Jumat, 28 November 2014

Inilah Gambaran Padang Mahsyar yang di Gambarkan oleh Baginda Rosulullah SAW



 Rosulullah SAW. bersabda :

“Semua bagian tubuh manusia akan hancur kecuali satu tulang, yaitu ujung ekornya (ajab al-dzanb). Dari tulang inilah dibangunkan kembali penciptaannya pada hari kiamat.”

Hadist sohih ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah. Dalam riwayat Abu Ya’la dan Al-Hakim dari Abu Said Al-Khudri, para sahabat lalu bertanya :
“Wahai Rasulullah, bagaimanakah rupa ujung ekor itu?” Baginda menjawab, “Seperti biji sawi (habbat khardal).” Maknanya tulang itu sangat kecil sehingga hampir tak terlihat oleh mata biasa."

Beberapa hadist menjelaskan bahwa proses pengembalian makhluk dimulai dengan hujan yang sangat lebat menyirami bumi selama beberapa hari. Air itu menumbuhkan tulang bakal makhluk yang terpendam di bawah tanah ini tumbuh dan berkembang. Rosulullah SAW. bersabda: “Mereka kemudian tumbuh bagaikan sayuran di musim hujan.” (Riwayat Al-Bukhari dan Muslim).

Apabila hari kebangkitan yang ditentukan telah tiba, Israfil meniup sangkakalanya (sur) yang mengembalikan setiap roh ke jasad. Manusia dan makhluk-makhluk Allah yang lain mulai tersadar dari tidur yang panjang. Mereka berkata, “Duhai celakalah kami. Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami?” seperti yang diceritakan dalam surah Yasin: 52.

Rosulullah SAW. bersabda: “Semua manusia akan dibangkitkan dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berpakaian dan belum dikhitankan sebagaimana keadaan mereka ketika pertama kali diciptakan.” Rosulullah SAW lalu membaca: Sebagaimana kami menciptakan (manusia) pertama kali, maka kami akan mengembalikannya. Itu merupakan janji yang akan kami laksanakan.” (QS Al-Anbiya: 104).


  • Padang Mahsyar
      Tidak lama kemudian, semua makhluk bergerak dalam rombongan besar yang terdiri dari jutaan manusia menuju ke satu arah. “Hati manusia pada waktu itu sangat takut, pandangannya tertunduk.” (QS Al-Nazi’at: 8-9). Sebagian mereka berjalan dengan kakinya, sebagian yang lain merangkak dengan tangannya, bahkan ada juga yang berjalan “dengan wajahnya”. Seseorang bertanya kepada Rosulullah SAW “Bagaimana seorang kafir berjalan dengan wajahnya?” Baginda menjawab, “Bukankah (Allah) yang membuatnya dapat berjalan dengan kaki, maka Dia juga mampu membuatnya berjalan dengan wajah?” Hadis riwayat Muslim.

Mereka kemudian berkumpul di Mahsyar; sebuah padang luas yang tanahnya putih bak pasir di pinggir pantai, datar tanpa bukit dan lubang. Tak ada bangunan ataupun bendera yang menunjukkan pemilikan. Al-Ghazali berkata, “Janganlah engkau mengira bahwa tanah itu seperti tanah di dunia ini. Tidak ada kesamaan antara keduanya melainkan namanya saja.”

Ibn Mas’ud berkata, “Tanah pada hari itu semuanya (dipenuhi) api, dan Surga di seberangnya telah terlihat bersama para bidadari dan cawan-cawan minumannya.” Diriwayatkan oleh Imam Waki’ dalam kitab “Al-Zuhd”.

  • Keringat
      Bayangkan jutaan manusia sejak zaman Nabi Adam hingga generasi terakhir berkumpul dan bersesak-sesakan. Di bawah sinar matahari yang sangat panas, tanah yang membara, ditambah lagi suasana hati yang dipenuhi ketakutan, pada saat itu tubuh manusia basah dengan keringat. Dalam hadis Muslim dari Al-Miqdad bin Al-Aswad, Nabi SAW bersabda, “Pada hari kiamat matahari didekatkan kepada manusia sejarak satu mil. Maka semua manusia tenggelam di dalam keringatnya sesuai dengan amal perbuatannya (di dunia). Sebagian mereka tenggelam hingga ke mata kaki, sebagian yang lain hingga ke pinggangnya dan sebagian yang lain hingga ke mulutnya.”

