hijab, dan beberapa ayat Al-Quran lainnya. 

         Rosulullah SWT seringkali menceritakan kepada para sahabatnya mengenai perjalannya mi'raj menghadap Allah SWT Rosulullah SAW sering pula menceritakan bagaimana keadaan surga yang dijanjikan Allah s.w.t. kepada sahabat-sahabatnya. Suatu hari ketika Rosulullah SAW dimi'rajkan menghadap Allah SWT malaikat Jibril a.s. memperlihatkan kepada Rosulullah SAW taman-taman surga. Rosulullah SAW melihat ada sekumpulan bidadari yang sedang bercengkrama. Ada seorang bidadari yang begitu berbeda dari yang lainnya. Bidadari itu menyendiri dan tampak sangat pemalu. Rosulullah SAW.  bertanya kepada Jibril a.s., "Wahai Jibril, bidadari siapakah itu"?. Malaikat Jibril a.s. menjawab, "Bidadari itu adalah diperuntukkan bagi sahabatmu Umar r.a.". Pernah suatu hari ia membayangkan tentang surga yang engkau ceritakan keindahannya. Ia menginginkan untuknya seorang bidadari yang berbeda dari bidadari yang lainnya. Bidadari yang diinginkannya itu berkulit hitam manis, dahinya tinggi, bagian atas matanya berwarna merah, dan bagian bawah matanya berwarna biru serta memiliki sifat yang sangat pemalu. Kerana sahabat-mu itu selalu memenuhi kehendak Allah SWT maka saat itu juga Allah SWT. menjadikan seorang bidadari untuknya sesuai dengan apa yang dikehendaki hatinya".


         Semoga Kisah tentang Bidadari Untuk Umar r.a ini bisa bermanfaat, menginspirasi dan bisa menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita. Aamiin

* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid

Menahan Lapar Semalaman Karena Menghormati Tamu


         Seorang telah datang menemui Rosulullah SAW dan telah menceritakan kepada Baginda SAW. tentang kelaparan yang dialami olehnya. Kebetulan pada ketika itu Baginda s.a.w. tidak mempunyai suatu apa makanan pun pada diri Baginda SAW. mahupun di rumahnya sendiri untuk diberikan kepada orang itu. Baginda SAW kemudian bertanya kepada para sahabat,"Adakah sesiapa di antara kamu yang sanggup melayani orang ini sebagai tetamunya pada malam ini bagi pihak aku?" Seorang dari kaum Ansar telah menyahut, "Wahai Rosulullah SAW, saya sanggup melakukan seperti kehendak tuan itu."

Orang Ansar itu pun telah membawa orang tadi ke rumahnya dan menerangkan pula kepada isterinya seraya berkata, "Lihatlah bahawa orang ini ialah tetamu Rosulullah SAW Kita mesti melayaninya dengan sebaik-baik layanan mengikut segala kesanggupan yang ada pada diri kita dan semasa melakukan demikian janganlah kita tinggalkan sesuatu makanan pun yang ada di rumah kita." Lalu isterinya menjawab, "Demi Allah! Sebenarnya daku tidak ada menyimpan sebarang makanan pun, yang ada cuma sedikit, itu hanya mencukupi untuk makanan anak-anak kita di rumah ini ?"

Orang Ansar itu pun berkata, "Kalau begitu engkau tidurkanlah mereka dahulu (anak-anaknya) tanpa memberi makanan kepada mereka. Apabila saya duduk berbual-bual dengan tetamu ini di samping jamuan makan yang sedikit ini, dan apabila kami mulai makan engkau padamlah lampu itu, sambil berpura-pura hendak membetulkannya kembali supaya tetamu itu tidakk akan ketahui bahawa saya tidak makan bersama-samanya." Rancangan itu telah berjalan dengan lancarnya dan seluruh keluarga tersebut termasuk kanak-kanak itu sendiri terpaksa menahan lapar semata-mata untuk membolehkan tetamu itu makan sehingga berasa kenyang. Berikutan dengan peristiwa itu, Allah SWT. telah berfirman yang bermaksud, "Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka berada dalam kesusahan." (Al-Hasy : 9)



         Semoga Kisah tentang Menahan Lapar Semalaman Karena Menghormati Tamu ini bisa bermanfaat, menginspirasi dan bisa menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita. Aamiin

* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid

Syahid Selepas Mengucapkan Syahadah


         Suatu ketika tatkala Rosulullah SAW. sedang bersiap di medan perang Uhud, tiba-tiba terjadi hal yang tidak terduga. Seorang lelaki yang bernama Amar bin Thabit telah datang menemui Baginda SAW Dia rupanya ingin masuk Islam dan akan ikut perang bersama Rosulullah SAW. Amar ini berasal dari Bani Asyahali. Sekalian kaumnya ketika itu sudah Islam setelah tokoh yang terkenal Saad bin Muaz memeluk Islam. Tetapi Amar ini enggan mengikut kaumnya yang ramai itu. Keangkuhan jahiliyyah menonjol dalam jiwanya, walaupun dia orang baik dalam pergaulan. Waktu kaumnya menyerunya kepada Islam, ia menjawab, "Kalau aku tahu kebenaran yang aku kemukakan itu sudah pasti aku tidak akan mengikutnya." Demikian angkuhnya Amar. 


