Minggu, 07 Desember 2014

Kisah Wanita Berkuda, Shafiyyah binti Abdul Muththolib


      

     Beliau adalah seorang mukminah yang telah berba’iat kepada Rosulullah SAW, seorang mujahidah, wanita yang sabar, ahli sya’ir yang mulia, Shafiyyah binti Abdul Muththalib bin Hisyam bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab al-Qurasyiyah al-Hasyimiyah. Beliau adalah bibi Rosulullah SAW, saudari dari singa Allah Hamzah bin Abdul Muththalib. Beliau juga seorang ibu dari sahabat agung, yaitu Zubair bin Awwam.

Shafiyyah r.a tumbuh di rumah Abdul Muththalib, pemuka Quraisy dan orang yang memiliki kedudukan yang tinggi, terpandang, dan mulia. Dialah yang dipercaya untuk mengurus pendatang yang berhaji. Seluruh aktivitas tersebut membekas pada diri Shafiyyah r.a, sehingga membentuk kepribadian beliau yang kuat. Beliau adalah seorang wanita yang fasih lisannya dan ahli bahasa. Seorang cendekiawan dan penunggang kuda yang pemberani. Beliau r.a termasuk wanita yang awal dalam mengimani putra saudaranya yang jujur dan terpercaya yaitu Muhammad SAW, dan bagus keislamannya. Beliau berhijrah bersama putranya yang bernama Zubeir bin Awwam untuk menjaga keislamannya.

Shafiyyah r.a menyaksikan tersebarnya Islam dan turut andil dalam menyebarkannya. Sungguh jihad merupakan darah dagingnya. Oleh karena itu, beliau tidak menyia-nyiakan kesempatan pada hari Uhud menjadi pelopor bagi para wanita yang ikut keluar untuk membantu para mujahidin dan mengorbankan semangat mereka untuk bertempur, disamping beliau juga mengobati mujahidin yang luka-luka di antara mereka. Tatkala takdir Allah menghendaki kaum muslimin terpukul mundur karena pasukan pemanah menyalahi perintah Rosul SAW sebagai panglima, maka banyak pasukan yang berpencar dari Rosulullah saw. Namun, Shafiyyah tetap berdiri dengan berani, sedangkan di tangannya menggenggam tongkat dan beliau pukul wajah orang-orang yang mundur dari peperangan seraya berkata, “Kalian hendak meninggalkan Rosulullah SAW?”

Manakala Shafiyyah mengetahui kesyahidan saudaranya, Hamzah bin Abdul Muththalib r.a, yang dijuluki Singa Allah yang dibunuh dengan sadis, maka Shafiyyah memberikan teladan yang agung bagi kita dalam hal kesabaran, ketabahan, dan ketegaran. Beliau sendiri mengisahkan kepada kita apa yang beliau saksikan, beliau berkata:

“Pada hari terbunuhnya Hamzah, Zubeir menemuiku dan berkata, ‘Wahai ibunda, sesungguhnya Rosulullah SAW menyuruh anda agar kembali’. Beliau menjawab, ‘Mengapa? Sungguh telah sampai kepadaku
tentang dicincangnya saudaraku, namun dia syahid karena Allah, kami sangat ridho dengan apa yang telah terjadi, sungguh aku akan bersabar dan tabah insyaAllah. Setelah Zubeir r.a memberitahukan kepada Rosulullah SAW tentang komentarku beliau bersabda, ‘Berilah jalan baginya…!’ Maka
aku mendapatkan Hamzah dan tatkala aku melihatnya aku berkata, ‘Inna Lillahi wa inna ilaihi Raji’un, kemudian aku mohonkan ampun baginya, setelah itu Rosulullah SAW memerintahkan untuk menguburkannya’.”

Gambaran lain dari Shafiyyah sang mujahidah dan penunggang kuda ini adalah tatkala terjadi Perang Khandaq saat pasukan Yahudi mencoba menyerang tempat kaum wanita ketika itu para wanita muslimah dan anak-anak berada dalam sebuah benteng. Di sana ada juga Hassan bin Tsabit r.a. Tatkala ada orang Yahudi mengelilingi benteng, sedangkan kaum muslimin sedang menghadapi musuh, maka berdirilah Shafiyyah ra dan berkata kepada Hassan, “Sesungguhnya lelaki Yahudi ini menjadikan kita tidak aman, karena mereka akan mengetahui kekurangan kita, maka berdirilah dan bunuhlah ia. Kemudian, Hassan berkata, ‘Semoga Allah mengampuni anda, sungguh anda mengetahui bahwa seperti itu bukanlah keahlian saya’.”