Imam Ibn Abi Jamrah dalam Syarh Shohih Al-Bukhari berkata, “Manusia yang paling tersiksa dengan keringatnya ini adalah orang-orang kafir, kemudian (Muslim) pelaku dosa-dosa besar, dan seterusnya.”

Imam Al-Ghazali berkata dalam Ihyak Ulumiddin, “Ketahuilah setiap titis keringat yang tidak pernah dikeluarkan dalam bekerja di jalan Allah, dalam haji, jihad, puasa, tahajud, membantu Muslim atau beramar makruf nahi munkar, maka keringat itu akan dikeluarkan oleh rasa malu dan takut pada hari kiamat nanti.”

  • Balasan Amal sebelum Hisab
      Singkat kata, setiap orang pada hari kebangkitan ini merasa sangat tersiksa jauh sebelum mereka dihisab. Setiap orang merasakan sangat haus, lapar, penat, takut, sedih, bimbang stres dan berbagai kesusahan dzohir dan batin serta lain-lain yang belum dapat kita bayangkan pada saat ini. Mereka terus dalam keadaan itu bertahun-tahun lamanya hingga Allah berkenan memulakan proses hisab dan penghitungan amal. Al-Ghazali berkata, “Pikirkanlah suasana panjang dan beratnya penungguan hari itu agar dengan itu terasa ringan bagimu dalam bersabar meninggalkan maksiat sepanjang hidupmu yang singkat ini.”

Pada hari itu, sekecil apa pun amal kebaikan yang pernah dilakukan seseorang di dunia sangat berharga untuk melepaskan sebagian dari siksaan yang dideritanya ini. Rosulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang melepaskan seorang mukmin dari kesusahan, maka Allah akan melepaskan darinya satu daripada kesusahan yang terdapat pada hari kiamat.” (Riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah).

Daripada Abu Qatadah bahwa Nabi SAW. bersabda, “Barang siapa yang menginginkan agar Allah menyelamatkannya daripada kesusahan (yang dialami) pada hari Kiamat, maka bantulah orang yang dalam kesusahan, atau kurangilah kesusahannya.” (Riwayat Muslim).

Daripada ‘Uqbah bin ‘Amir bahawa Nabi SAW bersabda, “Seseorang akan berteduh di bawah naungan sedekahnya hingga waktu pengadilan (hisab) tiba.” Diriwayatkan oleh Imam Ahmad di “Musnad”-nya.

Al-Hafiz Ibn Abi Al-Dunya meriwayatkan daripada Ibn Mas’ud, “Semua manusia dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan telanjang, sangat lapar, sangat haus dan sangat penat. Barang siapa yang pernah memberikan pakaian karena Allah, maka Allah akan memberinya pakaian. Barang siapa yang pernah memberi makan karena Allah, maka Allah akan memberinya makanan. Barang siapa yang pernah memberi minum karena Allah, maka Allah akan memberinya minuman. Dan barang siapa yang pernah memaafkan karena Allah, maka Allah akan memaafkannya.”

Ulama tabiin kenamaan di kota Mekah, Sufyan bin ‘Uyainah, berkata, “Tidak ada nikmat yang Allah berikan kepada hamba-Nya melebihi kebesaran kalimat tauhid: La ilaha illallah. Sebab kalimat ini di akhirat ibarat air sejuk di dunia.” Diceritakan oleh Imam Al-Hafiz Jamaluddin Al-Mizzi dalam Tahdzib Al-Kamal fi Asma Al-Rijal.