Kaum Muslimin di Madinah pun mengetahui bagaimana keanehan Amar di tengah-tengah kaumnya yang sudah memeluk Islam. Ia terasing sendirian, hatinya sudah tertutup untuk menerima cahaya Islam yang terang benderang. Kini dalam saat orang bersiap-siap akan maju ke medan perang, dia segera menemui Rosulullah SAW , menyatakan dirinya akan masuk Islam malah akan ikut berperang bersama angkatan perang di bawah pimpinan Rosulullah SAW.  Pedangnya yang tajam ikut dibawanya. 
 
Rosulullah SAW.  menyambut kedatangan Amar dengan sangat gembira, tambah pula rela akan maju bersama Nabi Muhammad SAW. Tetapi orang ramai tidak mengetahui peristiwa aneh ini, kerana masing-masing sibuk menyiapkan bekalan peperangan. Di kalangan kaumnya juga tidak ramai mengetahui keIslamannya. Bagaimana Amar maju sebagai mujahid di medan peperangan. Dalam perang Uhud yang hebat itu Amar memperlihatkan keberaniannya yang luar biasa. Malah berkali-kali pedang musuh mengenai dirinya, tidak dipedulikannya. Bahkan dia terus maju sampai saatnya dia jatuh pengsan. 

"Untuk apa ikut ke mari ya Amar?" Demikian tanya orang yang hairan melihatnya, sebab sangka mereka dia masih musyrik. Mereka kira Amar ini masih belum Islam lalau mengikut sahaja pada orang ramai. Dalam keadaan antara hidup dan mati itu Amar lalu berkata, "Aku sudah beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, lalu aku siapkan pedangku dan maju ke medan perang. Allah SWT akan memberikan syahidah padaku dalam waktu yang tidak lama lagi." Amar meninggal. Rohnya mengadap ke hadrat Illahi sebagai pahlawan syahid. Waktu hal ini diketahui Rosulullah SAW , maka Baginda SAW pun bersabda,: "Amar itu nanti akan berada dalam syurga nantinya." Dan kaum Muslimin pun mengetahui akhir hayat Amar dengan penuh takjub, sebab di luar dugaan mereka. Malah Abu Hurairah r.a sahabat yang banyak mengetahui hadith Rasulullah SAW berkata kaum Muslimin, "Cuba kamu kemukakan kepadaku seorang yang masuk syurga sedang dia tidak pernah bersyarat sekalipun juga terhadap Allah SWT." 


"Jika kamu tidak tahu orangnya." Kata Abu Hurairah r.a lagi, lalu ia pun menyambung, ujarnya, "Maka baiklah aku beritahukan, itulah dia Amar bin Thabit." Demikianlah kisah seorang yang ajaib, masuk syurga demikian indahnya. Ia tidak pernah solat, puasa dan lain-lainnya seperti para sahabat yang lain, sebab dia belum memeluk Islam. Tiba-tiba melihat persiapan yang hebat itu, hatinya tergerak memeluk Islam sehingga ia menemui Rosulullah SAW Ia menjadi Muslim, lalu maju ke medan perang, sebagai mujahid yang berani. Akhirnya tewas dia dengan mendapat syahadah iaitu pengakuan sebagai orang yang syahid. Mati membela agama Allah SWT di medan perang. Maka syurgalah tempat bagi orang yang memiliki julukan syahid. Rosulullah SWT menjamin syurga bagi orang seperti Amar ini.


         Semoga Kisah tentang Syahid Selepas Mengucapkan Syahadah ini bisa bermanfaat, menginspirasi dan bisa menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita. Aamiin

* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid

Rabu, 20 Agustus 2014

Annisa, Gadis Kecil Yang Sholehah


 
         Saya akan menceritakan kepada anda kisah yang sangat berkesan ini, seakan-akan anda mendengarnya langsung dari lisan ibunya. Berkatalah ibu gadis kecil tersebut:



          Saat aku mengandung putriku, Annisa, ayahku melihat sebuah mimpi di dalam tidurnya. Ia melihat banyak buruk pipit yang terbang di angkasa. Di antara burung-burung tersebut terdapat seekor merpati putih yang sangat cantik, terbang jauh meninggi ke langit. Maka aku bertanya kepada ayah tentang tafsir dari mimpi tersebut. Maka ia mengabarkan kepadaku bahwa burung-burung pipit tersebut adalah anak-anakku, dan sesungguhnya aku akan melahirkan seorang gadis yang bertakwa. Ia tidak menyempurnakan tafsirnya, sementara akupun tidak meminta tafsir tentang takwil mimpi tersebut.