Ketika Shafiyyah mendengar jawaban Hassan, beliau langsung bangkit dan penuh semangat yang ada di jiwanya, beliau mengambil tongkat yang keras kemudian turun dari benteng. Beliau menunggu kesempatan lengahnya orang Yahudi tersebut lalu beliau memukulnya tepat pada ubun-ubun secara bertubi-tubi hingga dapat membunuhnya. Beliau memang “wanita pertama yang membunuh laki-laki”. Beliau kembali ke benteng dan tersirat kegembiraan pada kedua matanya, karena mampu menghabisi musuh Allah yang berarti pula menjaga rahasia persembuyian para wanita dan kaum muslimah dari mereka. Kemudian beliau berkata kepada Hassan, “Turunlah dan lucutilah dia, sebab tiada yang menghalangi diriku untuk melucutinya melainkan karena dia seorang laki-laki.” Hassan berkata: “Saya tidak berkepentingan untuk melucutinya wahai binti Abdul muththalib.”

Begitulah kaum muslimin mendapatkan kemenangan dalam perang ini dengan jiwa yang beriman dan pemberani yang tidak kenal istilah mustahil dalam meraih jalan kemenangan.

Tatkala Perang Khaibar, Shafiyyah r.a keluar bersama kaum muslimah untuk memompa semangat pasukan kaum muslimin. Mereka membuat perkemahan di medan jihad untuk mengobati pasukan yang terluka karena perang.

Rosulullah SAW merasa senang dengan peran para mujahidah sehingga mereka juga mendapatkan bagian dari rampasan perang.

Nabi SAW mencintai bibinya, Shafiyyah r.a, dan memuliakan beliau serta memberikan kepada beliau bagian yang banyak. Tatkala turun ayat: “Wa andzir ‘Asyiratakal aqrabin’ (Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat).” (As- Syura: 214).

Beliau bersabda, “Hai Fathimah binti Muhammad, hai Shafiyyah binti Abdul Muththalib, wahai Bani Abdul Muththalib, aku tidak kuasa menolong kalian dari siksa Allah. Mintalah kepadaku apa saja yang ada padaku.”

Shafiyyah r.a mencintai Rosulullah SAW sejak kecil dan mengikutinya. Beliau takjub dengan keadaan Nabi SAW dan akhirnya mengimani kenabian beliau, menyertai beliau dalam peperangan, dan merasa sedih tatkala wafatnya Rosulullah SAW yang beliau ungkapkan dengan sya’irnya yang indah:

Wahai mata, tampakkanlah air mata dan janganlah tidur

Tangisilah sebaik-baik manusia yang telah tiada

Tangisilah Al-Musthofa dengan tangisan yang sangat

Yang masuk ke dalam hati laksana terkena pukulan

Nyaris aku tinggalkan hidup tatkala takdir datang padanya

Yang telah digariskan dalam kitab yang mulia

Sungguh beliau pengasih kepada sesama hamba

Rahmat bagi mereka dan sebaik-baik Pemberi petunjuk

Semoga Allah meridhainya tatkala beliau hidup dan mati

Dan membalasnya dengan Jannah pada hari yang kekal

Shafiyyah r.a hidup sepeninggal Rosulullah SAW dengan penuh kewibawaan dan dimuliakan. Semua orang mengetahui keutamaan dan kedudukan beliau. Hingga tatkala beliau wafat pada zaman Khalifah Umar bin Khaththab umur beliau mencapai lebih dari 70 tahun.

Semoga Allah merahmati Shafiyyah, sungguh beliau ibarat menara yang tinggi dalam sejarah Islam dan perjalanan hidup yang baik dalam hal pengorbanan dan jihad untuk menolong dinullah.

Sumber: Nisaa’ Haular Rasuuli, Mahmud Mahdi al-Istanbuli & Musthafa Abu an-Nashr asy-Syalabi (Al-Islam – Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia)



         Semoga Cerpen tentang Kisah Wanita Berkuda, Shafiyyah binti Abdul Muththolib ini bisa bermanfaat, menginspirasi dan bisa menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita. Aamiin

* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid

0 komentar:

Posting Komentar