Kamis, 30 Mei 2013

Janji Menjadi Istri di Dunia dan Akhirat

           Nama perempuan shalihah ini, Hujaimah binti Huyai. Suaminya adalah Abu Darda, sahabat Rasulullah yang mulia. Karena itulah ia lebih dikenal dengan sebutan Ummu Darda. Gelar As-Shughra tersemat di belakang namanya karena ia dinikahi setelah Ummu Darda Al Kubra, istri pertama Abu Darda yang juga shahabiyah, wafat.
           Sebenarnya Hujaimah anak angkat Abu Darda. Sejak kecil, Hujaimah yang yatim diasuh dan dididik oleh Abu Darda. Gadis kecil ini selalu diajak Abu Darda menghadiri majelis-majelis ilmu, duduk bersama para lelaki untuk mempelajari Al-Qur’an, langsung dari para sahabat Rasulullah dan ulama. Tak heran bila Hujaimah mahir membaca Qur’an serta tumbuh menjadi gadis remaja yang cerdas dan berakhlak mulia.
           Menikah dengan Abu Darda membuat Hujaimah dapat belajar langsung dari sang suami. Karena cinta dan kekagumannya pada suami, ia selalu berdo'a agar tak hanya didunia ia menjadi istri Abu Darda. Kelak diakhirat, ia ingin dinikahkan Allah dengan suaminya itu.
Mengetahui perasaan dan keinginan istrinya, Abu Darda berpesan, “Bila memang itu keinginanmu, maka bila aku meninggal lebih dulu, janganlah kamu menikah dengan orang lain lagi.”
Janji ini ditepati Ummu Darda. Sepeninggal Abu Darda (wafat pada 32 H), lamaran yang datang kepadanya tak satu pun ia terima. Ia memilih menjalani hari-harinya dengan memperdalam dan menyebarkan ilmunya, serta menghabiskan waktu dengan zikir dan ibadah.
           Nama Ummu Darda menggaung sebagai perempuan ahli fikih dan meriwayatkan hadits-hadits dari suaminya. Kezuhudannya pun amat dikenal. Muridnya tak hanya kaum perempuan, ulama terkemuka di kalangan tabi’in pun berguru kepadanya. Rumahnya di Damaskus tak pernah sepi dari orang-orang yang ingin menimba ilmu darinya, berzikir dan beribadah bersamanya.
           Khalifah Abdul Malik bin Marwan termasuk salah satu tokoh yang kerap menghadiri majelis ilmu Ummu Darda bila ia mengajar di Baitul Maqdis, Palestina. Sejak suaminya wafat, Ummu Darda memang tinggal selama 6 bulan di Baitul Maqdis untuk mengajar di Masjid Al Aqsha dan 6 bulan berikutnya di Damaskus.
           Ummu Darda dekat dengan Khalifah Abdul Malik yang kerap meminta nasehat kepadanya. Sebagai ulama, Ummu Darda tak sungkan menasehati bahkan menegur bila ia melihat ada perilaku khalifah yang tak sesuai tuntutan dan akhlak Islam. Semua perkataannya dihargai dan didengarkan oleh Khalifah.
Perempuan shalihah ini wafat pada 81 H, usai menunaikan ibadah haji. Sebagaimana kesetiaan yang telah ia tunjukkan kepada sang suami, Ummu Darda dimakamkan bersebelahan dengan makam Abu Darda di Babus Shaghir, Damaskus, menanti pertemuan dengan suaminya kelak di negeri yang kekal.


Semoga Kisah Ummu Darda ini bisa menginspirasi para kaum wanita diseluruh dunia. Amin
* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid

 



0 komentar:

Posting Komentar