Rabu, 20 November 2013

Kasih ibu yang Meluluhkan Hati





        Seperti mimpi, ini benar-benar sebuah mimpi ataukah sebuah kenyataan. Ibu ku,  malaikatku yang ku sayangi, kenapa berubah. Ku kira akibat benturan itu, saat ibu jatuh terpeleset karena lantai yang licin terkena tumpahan jus apel yang tumpah tersenggol kak Nana, ibu baik-baik saja. Namun apa yang terjadi, kini ibu hilang ingatan. Dari sekian sanak saudara, hanya kak Nana yang ibu ingat. Kau tahu? Selama ini kak Nana tak memperlakukan ibu dengan baik, ia terkesan cuek dan kadang membantah kata-kata ibu.

    
 
       



            Bagai hujan di saat cuaca cerah, ini mimpi atau kenyataan? Ku cubit pipiku, rasanya sakit. Ternyata ini nyata, bukan sekedar bunga tidur.
“Ibu, aku buatkan sup kesukaan ibu, masih hangat supnya, ibu pasti suka” kataku diiringi hati yang bergetar.
“Kau siapa, aku tak mengenalmu… pergi kau dari hadapanku”...
“Aku… aaaku putri ibu”...
“Bukan, kau pembohong, putriku hanya Nana seorang”...
“Ya baiklah, tak apa… tapi ibu cicipi sup ini, masih hangat bu, pasti enak” kataku sambil berusaha menyuapi ibu”
“Aku tak suka sup”...

Praaangggg .....
Suara piring pecah terdengar memecah keheningan pagi, tumpahan sup membasahi lantai. Pemandangan yang sangat asing bagiku, hari ini kenyataan pahit ini benar-benar nyata.
“ Pergi kau dari hadapanku” kata ibu dengan tatapan kosong melihat langit-langit.
“Aku akan membersihkan lantai ini dulu bu, lantainya basah juga pecahan mangkuk ini akan ku bereskan dulu ya bu”...
“ Tak usah, biarkan saja”...
Aku tetap membersihkan lantai yang basah dihiasi pecahan mangkuk sup, ku lihat tatapan ibu masih kosong. Tak peduli padaku. Aku melangkah menjauhi ibu, samar-samar ku lihat raut wajahnya yang sangat penyayang bagiku.

         Saat paling menyakitkan, saat orang yang kau sayangi berubah menjadi sosok yang tak kau kenali, seperti orang asing. Namun di hatimu yang paling dalam seseorang itu, tersimpan baik di hatimu. Tak mampu kau sirnakan hadirnya di pelupuk matamu. Kak Nana tahu jika saat ini ibu hanya mengingatnya, yang ada di memori ibu hanya ada dia. Namun sikap kak Nana tak berubah pada ibu. Ia tetap dingin pada ibu.

“Putriku Nana sayang, boleh ibu duduk di sampingmu” kata ibu dengan lembut.
“Boleh”...
“Kau mau sarapan tidak nak, akan ibu ambilkan. Dari tadi pagi kau belum sarapan”...
“Tak usah, aku bisa ambil sendiri”...
“Kenapa, kau dingin sekali pada ibu nak? Kau tahu yang ibu ingat hanya kau, di ingatan ibu hanya kamu yang ibu ingat, kau sangat berarti untuk ibu”...
“Bohong, ibu selama ini lebih menyayangi Nina dari pada aku, semua yang ibu katakan bohong. Walaupun ibu lupa ingatan dan hanya mengingatku tetap saja rasa sakitku tak bisa hilang. Ibu selalu menomor satukan Nina. Apa-apa Nina.
“Kau bicara apa nak? Ibu tak mengerti”...
Nana hanya diam membisu. Hanya terdengar langkah kaki yang memecah keheningan kebekuan hati Nana.
Tak terasa butiran air mata itu menetes. Jatuh membasahi pipiku. Aku yang sejak tadi duduk terdiam tak sengaja mendengarkan percakapan ibu dak kak Nana. Aku tak tau ternyata selama ini kak Nana iri terhadapku yang selalu diperhatikan ibu. Padahal menurutku kasih sayang ibu yang diberikan pada kami sama. Seimbang. Tapi mengapa kak Nana seperti itu. Aku hanya seperti orang asing di mata ibu kini.
Ibu melihatku, namun ia hanya terdiam.
“Bu, ini sudah malam…. ibu belum mengantuk?”...
“Jangan menyapaku, jangan bertanya padaku, gara-gara kau putri kesayanganku membenciku”
“Maaf bu, baik aku akan diam saja”.

         Ya Allah… Ya Tuhanku… Tenggorokanku terasa lebih kering lagi dari sebelumnya, tak mampu ku menatap wajah ibu. Habis sudah kata-kataku. Ingin ku kunci mulut ini agar ibu tak marah-marah lagi karenaku. Tapi aku tak bisa, aku ingin selalu menyapanya. Menyapa orang yang ku sayangi.
“Kak Nana, bisakah kaka bersikap lembut pada ibu, jangan dingin lagi. Kau sangat berarti untuk ibu, lihatlah hanya kaka yang ada dalam ingatan ibu”
“Jangan sok dewasa kamu, dasar anak kecil sok tahu”...
“Apa salahku kak?”...
“Apa salahmu, kau tak tahu selama ini ibu hanya selalu membanggaknmu, dengan semua prestasimu, dan apalah alasan lainnya kau ringkih tak punya daya tahan tubuh yang kuat, itu hanya alasan saja”.
“Maaf kak ...
“Maaf..maaf… enggak ada artinya kata-katamu itu. Pergi menjauh dariku dasar anak emas, aku tak mau bertengkar lagi dengan mu”
“Baik, aku akan masuk ke kamar… kak”.

