Sabtu, 20 September 2014

Mbah Shonhaji - Kebumen ( Guru Spiritual Gus Dur )


         Mbah Shonhaji adalah salah satu diantara guru mursyid KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Jika disebut “5 Kyai Khas” yang selalu dipatuhi komandonya oleh Gus Dur, maka beliaulah salah satu diantaranya.


  • Latar Belakang KH. Shonhaji

         KH. Shonhaji Chasbullah lahir sekitar tahun 1916 M. Masa kecilnya dilalui dengan belajar agama di beberapa pesantren. Diantaranya Pesantren Lerap (milik kerabat beliau), Pesantren Jetis (asuhan ayah beliau) dan Pesantren Sumolangu, yang semuanya masih dalam wilayah Kebumen.
Lalu semasa remaja beliau mulai melanglang buana dari satu pesantren ke pesantren lainnya. Diantaranya ia mengaji kepada Mbah Nahrowi Dalhar Watu Congol, Syaikh Hayat Bendo Pare Ringinagung, dan masih banyak lagi pesantren lainnya.

        KH. Shonhaji lebih dikenal dengan Mbah Jimbun Kebumen. Beliau merupakan besan dari KH. Utsman al-Ishaqi Jatipurwo dan KH. Mahrus Aly Lirboyo. Secara nasab beliau masih keturunan ulama-ulama besar, berdarah biru, yang bersambung ke para sunan (Wali Songo) penyebar Islam di Nusantara ini.

         Kyai Shonhaji mulai diketahui khalayak umum sebagai gurunya Gus Dur adalah setelah pengakuan Gus Dur sendiri saat berlangsung Istighatsah Akbar di Gelora Bung Karno. Mungkin banyak yang bertanya, guru dalam hal apa?
Di dalam Ahlussunnah wal Jama’ah, terlebih Nahdlatul Ulama, thariqah atau tasawwuf merupakan hal yang tidak bisa terpisahkan. Dalam ‘Hadits Jibril’ dikenal dengan 3 komponen agama Islam; yakni Iman (tauhid), Islam (fiqih) dan Ihsan (tasawwuf). Ketiganya tidak bisa terpisahkan antara satu dengan yang lainnya, harus berjalan secara seimbang dan beriringan. Maka Kyai Shonhaji bisa dikatakan sebagai guru thariqah atau tasawwufnya Gus Dur.

Salah satu ajaran Kyai Shonhaji yang melekat pada diri Gus Dur adalah kesederhanaan. Seorang tetangga Kyai Shonhaji menyaksikan hal itu. Diceritakannya ia sering melihat Kyai Shonhaji pergi ke pasar Tengok berbelanja sayuran sendiri. Di mata tetangganya itu tentu merupakan pemandangan yang aneh, mengesankan istrinya “kebangetan” membiarkan kyai yang sudah sepuh itu “kedangkrakan” ke pasar sendiri. Tapi itulah secuil gambaran kesederhanaan Kyai Shonhaji.
Meski memiliki nasab yang mulia, tatkala ada seorang kyai penghafal Al-Quran sowan ke Kyai Shonhaji menanyakan silsilah, maka jawab Kyai Shonhaji: “Inna akramakum ‘indallahi atqakum”. (Sesungguhnya paling mulianya kalian di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa).
Kita tahu ayat di atas diawali dengan penegasan Allah bagaimana manusia diciptakan berjenis laki-laki dan perempuan, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk saling mengenal. Amal sholeh lebih utama ketimbang membanggakan nasab mulia. Jawaban di atas mencerminkan kesederhanaan Kyai Shonhaji yang tidak mau terlena dengan membanggakan nasabnya sendiri, sedang amal sholehnya terabaikan.

  • KH. Shonhaji dan Gus Dur
          Saat dukungan semakin santer pada Gus Dur sebagai Rois Aam PBNU, Kyai Shonhaji adalah satu diantaranya yang secara terang-terangan meminta mantan presiden itu bersedia menjadi Rois Aam. Bahkan Mbah Shonhaji telah berkirim surat langsung kepada Gus Dur yang dititipkan melalui Umarudin Masdar, salah satu direktur dan peneliti pada Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKIS).
Mbah Shonhaji selama ini dikenal sebagai salah satu guru spiritual yang dihormati Gus Dur. Tiap Gus Dur datang ke Kebumen, beliau juga hadir mendampinginya. Menurut Wakil Ketua PCNU Kebumen, Drs. Dawamudin Masdar MAg, dirinya ikut menemani Umarudin bersilaturahim dengan Mbah Shonhaji. Bahkan kyai itu menulis selembar surat berhuruf Arab berbahasa Jawa. “Surat itu sudah dibawa ke Jakarta dan sampai langsung ke Gus Dur. Intinya, meminta Gus Dur bersedia dan menyempatkan diri menjadi Rois Aam demi kepentingan umat,” imbuh Dawam.
Dawam menyatakan, dari pertemuan itu Kyai Shonhaji merasa prihatin atas kondisi NU saat ini. Terpanggil untuk ikut urun rembuk selaku kyai sepuh demi kemaslahatan umat, dia yang dekat dengan Gus Dur lalu berinisiatif menulis surat.

         Dawam yang juga cendekiawan NU di Kebumen itu mengakui, selama era KH. Hasyim Muzadi, PBNU telah terkena limbah politik. Dampaknya sangat terasa ketika Pemilu 2004 massa NU di bawah terombang-ambing. Guna mengembalikan organisasi NU makin independen dan kredibel serta berpihak pada nahdliyyin, menurut Dawam, harus ada tokoh yang dihormati untuk menjadi yang dituakan di NU. Tokoh tersebut adalah Gus Dur.
Ungkapan Kyai Shonhaji mengenai Gus Dur: “Gus Dur wonge gunake adab, arep melebu thoriqoh liyo wae sek sempat kirim surat” (Gus Dur itu orangnya beretika, akan masuk ke thariqah yang lain saja dia masih sempat (minta izin dengan) berkirim surat.

  • Kewafatan Kyai Shonhaji
         10 tahun sebelum kewafatannya, saat usia beliau sudah udzur yakni 82 tahun, masih sempat menikah lagi dengan wanita yang umurnya kebalikan dari umur beliau, 28 tahun. Beliau menikahi Ibu Nyai Ruqayyah janda dari Mbah Mangli atau KH. Hasan Asy’ari.
Ulama sepuh dan ahli tawasuf asal Kebumen itu wafat dalam usia 92 tahun. Tepatnya wafat pada hari Senin 17 Maret 2008 M. sekitar pukul 17.00 WIB. Kemudian jenazahnya dimakamkan pukul 13.00 WIB esok harinya, di Jimbun, Sruweng, Kebumen, Jawa Tengah.

   

        Semoga artikel tentang Mbah Shonhaji - Kebumen (Guru Spiritual Gus Dur ) ini bisa bermanfaat, menginspirasi dan bisa menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita. Aamiin

* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid





# Mohon maaf bila didalam tulisan maupun penjelesan artikel ini ada kesalahan dan masukan dari sahabat sangatlah berarti.

0 komentar:

Posting Komentar