  • Di bawah Naungan Allah
      Sementara itu, apabila kebanyakan manusia dalam kesusahan, terdapat orang-orang tertentu yang seolah-olah tidak mengalami sebarang siksaan apa pun. Mereka adalah orang-orang yang di dunia telah mengalami kesusahan sekejap demi menjaga agama dan prinsipnya, ketika kebanyakan manusia pada saat itu menikmati keseronokan hawa nafsunya.

Rosulullah SAW bercerita tentang mereka, “Tujuh golongan yang berada di bawah naungan Allah ketika tidak ada naungan selain naungan-Nya: pemimpin yang adil, pemuda yang tubuhnya sentiasa menyembah Allah, seseorang yang hatinya terpaut kepada masjid jika ia keluar hingga kembali semula, dua orang yang saling mencintai karena Allah: mereka berjumpa dan berpisah karena-Nya, seseorang yang mengingat Allah dalam keadaan sendirian hingga meneteskan air mata, seorang laki-laki yang dirayu oleh wanita cantik dan terhormat namun menolaknya dengan berkata: aku takut kepada Allah, dan seseorang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi hingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diberikan tangan kanannya.”

Hadist shohih yang diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim ini mengandung keutamaan luar biasa untuk orang-orang yang memiliki salah satu, apalagi lebih, dari tujuh sifat ini. Yaitu adil, menjaga kebersihan diri sejak muda, sangat mencintai masjid, cinta karena Allah, mengingat Allah dalam keadaan sendirian, menjaga diri daripada zina, dan bersedekah tanpa mengharap sembarang pujian ataupun balasan.

Imam ahli hadist terbesar di Andalusia Al-Hafiz Ibn Abdil Bar dalam dua kitabnya Al-Tamhid dan Al-Istizkar mentakwil kalimat “Naungan Allah” yang disebutkan dalam hadist ini dengan “Rahmat Allah.” Sebab mustahil Allah SWT memiliki bayangan hingga manusia dapat berteduh di bawahnya.

Ahli hadist yang dikenal dengan gelaran Hafiz Al-Maghrib ini selanjutnya berkata, “Barang siapa yang berada di bawah naungan Allah, maka ia selamat dari kengerian hari kebangkitan dan segala sesuatu yang tengah menimpa manusia lain pada saat itu seperti rasa kuatir, stres dan (siksaan) keringat.”


  • Wasilah: Syafaat Terbesar
      Setelah sekian lama berdiri di padang Mahsyar yang penuh derita itu, semua manusia sudah tidak mampu lagi menunggu. Mereka segera mendatangi nabi-nabi kekasih Allah agar mereka diperkenankan permintaan bagi Allah memulai hisab. Namun semua nabi-nabi, mulai dari Nabi Adam hingga Nabi Isa as, tidak ada yang berani mengabulkan permintaan itu. Mereka semua terlalu sibuk memikirkan kesalahan yang pernah mereka lakukan sehingga malu untuk meminta kepada Allah pada hari yang sangat menakutkan itu.

Para nabi dan rasul kemudian mengarahkan semua manusia supaya menemui kekasih Allah, pemilik wasilah dan syafaat terbesar, Baginda Muhammad SAW. Semua manusia kemudian melaksanakan anjuran tersebut. Imam al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Baginda segera berjalan ke arah Arasy lalu bersujud dan memuji Allah SWT dengan puja-pujian yang belum pernah beliau ucapkan sebelumnya. Allah SWT. lalu berfirman, “Wahai Muhammad, angkat kepalamu. Mintalah, Aku akan mengabulkan.” Rasulullah SAW segera meminta untuk dimulai hisab.

Allah segera menurunkan perintahnya kepada semua malaikat, maka hisab yang sangat menentukan itu segera dimulai.





      Semoga Artikel tentang Inilah Gambaran Padang Mahsyar yang di Gambarkan oleh Baginda Rosulullah SAW ini bisa bermanfaat, menginspirasi dan bisa menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita. Aamiin

* Salam Ukhuwah Islamiyah dari Andi Ibnoe Badawi Mazid

0 komentar:

Posting Komentar