           Hari berganti hari. Titik terang itu mulai terlihat. Ku lihat cahaya putih telah ada di sisi gelap. Kini seiring berjalannya waktu sikap kak Nana sudah sedikit berubah. Ia tak lagi dingin lagi terhadap ibu. Memang kasih sayang bisa meluluhkan hati. Aku senang. Aku bahagia. Aku bahagia dengan lupa ingatannya ibu, kini ibu bisa mendekati hati kak Nana. Akhirnya kini hati kak Nana luluh juga, dengan sisi lain karena ibu tak memperhatikanku lagi. Kak Nana kini menjadi sesosok orang yang penyayang. Kak Nana juga sudah bersikap baik terhadapku. Namun aku tak mau merusak kebahagiaan mereka, toh ibu sama sekali tak mengingatku. Ku putuskan untuk pergi dari rumah.

“Kakak, lebih baik aku pergi dari rumah, kini kakak dan ibu telah baikan kalian telah bahagia”...
“Jangan dek, kakak menyayangimu, kakak yakin suatu saat nanti ibu bisa mengingatmu lagi, percayalah”...
“Aku tak ingin merusak suasana bahagia kalian kak”...
“Tapi, bukankah ini sungguh kekanak-kanakan adek ku, ini seperti bukan kau”...
“Aku hanya ingin, tak mau mengganggu kebahagian kalian”...
“Baik jika itu keputusanmu, tapi jangan pergi sekarang tunggulah besok pagi sekarang sudah larut”...
“Iya baiklah kak aku akan turuti permintaanmu, aku akan pergi besok pagi kak, dan jangan khawatir aku sudah merapikan barang-barangku tadi pagi jadi kakak tak perlu khawatir”...
“keputusan yang bijak adikku”...

         Di malam sunyi ini, hanya air mata yang menemaniku. Tetes demi tetes bergulir lembut di pipiku. Harapanku semoga esok pagi dengan kepergianku dari rumah akan semakin membuat ibu dan kakak bahagia. Bahagia selalu. Karena bagiku kebahagiaan mereka sangat berarti untukku.
Terdengar suara bahagia, ku dengar lamat-lamat. Eenggg… ing… .eng… selamat ulang tahun anakku sayang. Suara lembut itu, suara ibu. Sangat lembut menyapa, ini pasti mimpi. Ku cubit pipiku, aduh rasanya sakit. Ini sungguh bukan mimpi.

        “Selamat ulang tahun anakku sayang, apa kau lupa hari ini kau ulang tahun? Bawa kemari kuenya Nana”...
“Selamat ulang tahun adikku, ini kue spesial buatan kami, cantikkan kuenya seperti kamu, cantik banget deh”
“Ada apa ini kenapa ibu mengingatku lagi, apakah ingatan ibu tlah kembali?”...
“Tidak nak, ibu tidak lupa ingatan ibu hanya ingin mengujimu dan ibu ingin mengambil hati kakakmu dengan rahasia kecil, ternyata kau memang baik nak, kau tetap berlaku baik pada ibu walaupun ibu kasar padamu dan kakakmu akhirnya berubah juga. Ternyata ibu yang salah, ibu kurang memberi perhatian pada kakakmu”
Aku hanya diam tak bergeming mendengar penjelasan ibu barusan. Antara mimpi dan kenyataan.
“Nina, kakak minta maaf selama ini kakak salah, kakak hanya terpenjara dalam rasa iri dan hati kakak buta akan kasih sayang, kakak tak mengira kau yang menolong kakak, kau yang mendonorkan sumsum tulang belakangmu, ibu perhatian padamu karena hal ini kan, aku sungguh malu padamu, kau begitu baik padaku tapi apa balasanku sebagai kakak, aku hanya bersikap dingin padamu, maafkan kakak”
“Nak, kasih sayang bisa melembutkan seseorang, bisa melelehkan kedinginan seseorang. Kau harus yakin itu. Mungkin cara ibu salah, tapi entah mengapa ibu memikirkan dan memainkan skenario ini. Dan alhasil kakak mu kini terkena virus sayang dari ibu, virus kasih sayang”...
“Akh ibu bisa saja, Nana jadi malu”
“Aku sayang ibu, aku juga sayang kakak”
Aku ingin selalu ibu dan kakak bahagia. Tak ingin aku melihat ibu dan kakak bersedih.
Aku sangat menyayangi mereka. Ya Allah, Ya Tuhanku sayangilah orang tuaku dan kakak ku. Do'aku dalam hati di hari ulang tahunku ini.
“Ini kado paling spesial dari ibu dan kakak”...
“macak ci adek manis ku?...
“Iya kakak Nana ku yang maniess”...
“Manis? Emang gula ye?”...
“Ya gula, aku dan ibu jadi semutnya..heheheh”...
“Ibu mau jadi gula saja akh”...
“Ibu ternyata pintar berakting ya? Cocok jadi aktris yang kaya di sinetron itu loh, apa ini Cuma mimpiku lagi bu?”...
“Sini ibu cubit pipinya”...
“Aduuuuuh sakit… ternyata ini memang nyata”...

Hahaha… Kami tertawa bersama, setelah 2 tahun lalu canda tawa kami hilang.
Sahabat, kasih sayang orang tua sungguh sangat nyata. Sayangilah keluarga kita. Ukirlah untaian do'a di sepertiga malam untuk mereka. Salam untuk semua kasih sayang yang ada di sudut-sudut ruangan rumah kita. Salam untuk bulir-bulir air mata ketulusan kasih dan sayang yang menetes disetiap pelupuk mata hati kita.


Semoga Cerita Tentang Kasih Ibu yang Meluluhkan Hati ini bisa bermanfaat, mengisnpirasi dan menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita. Amin

* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid 

0 komentar:

Posting Komentar