       
 Setelah itu aku melahirkan putriku, Annisa. Ternyata dia benar-benar seorang gadis yang bertakwa. Aku melihatnya sebagai seorang wanita yang sholehah sejak kecil. Dia tidak pernah mau mengenakan celana, tidak juga mengenakan pakaian pendek, dia akan menolak dengan keras, padahal dia masih kecil. Jika aku mengenakan rok pendek padanya, maka ia mengenakan celana panjang di balik rok tersebut.

Annisa senantiasa menjauh dari segenap perkara yang membuat murka Allah. Setelah dia menduduki kelas 4 SD, dia semakin menjauh dari segenap perkara yang membuat murka Allah. Dia menolak pergi ke tempat-tempat permainan, atau ke pesta-pesta walimah. Dia adalah seorang gadis yang berpegang teguh dengan agamanya, sangat cemburu di atasnya, menjaga shalat-shalatnya, dan sunnah-sunnahnya. Tatkala dia sampai SMP mulailah dia berdakwah kepada agama Allah. Dia tidak pernah melihat sebuah kemungkaran kecuali dia mengingkarinya, dan memerintah kepada yang ma'ruf dan senantiasa menjaga hijabnya.

Permulaan dakwahnya kepada agama Allah adalah permulaan masuk Islamnya pembantu kami yang berkebangsaan Srilangka.

Ibu Annisa melanjutkan ceritanya :
         Tatkala aku mengandung putraku, Abdullah, aku terpaksa mempekerjakan seorang pembantu untuk merawatnya saat kepergianku, karena aku adalah seorang karyawan. Ia beragama Nashrani. Setelah Annisa mengetahui bahwa pembantu tersebut tidak muslimah, dia marah dan mendatangiku seraya berkata: "Wahai ummi, bagaimana dia akan menyentuh pakaian-pakaian kita, mencuci piring-piring kita, dan merawat adikku, sementara dia adalah wanita kafir?! Aku siap meninggalkan sekolah, dan melayani kalian selama 24 jam, dan jangan menjadikan wanita kafir sebagai pembantu kita!!"

Aku tidak memperdulikannya, karena memang kebutuhanku terhadap pembantu tersebut amat mendesak. Hanya dua bulan setelah itu, pembantu tersebut mendatangiku dengan penuh kegembiraan seraya berkata: "Mama aku sekarang menjadi seorang muslimah, karena jasa Annisa yang terus mendakwahiku. Dia telah mengajarkan kepadaku tentang Islam." Maka akupun sangat bergembira mendengar kabar baik ini.

Saat Annisa duduk di kelas 3 SMP, pamannya memintanya hadir dalam pesta pernikahannya. Dia memaksa Annisa untuk hadir, jika tidak maka dia tidak akan ridha kepadanya sepanjang hidupnya. Akhirnya Annisa menyetujui permintaannya setelah ia mendesak dengan sangat, dan juga karena Annisa sangat mencintai pamannya tersebut.

Annisa bersiap untuk mendatangi pernikahan itu. Dia mengenakan sebuah gaun yang menutupi seluruh tubuhnya. Dia adalah seorang gadis yang sangat cantik. Setiap orang yang melihatnya akan terkagum-kagum dengan kecantikannya. Semua orang kagum dan bertanya-tanya, siapa gadis ini? Mengapa engkau menyembunyikannya dari kami selama ini?

Setelah menghadiri pernikahan pamannya, Annisa terserang kanker tanpa kami ketahui. Dia merasakan sakit yang teramat sakit pada kakinya. Dia menyembunyikan rasa sakit tersebut dan berkata: "Ini hanya sakit ringan di kakiku." Sebulan setelah itu dia menjadi pincang, saat kami bertanya kepadanya, dia menjawab: "Sakit ringan, akan segera hilang insyaallah." Setelah itu dia tidak mampu lagi berjalan. Kamipun membawanya ke rumah sakit.

Selesailah pemeriksaan dan diagnosa yang sudah semestinya. Di dalam salah satu ruangan di rumah sakit tersebut, sang dokter berkebangsaan Turki mengumpulkanku, ayahnya, dan pamannya. Hadir pula pada saat itu seorang penerjemah, dan seorang perawat yang bukan muslim. Sementara Annisa berbaring di atas ranjang.

