Kamis, 11 Desember 2014

Khalifah Abu Bakar Shiddiq Dan Nenek Tua Di Gubuk Reot



     

      Suatu ketika, Umar bin Khattab memata-matai Khalifah Abu Bakar As-Shidiq yang setiap pagi usai subuh ia pergi ke ujung kota, memasuki salah satu rumah beberapa jam hingga kemudian keluar dan pergi. Terus seperti itu setiap hari. Umar tidak tahu sama sekali siapa pemilik rumah tersebut dan apa yang dikerjakan oleh pimpinan Islam kala itu.

Waktu terus berjalan, mertua Rosulullah shallallahu alaihi wasallam yang masih menjabat tahta khalifah tersebut masih konsisten menjalani ritual paginya dengan pekerjaan yang 'aneh' itu; yaitu pergi ke ujung kota, masuk rumah reot beberapa jam hingga kemudian keluar dan pergi.

Saking penasaran, Sayidina Umar bin Khattab memutuskan untuk memasuki rumah reot tersebut setelah Khalifah keluar darinya, guna mengetahui siapa penghuninya dan apa yang dikerjakan oleh pribadi agung yang menjabat posisi terpenting dalam Islam setiap pagi.

Ketika ia masuk, yang ia dapati hanya orang tua renta tunanetra (buta) yang tidak mampu bekerja. Umar tertegun. Ia bertanya-tanya tentang apa yang ia saksikan di depan mata dan apa gerangan yang dikerjakan oleh Khalifah setiap pagi dirumah tersebut.

Umar memberanikan diri untuk bertanya, "apa yang dikerjakan orang laki-laki itu (maksudnya Abu Bakar), nek?"

"Demi Allah, aku tidak tahu sama sekali, nak. Laki-laki itu datang kesini setiap pagi, membersihkan dan menyapu rumahku kemudian ia menyiapkan makanan untukku. Setelah itu ia keluar rumah tanpa bercakap apapun." Nenek menerangkan.

Mendengar hal ini, Umar jatuh bersimpuh dengan lututnya. Ia menangis menumpahkan air mata haru dan sedihnya. Ia berkata "pemimpin (khalifah) setelahmu nanti tidak akan mampu, wahai Abu Bakar".

-Syekh Ahmad At-Thayib. Grand Syekh al-Azhar.

Sumber : Suara Al-Azhar



         
Semoga Artikel Tentang Khalifah Abu Bakar Dan Nenek Tua Di Gubuk Reot ini bisa bermanfaat, menginspirasi dan bisa menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita. Aamiin

* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid

0 komentar:

Posting Komentar