Dokter mengabarkan kepada kami bahwa Annisa terserang kanker di kakinya, dan dia akan memberikan 3 suntikan kimiawi yang akan merontokkan seluruh rambut dan alisnya. Akupun terkejut dengan kabar ini. Kami duduk menangis. Adapun Annisa, saat dia mengetahui kabar tersebut dia sangat bergembira dan berkata "Alhamdulillah... alhamdulillah... alhamdulillah." Akupun mendekatkan dia di dadaku sementara aku dalam keadaan menangis. Dia berkata: "Wahai ummi, alhamdulillah, musibah ini hanya menimpaku, bukan menimpa agamaku."

Diapun bertahmid memuji Allah dengan suara keras, sementara semua orang melihat kepadanya dengan tercengang!!

Aku merasa diriku kecil, sementara aku melihat gadis kecilku ini dengan kekuatan imannya dan aku dengan kelemahan imanku. Setiap orang yang bersama kami sangat terkesan dengan kejadian ini dan kekuatan imannya. Adapun penerjemah dan para perawat, merekapun menyatakan keislamannya !

Berikutnya adalah perjalanan dia untuk berobat dan berdakwah kepada Allah.

        Sebelum Annisa memulai pengobatan dengan bahan-bahan kimia, pamannya meminta akan menghadirkan gunting untuk memotong rambutnya sebelum rontok karena pengobatan. Diapun menolak dengan keras. Aku mencoba untuk memberinya pengertian agar memenuhi keinginan pamannya, akan tetapi dia menolak dan bersikukuh seraya berkata: "Aku tidak ingin terhalangi dari pahala bergugurannya setiap helai rambut dari kepalaku."

Kami (aku, suami dan Annisa) pergi untuk pertama kalinya ke Amerika dengan pesawat terbang. Saat kami sampai di sana, kami disambut oleh seorang dokter wanita Amerika yang sebelumnya pernah bekerja di Saudi selama 15 tahun. Dia bisa berbicara bahasa Arab. Saat Annisa melihatnya, dia bertanya kepadanya: "Apakah engkau seorang muslimah?" Dia menjawab: "Tidak."

Annisa pun meminta kepadanya untuk mau pergi bersamanya menuju ke sebuah kamar kosong. Dokter wanita itupun membawanya ke salah satu ruangan. Setelah itu dokter wanita itu kemudian mendatangiku sementara kedua matanya telah terpenuhi linangan air mata. Dia mengatakan bahwa sesungguhnya sejak 15 tahun dia di Saudi, tidak pernah seorangpun mengajaknya kepada Islam. dan di sini datang seorang gadis kecil yang mendakwahinya. Akhirnya dia masuk Islam melalui tangannya.

Di Amerika, mereka mengabarkan bahwa tidak ada obat baginya kecuali mengamputasi kakinya, karena dikhawatirkan kanker tersebut akan menyebar sampai ke paru-paru dan akan memarikannya akan tetapi Annisa sama sekali tidak takut terhadap amputasi, yang dia khawatirkan adalah perasaan kedua orangtuanya.

         Pada suatu hari Annisa berbicara dengan salah satu temanku melalui Messenger. Annisa bertanya kepadanya: "Bagaimana menurut pendapatmu, apakah aku akan menyetujui mereka untuk mengamputasi kakiku?" Maka dia mencoba untuk menenangkannya, dan bahwa mungkin kaki palsu sebagai gantinya. Maka Annisa menjawab dengan satu kalimat: "Aku tidak memperdulikan kakiku, yang aku inginkan adalah mereka meletakkanku di dalam kuburku sementara aku dalam keadaan sempurna. " Temanku tersebut berkata: "Sesungguhnya setelah jawaban Annisa, aku merasa kecil di hadapan Annisa, Aku tidak memahami sesuatupun, seluruh pikiranku saat itu tertuju kepada bagaimana dia nanti akan hidup, sedangkan fikirannya lebih tinggi dari itu, yaitu bagaimana nanti dia akan mati."

Kamipun kembali ke Saudi setelah kami amputasi kaki Annisa, dan tiba-tiba kanker telah menyerang paru-paru!!

Keadaannya sungguh membuat putus asa, karena mereka meletakkannya di atas ranjang, dan disisinya terdapat sebuah tombol. Hanya dengan menekan tombol tersebut maka dia akan tersuntik dengan jarum bius dan jarum infus.

Di rumah sakit tidak terdengar suara adzan dan keadaannya seperti orang yang koma. Tetapi hanya dengan masuknya waktu shalat dia terbangun dari komanya, kemudian meminta air, kemudian wudhu dan shalat, tanpa ada seorangpun yang membangunkannya!!

Di hari-hari terakhir Annisa, para dokter mangabari kami bahwa tidak ada gunanya lagi ia di rumah sakit. Sehari atau dua hari lagi dia akan meninggal. Aku ingin dia menghabiskan hari-hari terakhirnya di rumah ibuku.

Di rumah, dia tidur di sebuah kamar kecil. Aku duduk di sisinya dan berbicara dengannya.

         Pada suatu hari, istri pamannya datang menjenguk. Aku katakan bahwa dia berada di dalam kamar sedang tidur. Ketika dia masuk ke dalam kamar, dia terkejut kemudian menutup pintu. Akupun terkejut dan khawatir terjadi sesuatu pada Annisa. Maka aku bertanya kepadanya, tetapi dia tidak menjawab. Maka aku tidak mampu lagi menguasai diri, akupun pergi kepadanya. Saat aku membuka kamar, apa yang kulihat membuatku tercengang. Saat itu lampu dalam keadaan dimatikan, sementara wajah Annisa memancarkan cahaya di tengah kegelapan malam. Dia melihat kepadaku kemudian tersenyum.
Dia berkata: "Ummi kemarilah, aku mau menceritakan sebuah mimpi yang telah kulihat."
Kukatakan: "(Mimpi) yang baik Insya Allah. "
Dia berkata: "Aku melihat diriku sebagai pengantin di hari pernikahanku, aku mengenakan gaun berwarna putih yang lebar. Engkau dan keluargaku, kalian semua berada disekelilingku. Semuanya berbahagia dengan pernikahanku, kecuali engkau ummi."
Akupun bertanya kepadanya: "Bagaimana menurutmu tentang tafsir mimpimu tersebut."
Dia menjawab: "Aku menyangka, bahwasanya aku akan meninggal, dan mereka semua akan melupakanku, dan hidup dalam kehidupan mereka dalam keadaan berbahagia kecuali engkau ummi. Engkau terus mengingatku, dan bersedih atas perpisahanku."

Benarlah apa yang dikatakan Annisa. Aku sekarang ini, saat aku menceritakan kisah ini, aku menahan sesuatu yang membakar dari dalam diriku, setiap kali aku mengingatnya, akupun bersedih atasnya.

         Pada suatu hari, aku duduk dekat dengan Annisa, aku dan ibuku. Saat itu Annisa berbaring diatas ranjangnya kemudian dia terbangun. Dia berkata: "Ummi, mendekatlah kepadaku, aku ingin menciummu." Maka diapun menciumku. Kemudian dia berkata: "Aku ingin mencium pipimu yang kedua ." Akupun mendekat kepadanya, dan dia menciumku, kemudian kembali berbaring di atas ranjangnya. Ibuku berkata kepadanya: "Annisa, ucapkanlah la ilaaha illallah."

Kemudian dia menghadapkan wajah ke arah qiblat dan berkata: "Asyhadu allaa ilaaha illallaah." Dia mengucapkannya sebanyak 10 kali. Kemudian dia berkata: "Asyhadu allaa ilaaha illallahu wa asyhadu anna muhammadan rasuulullaah." Dan kelurlah rohnya.

Maka kamar tempat dia meninggal di dalamnya dipenuhi oleh aroma minyak kesturi selama 4 hari. Aku tidak mampu untuk tabah, keluargaku takut akan terjadi sesuatu terhadap diriku. Maka merekapun meminyaki kamar tersebut dengan aroma lain sehingga aku tidak bisa lagi mencium aroma Annisa. Dan tidak ada yang aku katakan kecuali alhamdulillah rabbil 'aalamin.


Kisah Teladan dari seorang Gadis Kecil yang Sholehah bernama Annisa ini, Subhnallah luarbiasa apalagi jika kisahnya bukan hanya dibaca dengan penuh penghayatan, tapi jua bisa diimplementasikan ke kehidupan nyata kita sebagai sebuah Cermin Kehidupan, mungkin jika dunia ini semua wanita mempunyai sikap seperti Annisa saya yakin dunia ini akan terasa lebih indah dan damai, serta mungkin semua wanita adalah calon penghuni Syurga.




          Semoga Kisah tentang Annisa, Gadis Kecil Yang Sholehah ini bisa bermanfaat, menginspirasi dan bisa menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita. Aamiin

* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid



Selasa, 19 Agustus 2014

Jika Esok Tak Pernah Datang

 
       
       
Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya kulihat dirimu
terlelap tidur, 
Aku akan menyelimutimu dengan lebih rapat dan berdoa kepada Tuhan agar menjaga jiwamu.

Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya kulihat dirimu melangkah keluar pintu, Aku akan memelukmu erat dan menciummu dan memanggilmu kembali untuk melakukannya sekali lagi.


Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya kudengarsuaramu memuji,
Aku akan merekam setiap kata dan
tindakan dan memutarnya lagi sepanjang sisa hariku.

Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya, aku akan meluangkan waktu ekstra satu atau dua menit, Untuk berhenti dan mengatakan “Aku mencintaimu” dan bukannya menganggap kau sudah tahu.

Jadi untuk berjaga-jaga seandainya esok tak pernah datang dan hanya hari inilah yang kupunya, Aku ingin mengatakan betapa aku sangat mencintaimu dan kuharap kita takkan pernah lupa.

Esok tak dijanjikan kepada siapa pun, baik tua maupun muda.
Dan hari ini mungkin kesempatan terakhirmu untuk
memeluk erat orang tersayangmu.

Jadi, bila kau sedang menantikan esok, mengapa tidak melakukannya sekarang?

Karena bila esok tak pernah datang, kau pasti akan menyesali hari.

Saat kau tidak meluangkan waktu untuk memberikan sebuah senyuman, pelukan atau ciuman.
Dan saat kau terlalu sibuk
untuk memberi seorang yang ternyata merupakan permintaan terakhir mereka.

Jadi, dekap erat orang-orang tersayangmu hari ini dan bisikkan di telinga mereka,
bahwa kau sangat mencintai
mereka dan kau akan selalu menyayangi mereka.

Luangkan waktu untuk mengatakan :
“Aku menyesal”,
“Maafkan aku”, Terima kasih”, atau “aku tidak apa-apa”
Dan bila esok tak pernah datang, kau takkan menyesali hari ini.


* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid

Senin, 18 Agustus 2014

Syair Do'a Abu Nawas - Al I’tiraf ( Sebuah Pengakuan )

 
Lukisan Abu Nawas    

         Abu Nawas adalah pujangga Arab dan merupakan salah satu penyair terbesar sastra Arab klasik. Penyair ulung sekaligus tokoh sufi ini mempunyai nama lengkap Abu Ali Al Hasan bin Hani Al Hakami dan hidup pada zaman Khalifah Harun Al-Rasyid di Baghdad (806-814 M). Oleh masyarakat luas Abu Nawas dikenal terutama karena kecerdasan dan kecerdikan dalam melontarkan kata-kata, sehingga banyak lahir anekdot jenaka yang sarat dengan hikmah.
 







Berikut ini salah satu karya besarnya sebagai seorang penyair: Al-I’tiraaf – Sebuah pengakuan.

ِإِلهِي لََسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلاَ# وَلاَ أَقوى عَلَى النّارِ الجَحِيم
Ilaahii lastu lil firdausi ahlaan wa laa aqwaa ‘alaa naaril jahiimi
Wahai Tuhanku ! Aku bukanlah ahli surga, tapi aku tidak kuat dalam neraka Jahim

فهَبْ لِي تَوْبَةً وَاغْفِرْ ذنوبِي # فَإنّكَ غَافِرُ الذنْبِ العَظِيْم
Fa hablii taubatan waghfir zunuubii fa innaka ghaafirudzdzambil ‘azhiimi
Maka berilah aku taubat (ampunan) dan ampunilah dosaku, sesungguhnya engkau Maha Pengampun dosa yang besar

ذنوبِي مِثلُ أَعْدَادٍ الرّمَالِ # فَهَبْ لِي تَوْبَةً يَاذَاالجَلاَل
Dzunuubii mitslu a’daadir rimaali fa hablii taubatan yaa dzaaljalaali
Dosaku bagaikan bilangan pasir, maka berilah aku taubat wahai Tuhanku yang memiliki keagungan

وَعُمْرِي نَاقِصٌ فِي كُلِّ يَوْمٍ # وَذنْبِي زَائِدٌ كَيفَ احْتِمَالِي
Wa ‘umrii naaqishun fii kulli yaumi wa dzambii zaa-idun kaifah timaali
Umurku ini setiap hari berkurang, sedang dosaku selalu bertambah, bagaimana aku menanggungnya

َإلهي عَبْدُكَ العَاصِي أَتَاكَ # مُقِرًّا بِالذنوبِ وَقَدْ دَعَاك
Ilaahii ‘abdukal ‘aashii ataaka muqirran bidzdzunuubi wa qad da’aaka
Wahai, Tuhanku ! Hamba Mu yang berbuat dosa telah datang kepada Mu dengan mengakui segala dosa, dan telah memohon kepada Mu

َفَإِنْ تَغْفِرْ فَأنْتَ لِذاك أَهْلٌ # فَإنْ تَطْرُدْ فَمَنْ نَرْجُو سِوَاك
Fa in taghfir fa anta lidzaaka ahlun wa in tathrud faman narjuu siwaaka
Maka jika engkau mengampuni, maka Engkaulah yang berhak mengampuni. Jika Engkau menolak, kepada siapakah lagi aku mengharap selain kepada Engkau?


          Semoga artikel tentang Syair Do'a Abu Nawas - Al I’tiraf ( Sebuah Pengakuan ) ini bisa bermanfaat, menginspirasi dan bisa menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita. Aamiin

* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid

Jumat, 15 Agustus 2014

Cukuplah Surga Hanya Sampai di Hatimu Karena Niatmu adalah Menghijabi Hati


        Al-Kisah Diceritakan, ada seorang wanita yang dikenal taat dalam beribadah. Dia sangat rajin melakukan ibadah wajib maupun sunah.


         Hanya ada satu kekurangannya, ia tak mau berjilbab menutupi auratnya. Setiap kali ditanya ia hanya tersenyum, seraya menjawab: "Insya Allah yang penting hati dulu yang berjilbab."

Sudah banyak orang yang menanyakan maupun menasehatinya. Tapi jawabannya tetap sama. Hingga suatu malam ia bermimpi sedang berada disebuah taman yang indah. Rumputnya sangat hijau. Berbagai macam bunga bermekaran. Ia bahkan bisa merasakan bagaimana segarnya udara dan wanginya bunga.

Sebuah sungai yang sangat jernih. Airnya kelihatan melintas dipinggir taman. Semilir angin pun ia rasakan di sela-sela jarinya. Ada beberapa wanita disitu yang terlintas juga menikmati pemandangan keindahan taman.


Ia pun menghampiri salah satu wanita tersebut. Wajahnya sangat bersih, seakan-akan memancarkan cahaya yang sangat lembut.

"Assalamu'alaikum saudariku..."
"Wa'alaikum salam, selamat datang wahai saudariku..."
"Terimakasih, apakah ini surga?" Wanita itu tersenyum. "Tentu saja bukan wahai saudariku. Ini hanyalah tempat menunggu sebelum surga."
"Benarkah? Tak bisa kubayangkan seperti apa indahnya surga jika tempat menunggunya saja sudah seindah ini..." Wanita itu tersenyum lagi kemudian bertanya, "Amalan apa yang bisa membuatmu kembali wahai sudariku?"
"Aku selalu menjaga sholat, dan aku menambah dengan ibadah-ibadah sunah."
"Alhamdulillah..." Tiba-tiba jauh diujung taman ia melihat sebuah pintu yang sangat indah. Pintu itu terbuka, dan ia melihat beberapa wanita yang di taman tadi mulai memasukinya satu per satu. "Ayo, kita ikuti mereka!" kata wanita itu sambil setengah berlari.
"Apa dibalik pintu itu?"
"Tentu saja surga wahai saudariku..." Larinya semakin cepat.
"Tunggu... tunggu aku..." ia berlari sekancang-kencangnya, namun tetap tertinggal.

Wanita itu hanya setengah berlari sambil tersenyum padanya. Namun ia tetap saja tak mampu mengejarnya meski ia sudah berlari sekuat tenaga.
Ia lalu berteriak, "Amalan apa yang engkau lakukan sehingga engkau tampak begitu ringan?"
"Sama denganmu wahai saudariku..." jawab wanita itu sambil tersenyum. Wanita itu telah mencapai pintu. Sebelah kakinya telah melewati pintu. Sebelum wanita itu melewati pintu sepenuhnya, ia berteriak pada wanita itu.

"Amalan apalagi yang engkau lakukan yang tidak aku lakukan?" Wanita itu menatapnya dan tersenyum lalu berkata, "Apakah engkau tidak memperhatikan dirimu apa yang membedakan dengan diriku?" Ia sudah kehabisan nafas, tak mampu lagi menjawab.

"Apakah engkau mengira bahwa Rabbmu akan mengizinkanmu masuk ke Surga-Nya tanpa jilbab penutup aurat?" kata wanita itu. Tubuh wanita itu telah melewati, tapi tiba-tiba kepalanya mengintip keluar memandangnya dan berkata, "Sungguh disayangkan, amalanmu tak mampu membuatmu mengikutiku memasuki surga ini.

Cukuplah Surga hanya sampai dihatimu karena niatmu adalah menghijabi hati." Ia tertegun, lalu terbangun... Beristighfar lalu mengambil wudhu. Ia tunaikan sholat malam, menangis dan menyesali perkataannya dahulu.

Dan sekarang ia berjanji sejak saat ini ia akan MENUTUP AUROTNYA.

"Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, 'Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal karena mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Ahzab: 59)

Berjilbab adalah perintah langsung dari Allah swt, lewat utusan-Nya yakni Baginda Nabi Besar Muhammad Rasulullah saw.

Yang namanya perintah dari Allah adalah wajib bagi seorang hamba untuk mematuhi-Nya. Dan apabila dilanggar, ini jelas ia telah berdosa. 

 "Wallahu A'lam Bish Showab..."


           Semoga Cerpen tentang Cukuplah Surga Hanya Sampai di Hatimu Karena Niatmu adalah Menghijabi Hati ini bisa bermanfaat, menginspirasi dan bisa menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita. Aamiin

* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid


Pelukan Terakhir, Sang Anak Yatim Piatu


        Udara begitu dingin malam itu. Ada dua orang anak kecil yang sedang duduk saling berdekapan di teras samping rumah tingkat yang gelap, tanpa penerangan sedikitpun. Hanya pancaran cahaya lampu jalan milik rumah-rumah di sekitar kompleks itu yang menerangi gigilan hebat tubuh mereka.

   
       Sang adik kira-kira baru berusia 6 tahun sementara sang kakak berusia sekitar 8 – 9 tahun. Tubuh sang kakak amat kurus dan gigilan tubuhnya lebih hebat dibandingkan dengan adiknya yang sedang tertidur di dekapannya. Tak ada selimut, tak ada jaket, tak ada makanan. Mereka hanya mengenakan baju pendek dan celana pendek.

Sang adik tiba-tiba terbangun dan merintih karena perutnya terasa sakit. Sejak kemarin mereka belum makan. Mereka tak punya uang sepeserpun walau hanya untuk membeli sepotong roti.

“ Kak, perutnya sakit …” erang sang adik yang mau tidak mau membuat sang kakak jadi kebingungan. Ia pun sangat lapar dan kedinginan. Tapi, apa yang bisa mereka makan?

“ Tidur aja, dik … besok pagi kita pasti bisa makan “ sang kakak berusaha menghibur adiknya walau suaranya semakin parau karena kedinginan. Sang adik pun tertidur, tapi sang kakak bisa merasakan kalau sang adik sedang terisak di pelukannya.
Sang kakak tahu, perut adiknya pasti sangat lapar, sama seprti dirinya. Ia pun tidak tahu sampai kapan mereka akan tetap bertahan kalau keadaannya seperti ini terus.

         Sejak dua hari yang lalu, ibu mereka meninggal dunia dan mereka sudah tidak punya tempat tinggal lagi. Ayah merekapun sudah lama meninggal. Mereka tak punya sanak saudara untuk mereka jadikan sebagai sandaran hidup. 


Akhirnya mereka terlunta-lunta di jalanan tanpa sedikitpun uang dan pakaian. Mereka diusir dari rumah kontrakan yang tadinya mereka tempati bersama ibu mereka. 
Anak kecil mana bisa bayar uang kontrakan, begitu alasan sang pemilik rumah kontrakan itu.
Sejak kemarin, mereka terus berjalan tanpa tujuan. Baru menjelang malam mereka sampai di teras rumah yang sekarang menaungi tubuh rapuh mereka. 

Sang kakak tidak merasa yakin mereka bisa melewati malam yang begitu dingin itu.
Mereka tidak berani meminta tolong penduduk sekitar. Mereka masih kecil dan terlalu takut untuk meminta tolong. Karena mereka tau, mereka akan dipandang sebelah mata, dianggap pengemis yang hanya berpura-pura mengemis untuk membiayai orang tua mereka yang pengangguran.

Di tengah rintikan halus hujan malam yang dingin itu, dua orang kakak adik itupun tertidur dengan perut yang sangat lapar dan tubuh yang lemah, hanya berselimutkan tubuh satu sama lain yang saling berpelukan.

          Pagi harinya, saat sang adik terbangun, ia menemukan kakaknya sedang merintih kesakitan sambil memegangi perutnya. Sang adik yang masih kecil itupun panik dan pada awalnya dia hanya bisa menangis.
Tangisannya itulah yang pada akhirnya mengundang perhatian penduduk sekitar. Semua orang berdatangan untuk melihat siapa yang menangis sepagi itu. 

Beberapa orang langsung menghampiri dua tubuh kurus itu lalu memeriksa keadaan mereka.
Baju mereka basah kuyup dan tubuh sang kakak amat panas. Beberapa orang lainnya mengambilkan pakaian untuk mereka, beberapa orang lagi memberikan makanan dan ada seorang ibu yang dengan baik hati mau mengolesi perut sang kakak dengan minyak angin karena sang kakak mengeluh perutnya amat sakit.

Sang adik terdiam dari tangisannya dan dibawa oleh seorang penduduk ke rumahnya. Sementara sang kakak yang merintih kesakitan, langsung dilarikan ke rumah sakit untuk diperiksa dokter.

Rupanya, hari itu adalah hari terakhir sang kakak beradik itu bertemu. Karena setelahnya, mereka tidak pernah bertemu lagi selamanya. Sang kakak meninggal di rumah sakit karena penyakit angin duduknya sudah sangat parah akibat kehujanan semalaman ditambah dengan perutnya yang kosong. 

Sang adik pun dirawat oleh salah seorang penduduk, ia selamat.

Sayangi, Cinta, dan Jagalah adik maupun kakak kita dengan baik serta penuh kasih sayang, karena pangkuan tanggung jawab setelah orangtua tidak ada berada ditangan kita.


        Semoga Cerpen tentang Pelukan Terakhir, Sang Anak Yatim Piatu ini bisa bermanfaat, menginspirasi dan bisa menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita. Aamiin

* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid